Seline

31.4K 1K 8
                                    

Seline Smith : Sarah Synder
Zea : Matt Lanter
Edward : Renan Grassi
Jade : Gregg Sulkin
Daren : Camerondallas
Author Pov
Seorang gadis berambut hitam pekat dengan gaya rambut ikal keluar dari sebuah rumah sederhana bercat biru muda di gerbang besarnya. Sambil menunggu jemputan dari Neira Pearl yang merupakan sahabatnya, gadis berambut ikal dan berpakaian dress bercorak bunga-bunga dengan panjang selutut itu memainkan ponselnya.

Untuk kesekian kalinya gadis itu membuka dan menutup lagi E-mailnya.
"Hmm, tidak ada jawaban." batin gadis itu kemudian menutup ponselnya dan memasukkannya kedalam mini bag yang di selempangnya. Suara klakson mobil membuat Seline melangkah dengan sedikit berlari menuju sebuah mini car berwarna hitam milik Neira.

"Sorry lama, tadi harus mengantar Mommy ke perusahaan dulu." ucap Neira ketika Seline sudah memasuki mobilnya.
"Gapapa juga kali Nei." ucap Seline sambil memasang safebeltnya.
"Jadi kita mau kemana sekarang?" tanya Neira kemudian Seline memberinya secarik kertas berisikan alamat.
"Kau yakin?" tanya Neira dengan dahi berkerutnya sedangkan yang di ajak bicara hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Aku tidak tau apa yang sedang kau pikirkan." ucap Neira kemudian menancapkan gasnya.
"Aku harus segera mencari pekerjaan Nei, aku tidak bisa kek gini terus." ucap Seline dan kembali mengecek ponselnya.
"Harusnya kau tidak berhenti dari perusahaan Jade." usul Neira mengingat gaji yang di tawarkan oleh Jade (kakak laki-laki Neira) sangat tinggi.
"Kau tau alasannya Nei." ucap Seline tanpa mengangkat pandangannya dari ponsel.

"Jadi sejauh ini, ada yang sudah membalas email mu?" tanya Neira saat melirik kearah Seline yang menutup ponselnya sambil mengendus malas.
"Lihat ekspresiku dan kau akan tau jawabannya." jawab Seline seadanya.

"Aku benar-benar tidak tau ingin membantumu dalam bentuk apa Sel, tapi kau harus ingat bahwa aku akan selalu ada untukmu." ucap Neira yang membuat Seline tersenyum tulus kepada Neira.
"Kau salah Nei, aku yang tidak tau harus bagaimana berterimakasih padamu." ucap Seline sambil menatap Neira lembut.

**

"Sel, kau yakin?" tanya Neira lagi sebelum membiarkan Seline memasuki sebuah restoran yang menghidangkan makanan khas Italia.
"Iya Nei, aku akan bekerja disini sampai salah satu dari 50 email ku terbalas." jawab Seline dan Neira hanya bisa menatap Seline pasrah dan membiarkan sahabatnya bekerja di restoran itu sebagai waiter.

Tidak butuh waktu yang lama, Seline sudah keluar dari restoran.
"Bagaimana? Bagaimana?" tanya Neira tidak sabar.
"Diterima." jawab Seline dengan senyum lebarnya.
"Jadi kau akan pergi dan pulang dengan apa?" tanya Neira yang membuat Seline tampak berpikir.
"Pergi dengan bus dan pulang dengan bus. Aku tidak ambil bagian malam." ucap Seline yang membuat Neira merasa sedikit lega. Setidaknya sore tidak seberbahaya malam.

"Jika aku sempat, aku akan menjemputmu pulang." ucap Neira dan Seline tampak tersenyum sambil mengangguk.
"Aku tidak tau harus berterimakasih pada Tuhan karena telah memberikanku sahabat baik sepertimu atau marah pada Nya karena telah mengambil kedua orang tua ku secepat itu." batin Seline sambil menatap kosong kearah luar jendela.

"Sejujurnya aku senang kau mendapat pekerjaan, tetapi itu juga berarti kita akan jarang bertemu." ucap Neira dengan nada manjanya.
"Jangan berlebihan Nei, lagian aku bukan bekerja seharian." ucap Seline sambil menyenggol lengan Neira.
"Jade bilang kita seperti pasangan lesbi." ucap Neira sambil terkekeh.
"Hah, kakakmu satu itu selalu saja berkomentar." ucap Seline dan ikut terkekeh.

***

Seline menatap kosong pada atap kamarnya. Kamar yang baru saja di cat dengan warna biru langit membuatnya sedikit meringankan penat-penat dikepalanya. Untuk kesekian kalinya lagi Seline mengecek kembali ponselnya tetapi hasilnya nihil. Tidak ada yang membalas pesannya, satupun.

"Argh!! Aku bisa gila!" pekik Seline kemudian menutup kepalanya dengan bantal tidur.
"Untung saja Mom dan Dad meninggalkan rumah ini untukku. Kalau tidak, bisa-bisa aku menjadi gelandangan." lirih Seline kemudian meraih sebuah bingkai foto kecil dengan tiga orang yang sedang tertawa bebas.
"Aku merindukan kalian." lirih Seline kemudian memeluk bingkai foto itu sambil memejamkan matanya.

"Aku ingin menangis Mom. Aku lelah. Aku tidak sekuat yang kalian kira. Dad, aku masih membutuhkan seorang yang benar-benar bisa meminjamkan bahunya padaku. Aku merindukan kalian. Sangat merindukan kalian. Kapan kalian akan berkunjung dalam mimpiku?" batin Seline dan tanpa terasa matanya mulai memanas.

Suara bel rumah membuat Seline menarik nafasnya dalam dan meletakkan kembali bingkai foto keluarganya. Seline mengucek matanya sambil beranjak dari posisinya dan melangkah menuju bawah untuk mengetahui siapa tamunya.

"Jade?" ucap Seline ketika melihat Jade lah yang menjadi tamunya.
"Boleh aku masuk?" tanya Jade dengan sebelah alis terangkatnya.
"Oh, yah, silahkan." jawab Seline dan Jade segera masuk kedalam rumah Seline.

"Sel?" panggil Jade menghancurkan keheningan.
"Ya?" respon Seline sambil menatap Jade polos.
"Nei bilang kalau kau melamar pekerjaan menjadi waiter?" tanya Jade to the point yang membuat Seline sedikit terkejut.
"Hm, iya." jawab Seline jujur dengan sedikit gugup.

"Sel?" panggil Jade lagi yang membuat Seline memberanikan diri langsung menatap ke Jade.
"Bagaimana jika kau kembali bekerja di perusahaan..."
"No Jade." potong Seline cepat.

"Why? Kita hanya perlu profesional tanpa mencampur adukkan masalah pribadi." ucap Jade berusaha membujuk Seline.
"Aku...Jade, aku tau. Tapi ini akan berpengaruh dengan hubunganmu dengan Fee. Kau tau dia dan aku tau dia." jawab Seline sekena mungkin.
"Masalah Fee akan aku jelaskan padanya, dia akan mengerti." serkah Jade lagi masih membujuk Seline.
"No Jade. Aku tau maksudmu baik, tapi aku menjadi serba salah nantinya." jawab Seline berharap Jade berhenti membujuknya.

"Come on Sel, daripada kau..."
"Jade, kau tau aku masih mencintaimu kan? Aku tidak bisa. Aku hanya bisa merusak semuanya. Please, aku harap kau mengerti." potong Seline sambil menatap Jade penuh harap.
"Sel..."
"Kalau kedatanganmu kesini untuk itu Jade, maaf, aku benar-benar tidak bisa." potong Seline lagi sambil berdiri dari posisinya.

"Baiklah, aku juga tidak bisa memaksamu." ucap Jade pada akhirnya dan ikut berdiri.
"Tapi Sel, jika kau membutuhkan ku, kau tak perlu sungkan. I'll be there." ucap Jade sebelum pergi meninggalkan Seline yang hanya bisa terdiam terpaku.

"You'll be there? Haha, omong kosong Jade! Kau bahkan tau aku sangat dan sangat membutuhkanmu. Setiap saat. Tapi..Hah, mungkin benar, aku tidak seharusnya mencoba untuk itu." batin Seline sambil menatap kosong pintu yang baru saja di tutup oleh Jade.

Hello!!!

Oh ya, maaf kalau banyak typo dan tiap chapternya pendek, hehehe...

Tenang saja, ini baru chapter awal kok, nanti selanjutnya diusahakan lebih panjang lagi kok, ngak sependek ini...

Jangan lupa votes nya yah😁
Di tunggu juga saran nya😁
Please jangan jadi pembaca yang bisu😢
Please don't be the silent readers😢

Selamat membaca❤

What is Mine, is MineWhere stories live. Discover now