Chapter XI.B

137 17 11
                                    

-Dilly Prawira-

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.

Ungkapan lama itu mencuat begitu saja tatkala melihat Erika menangis histeris, berteriak kalau putusan pengadilan terkait penjiplakan karya berakhir dengan bersalahnya Regie. Selain dihukum penjara, Regie dan penerbit diwajibkan membayar denda, ganti rugi terhadap korban plagiat. Beberapa kritikus sastra dan akademisi meninjau karya Regie dan karya yang diduga diplagiat, dan mereka menemukan bukti-bukti plagiat. Hakim memutuskan kasus ini berdasarkan temuan ahli sastra.

Aku dan rekan di penerbit X mendadak menyandang status 'penggangguran'. Surat pemberhentian baru saja dialamatkan oleh Anis yang kini resmi menjadi mantan sekretaris redaksi. Wajah cerianya mendekati Valak di The Conjuring 2. Seram.

Semua hening. Sibuk dengan pertanyaan mau ke mana setelah ini?. Mau makan apa bulan depan? Terutama yang memiliki tanggungan.

Meski sudah diwanti sejak bulan lalu mengenai kondisi terburuk yang bisa terjadi, kurasa tak secepat itu mendapatkan pekerjaan pengganti di negara yang melahirkan ribuan pencari kerja tiap kelulusan di institusi pendidikan.

Tak ada yang mengkhawatirkan penerbit X. Penerbit X sudah hancur. Meski karya Tery masih bisa mengisi pundi, tapi tidak cukup untuk menyeimbangkan neraca.

"Terima kasih atas kerja keras kalian selama di penerbit X." Erika membungkukkan tubuh, menahan derai air mata melihat hasil usahanya hancur. Kakak perempuanku satu-satunya itu melenggang, sepatu hak tingginya memecahkan kesunyian dan membuat kami tersadar bahwa waktu kebersamaan kami terputus sejak detik ini. Aku menoleh ke Cherry, menyampaikan terima kasih. Dia pun begitu, sembari tertawa dia bersyukur karena sudah ada pria yang akan menikahinya sehingga -setidaknya- kehidupannya cukup terjamin, beban dititipkan pada calon suami. "Meski begitu, aku pasti merindukan hari-hari sebagai editor, bau buku baru, acara kepenulisan, penulis-penulis yang aneh dan ajaib, tumpukan naskah... ah, ternyata aku memang mencintai tempat ini."

"Kurasa Erika tidak akan menyerah begitu saja, dia ambisius. Aku yakin penerbit X akan bangkit lagi." Aku merapikan barang-barangku ke dalam kardus, sesekali melirik ke arah kubikel asisten editor yang tak bernyawa, tak jauh dari kubikelku.

"Ya, nona Erika pasti membangun kerajaannya kembali." Cherry mengotak-atik ponselnya, mengalihkan pembicaraan ke ranah sayembara novel yang diadakan dewan sastra. "Dilly, naskah 6th Person... orang ke-enam punyamu, sudah selesai? Sayembara dewan sastra yang bergengsi ini cocok untuk naskah misterimu. Ya, kau harus manfaatkan waktu libur untuk karir sebagai penulis novel. Ehm, kau belum dapat tawaran kerja, kan?"

Aku tertegun, teringat seseorang yang menyampaikan hal senada. Oh benar, gadis yang membawa pergi hatiku itu pernah mengatakannya!

"Sebenarnya aku tidak pernah menyelesaikan naskah novel, aku tak percaya diri untuk ikut sayembara yang jurinya para ahli sastra. Tapi, untuk menjajal diri dan mengisi waktu, kurasa ide itu tak buruk. Ah, kau juga! Katamu ingin belajar sastra lebih dalam, kan? Bagaimana kalau mulai merancang untuk lanjut kuliah? Kejar beasiswa?"

Cherry membuka mulut, memukul angin. "Wow! Saranmu boleh juga! Jadi, waktu libur ini harus kumanfaatkan untuk belajar sastra lebih baik. Good job, Dilly." Gadis berambut pendek itu menatapku sekilas sebelum menyunggingkan senyum yang mencurigakan. Tepat seperti dugaanku, Cherry menodong bagaimana kabar hubunganku dan Sraylira semenjak gadis itu di luar negeri. Calon istri seseorang itu bahkan menyita ponselku -yang kuletakkan di meja- dan mengancam akan menelepon Sraylira apabila aku mendekat.

Brengsek!

Gadis itu tampak fokus pada layar ponsel, tangannya bermain-main diikuti kernyitan di dahi. Dia menghela napas, melempar ponselku seenak jidat -untung bisa aku tangkap. "Apa-apaan kalian berdua? Nggak ada perkembangan sama sekali? Di Jepang? Oh, Tuhan! Chat kalian sebatas selamat ulang tahun - selamat hari raya - dan beberapa hal formal lainnya. Terakhir chat... tiga bulan lalu?! Kau ini niat nggak sih mengejar Sraylira?"

Dunia Kepenulisan II [TAMAT]Where stories live. Discover now