Part 28

123 9 0
                                    

"Ya ampun, gue seneng banget deh pas tau kalo yang jemput gue itu lo." Dewi antusias saat melihat Arkan yang kini sedang duduk di tempat pengemudi. Arkan diam, tidak menggubris ucapan perempuan itu.

"Lo tau nggak sih, gue kangen banget sama lo." dengan se-enak jidat, Dewi melingkarkan tangannya di lengan cowok yang sedang mengemudi itu. Dengan cepat Arkan memberontak dan melepaskan tangannya. Dewi cemberut, Arkan tak peduli.

Sedari tadi perempuan itu terus menerus bercerita tentang pengalamannya selama di Singapore, bercerita tentang teman-teman, sekolah dan lingkungan baru di sana. Tapi, sama sekali Arkan tidak menanggapi ucapan perempuan itu.

Dalam hati laki-laki itu menggerutu kesal, karena perempuan di sampingnya ini telah mengganggu tidur di hari liburnya yang hanya datang seminggu dua kali. Arkan tidak pernah suka jika ada orang yang mengganggunya saat hari libur, apalagi jika ada yang mengganggunya dengan urusan tidak penting.

"Arkan, lo tau nggak-"

"Nggak." jawab cowok itu cepat, suaranya dingin. Dan karena nada suaranya yang begitu dingin membuat Dewi langsung mengerungkan niatnya untuk melanjutkan bercerita pada cowok itu. Dan Dewi lebih memilih untuk menutup mulutnya rapat-rapat. Dewi tahu betul dengan sikap Arkan saat seperti ini. Jika suaranya dingin dan bersikap cuek berarti ia sedang tidak mau di ganggu dan enggan berbicara.

Keheningan menyelimuti suasana di dalam mobil hitam milik Arkan Ardiansyah. Tidak ada yang bersuara di antara keduanya, mereka sama-sama memilih diam. Arkan fokus menyetir, Dewi sedang memainkan ponselnya agar tidak bete-bete banget.

Alunan musik sama sekali tidak terdengar di dalam mobil ini, atmosfer di ruangan ini mendadak menjadi sempit. Dalam diam, Dewi ingin menangis karena terlalu rindu dengan sikap sahabat kecilnya ini. Ia rindu kebersamaan mereka yang dulu, saat mereka tertawa bersama, bermain masak-masakan bersama, lari-larian bersama. Ia rindu masa-masa itu.

"Ada tujuan apa lo dateng ke sini?" suara dingin Arkan menusuk indera pendengaran Dewi.

"Cuma mau ketemu lo aja kok." jawab Dewi dengan suara isak tangis yang berusaha ia tahan agar tidak terdengar oleh cowok di sebelahnya ini.

***

Pukul sembilan pagi Adara terbangun dari tidurnya dengan mata yang sembab karena semalaman ia menangis. Ia sendiri tidak tau apa yang membuatnya menangis. Hatinya seolah-olah menyuruhnya untuk menangis dan merasakan segala kesedihan.

Adara berjalan menuju toilet untuk mencuci muka dan menyikat gigi. Setelah itu, ia turun ke lantai bawah. Tidak memperdulikan suasana kamarnya yang berantakan, ingin membereskan dan membersihkannya saja ia tidak ada niat.

"Cie kebo baru bangun. Padahal semalem tidur duluan juga lo." kata Davin seraya mengunyah makanannya.

Davin tidak tau jika semalaman adik perempuannya itu menangis sampai pukul dua dini hari, dan ia baru bisa tertidur pukul tiga. Tidak ada yang tau tentang Adara menangis semalaman. Yang menjadi saksi hanyalah tuhan dan benda-benda mati di kamarnya.

Dengan lemas, Adara berjalan menuju dapur, membuka kulkas dan mengambil tiga kotak susu yang ukurannya sedang, mengambil satu batang keju yang belum di buka, serta segelas air putih. Ini adalah salah satu ritual yang selalu ia lakukan jika perasaannya sedang galau.

Davin yang sedang duduk menonton tv di ruang tengah menolehkan kepalanya ke arah dapur, memperhatikan adik perempuannya itu. Davin tau, Adara pasti kalau sedang bete atau galau, pasti ia langsung merampas makanan yang ada di kulkas lalu langsung di bawa ke kamarnya. Apalagi keju, Adara sangat menyukai itu. Maka, setiap orang tuanya pergi ke supermarket mereka rajin sekali membelikan keju untuk anak bungsunya itu.

"Lo kenapa deh?" tanya Davin tiba-tiba. Adara menoleh sekilas ke sumber suara. Kemudian ia langsung berjalan melewati kakaknya itu dan menaiki tangga menuju kamar. Davin melihat jelas mata adik perempuannya itu terlihat sembab seperti habis menangis. Tapi, ia tidak akan menanyakan alasan apa yang membuatnya menangis.

Davin memperhatikan Adara menaiki tangga sampai akhirnya terdengar suara pintu yang terbanting sangat kencang.

Oke, Adara sedang marah.

Davin menggelengkan kepalanya lalu kembali menonton kartun favoritenya.

***

"Gue," Adara mengunyah keju dengan kasar, "Sebel.." sambungnya sambil meminum sekotak susu.

Ingin sekali Adara meninju sesuatu yang bisa membuat emosinya mereda, bawaannya ia ingin menggigit orang kalau sedang marah, ingin menangis sekencang mungkin sampai seluruh dunia tau, ingin menceritakan tentang semua masalahnya yang sedang ia alami sekarang, tapi ia tidak tau ingin menceritakannya pada siapa. Adara hanya terduduk di atas kasur sambil mengunyah keju.

"Kenapa belakangan ini banyak banget masalah yang dateng ke gue?" Adara bertanya pada dirinya sendiri, "Capek tau nggak." Adara kembali mengeluh.

Layar ponselnya menyala, ada satu pesan yang tertara di sana.

Arkan: Tolong, kasih gue kepastian

***

FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang