"Some dreams weren't meant to come true.
I learned that from you."
Bukankah kita yang semula,
adalah kita yang tak sama-sama?
Bukankah sebelum kau ada,
kehilangan adalah hal biasa?
Lantas kenapa, aku merasa kurang
ketika kau tak datang?
Lantas kena...
Aku menarik napas, memandang langit sore. Sinar matahari sedang berada di batas garis terbarat cakrawala. Ia, senja, juga memandang ke arahku, seakan tak ingin pergi. Seakan enggan hilang tanpa memberi kesan yang mendalam. Sudut-sudut bibirku sedikit demi sedikit tertarik, membentuk senyuman. Hatiku sudah lebih damai dari sebelumnya, dan aku masih tetap yakin dengan keputusanku, sehingga kelak, aku tidak akan menyesali keputusan yang telah kuambil.
Ada begitu banyak hal yang kulewati di tempat ini. Mungkin, saatnya aku membentuk hal-hal baru di tempat lain.
Lagi, aku menarik napas, menghembuskannya perlahan-lahan seolah yang kuhembuskan adalah kesedihan. Pikiranku mulai terbang, barangkali perasaan ini hanya ada di pihakku sendiri, maka aku juga harus siap untuk patah hati sekali lagi.
Biarlah tempat ini menjadi sebuah cerita. Dimana aku mengenal dan melepasnya di tempat yang sama.
Kualihkan pandanganku ke layar ponsel yang sedang kugenggam, melihat lagi pesan terakhir yang kukirimkan pada lelaki itu.
Some dreams weren't meant to come true. I learned that from you.
Pesan itu belum terbaca, mungkin dia sedang sibuk. Sibuk dengan dunia dan aturan yang ia buat sendiri, dan tanpa sadar, mengabaikan hal sepele yang justru berdampak besar bagiku. Ternyata benar, jika seseorang tak ditakdirkan untukku, sekeras apapun aku berusaha, ia akan tetap jauh.
Ia akan tetap berada di garis batas yang selamanya tak bisa kugapai.