Love Me Tonight

7.4K 152 25
                                    

Cahaya suram fajar mulai menyusup di antara tirai jendela, dan perempuan itu masih terjaga. Tangannya memegang secarik kertas kusut yang terus-menerus ia pandangi sejak berjam-jam yang lalu. Satu kalimat tertera di sana, membuat jantungnya berdegup lebih cepat, otaknya bekerja lebih keras. Bahkan setelah membacanya puluhan—bahkan ratusan—kali logikanya belum mampu mencerna apa yang ia baca. Ia masih tak ingin mempercayai kenyataan yang tertulis di sana.

Datanglah ke rumahku besok pukul 09.00 A. M.

Ian Archibald

Sebuah alamat yang berlokasi di kawasan elit Boston tertera di bawahnya.

Ia mengerang, meremas pesan itu dan melemparkannya sembarangan. Ameerah William tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi ketika ia menginjakkan kaki di kota ini. Yang ia tahu hanyalah ia bisa mati muda jika ia harus menuruti keinginan semua orang dalam hidupnya. Ia bahkan diseret paksa oleh ibunya ke tempat ini karena penolakannya untuk melanjutkan studi kedokteran di Harvard, yang membuatnya sekali lagi kehilangan gairah hidup.

Hingga ketika sepasang bola mata itu menatapnya.

Ketajaman sinar matanya memerangkap Ameerah seketika itu. Sorotnya yang keperakan mengambil alih dunianya. Dan Ameerah tahu, ia tidak akan bisa berpaling lagi meskipun kenyataan pahit tertulis jelas di depan mata; sebuah cincin perak yang melingkari jari Ian membuat siapapun tahu jika pria itu telah bertunangan.

Ameerah bukanlah seorang gadis yang gemar mendambakan apa yang dimiliki orang lain. Tapi saat dunianya berpusat pada pria itu, seluruh akal sehat dan dan logikanya menguap begitu saja. Yang tersisa hanyalah satu keinginan kuat untuk memiliki sesuatu yang tidak diperuntukkan bagi dirinya. Sialnya lagi sekeras apapun ia mencoba mengenyahkan keinginan terlarang itu, ia tidak bisa.

Ia pun tahu—sejak pertama kali pria itu mengenalkan diri sebagai profesor di kelas anatomi—dunianya tidak akan pernah sama lagi.

Awalnya ia kira pria yang akan membimbingnya itu adalah seorang pria tua berkepala botak dengan sisa rambut yang telah memutih. Ia tidak pernah mengira jika sosok yang muncul di hadapannya adalah seorang pria muda berusia dua puluh sembilan tahun bertubuh atletis dengan rambut kecoklatan dan wajah serupa Adonis.

Namun meskipun ia memiliki obsesi terlarang dan terpendam pada pria itu, ia tak pernah sekalipun membiarkan hasrat terlarangnya diketahui siapapun, terlebih Ian, yang ia tahu selama ini bahkan tidak pernah memperhatikannya. Jadi, mengapa tiba-tiba pria itu meninggalkan pesan di buku tugasnya? Apa yang Ian ketahui tentang Ameerah?

Ia menghela napas dan mendesah pelan, apapun itu, ia tidak akan pernah tahu jika ia tidak datang ke sana dan meminta jawaban.

***

Tangannya menekan tombol bel dengan gemetar. Gaun merah selutut yang ia kenakan lembab oleh keringat. Bahkan setelah berbagai upaya yang ia lakukan dan usahanya untuk menyakinkan diri untuk datang ke sini, rasa panik dan was-was masih menderanya. Lantas apa yang akan dilakukan Ian kepadanya? Apa yang akan ia katakan?

Ia menggigit bibir bawahnya dan tangannya terulur untuk menekan bel sekali lagi—tepat saat pintu terbuka.

Sosok serupa malaikat itu berdiri tegap di sana dan membuat Ameerah kehilangan napas.

"Kau sudah datang," ujar pria itu tenang.

Ameerah tak tahu harus berkata atau berbuat apa. Memang untuk apa sebenarnya aku ke sini? Ia bahkan menyesali keputusannya saat ia tidak mampu balik menatap seseorang yang menjadi obyek obsesi terlarangnya.

"Masuklah," katanya lagi. Ameerah hanya mengangguk dan menuruti perintahnya.

Ia mendengar suara pintu ditutup dan bunyi klik samar yang mengindikasikan pintu telah dikunci. Sekarang ia tidak akan bisa melarikan diri.

The Fallen HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang