21- Feeling

20.9K 544 3
                                    

Kening Anggi berkerut ketika mendapat pesan dari seseorang disebrang sana.

"Kenapa lo?" Gio memperhatikan adiknya dengan alis terangkat.

"Keyla ngajakin makan malem di apart.nya."

Gerakkan Gio yang sedang mengotak-atik laptopnya terhenti. "Makan malem?"

"Yoi. Mau ngikut lo Kak?"

"Kagak deh. Pasti ada si burung ,"

Bola mata Anggi berputar sebal. Memang sih , dia juga sebenarnya malas. Tapi mengingat keterbatasan mereka bertemu akhir-akhir ini sedikit terancam masalah karena diberondong tugas akhir kuliah. Mau tak mau Anggi harus menyisihkan waktu untuk sahabatnya itu. Lebih tidak mau melihat nya kecewa.

"Ya udin. Gue cabut." Anggi menggendong tas selempangan nya kebahu dan mulai bangkit dari posisi duduknya di sofa.

Gio hanya bergumam tak jelas sebagai respon bila dia mendengar. Matanya fokus pada layar tipis didepannya.

"Kak Gio , lo udah ketemu Kak Vanya ya?" Pertanyaan Anggi yang berada tengah didekat pintu ruangan menginterupsi kegiatan pria itu.

"Maksud lo?" Nada suara Gio menjadi was-was dan Anggi mencoba menahan diri untuk tidak tertawa.

"Kak Vanya ngontak gue. Dari sekian abad dia menghilang akhirnya dia menampakkan diri. Gimana perasaan lo kak? Bahagia? Cinta pertama lho ,"

"Anggi. it is not funny.." Gio berkata penuh penekanan.

Anggi mengangkat bahunya acuh. "Terlihat imut , mungkin?" Dia terkekeh. "Terpikir gak? Tujuan Kak Vanya muncul sekarang setelah sekian lamanya itu buat ngejar lo Kak..."

Gio mendengus. "Gak. Gak sama sekali."

"Kalau bener gimana?" Tantang Anggi.

"Cukup sekali gue jatuh. Gak ada untuk yang kedua kalinya." Gio membuang muka , mencoba kembali fokus pada layar laptopnya dan kejadian minggu lalu di resto kembali melintas membuat Gio menggeram kesal.

Anggi memperhatikan kakaknya yang tengah mengepalkan tangannya. Sedikit menghela nafas dan memutuskan pamit , membiarkan kakaknya itu sendiri didalam sana.

:::::::::::::::

"Selamat makan!" Keyla berseru dengan semangat , mengabaikan pelototan Anggi disebrang dan tatapan memuja Elang disebelahnya.

Melihat interaksi keduanya membuat Anggi membuang nafas jengah dan memutuskan makan dalam diam.

"Ikan bakar bawaan kamu enak Lang ," Keyla memuji yang langsung mendapat senyuman lebar Elang disebelahnya.

"Kalau kamu suka , besok kubawakan lagi."

Keyla membalas senyuman itu dengan senyuman juga. "Trims."

"Nothing dear.." Kerlingan mata Elang kini berubah jahil. "Imbalan nya mana?"

Keyla mengangkat kepala memandang Elang dengan kernyitan didahi seraya mengulum tangannya yang memang berpindah posisi menjadi sendok karena kebiasaan Keyla yang tak pernah sekalipun saat makan daging memakai benda besi itu.

"Apa?"

"Imbalan terima kasih mu.." Elang mengedip-ngedipkan matanya usil dan berakhir dengan lemparan sendok sukses mengenai kepalanya yang langsung membuatnya mengadaw–serempak kepalanya menoleh dan jatuh meringis heran menatap Anggi yang melotot.

"Seakan dunia milik berdua eaak?" Sindirnya membuat Keyla meringis geli.

Elang tidak berkomentar hanya mencebik–lucu dimata Keyla tapi risih dimata Anggi.

When there [is] Hope (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang