Part 1 - I See You

Zacznij od początku
                                    

"Jam berapa?" Tanyanya kesal.


"Mommy tak tau, mungkin besok pagi." Sesal Nyonya Ji.


"What! Besok pagi? Mom, You crazy!" Pekik Cesilya.


"Enough! and, still in the house. Do not argue!" Perintahnya.


"Mom." ucap Cesi tak percaya.


"Mommy sudah terlambat, kenapa kau jadi seperti ini? Jangan pernah mengadu hal yang tidak-tidak pada Dady, mengerti." Ancamnya, kemudian berlalu.


Setelah menatap kepergian Nyonya Ji dari atas kamarnya, Cesi turun kebawah untuk menemui guru barunya. Meskipun Home schooling yang ia ikuti bertarap internasional, namun tetap saja selama 16 tahun ia tak bisa melihat dunia luar dengan bebas.


"Mian, membuat anda menunggu lama." ucap Cesi seraya membungkuk hormat.


Pria berperawakan tinggi itu membalikan badannya.


"Ah, tak apa. Lagi pula, saya baru sampai." ucapnya seraya tersenyum.



"Jadi, sampai mana materi yang sudah kau pelajari. Nona Cesilya?" Lanjutnya seraya mengeluarkan beberapa buku pelajaran.



"Aku lupa." ucapnya dingin.


"Kau bisa memperlihatkan buku catatanmu, padaku." ucapnya masih sangat ramah.

"Aku tak butuh belajar." ucap Cesi seraya menatap jendela.


Pria itu mengikuti arah pandang siswinya, ada sedikit kebingungan dari benaknya.


"Cesilya." Panggilnya lembut, namun tak ada balasan.

"Cesilya Ji." ucapnya dengan nada membentak.


"Huh." Cesi hanya menatap kaget.

"Siapkan, bukumu. Sekarang!" Perintahnya.


Dengan langkah terpaksa ia mengambil buku-bukunya, pria itu kemudian hanya tersenyum. Usianya terpaut jauh dengan cesilya, ia kemudian membuka laptopnya, dan mulai mempersiapkan materi.



***


Sekelompok pria berandalan sedang mabuk-mabukan, hanya saja mereka sedikit berbeda. Mereka mabuk di setiap komplek perumahan Elit, bukan di club malam seperti yang lainnya.


"Kau lihat, rumah besar disana?" Tunjuk temannya.


"Ya, hampir sama. Dengan punyaku." ucapnya Sombong.


"Ya, aku tau." ucap Temannya dengan nada malas.


"Lalu?" Si sombong itu masih fokus dengan minumannya.


"Ku dengar, mereka memiliki gadis yang cantik. Hanya saja, tak pernah ada yang melihatnya." ucap Pria bersurai abu itu.


"Apa maksudmu, Ji Min?" ucap Nam Joon.

Seketika Suga menghentikan minumnya, menatap tanpa ekspresi rumah megah di dalamnya. Ya, si berandalan itu adalah Suga, Nam Joon dan Ji Min. Namun itu belum sepenuhnya hadir, Hoseok. Pria itu sesang menjalani rehabilitasi karna ketahuan oleh Appanya.



"Entahlah, kudengar Penyanyi itu menyekolahkannya di luar Negri." ucap Jimin enteng.



"Sudah kuduga." ucap Suga sinis, kemudian meminum kembali Vodkanya.


"Ku pikir, itu bohong belaka." Ji min tersenyum kecut.




"Katakan yang jelas, Park Ji Min." Kini Nam Joon berhasil di buat kesal.


MirrorOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz