10

217 17 0
                                    

Tadi pagi Adara baru bangun pada pukul Enam, kemudiam terjebak macet di jalan hampir tiga puluh menit. Saat di tengah jalan Adara rela turun dari mobil, dan berlari menuju sekolah hanya untuk mengejar waktu agar tidak telat.

Saat sampai sekolah, suasana bangunan itu sudah sepi. Pak Satpam juga sudah setengah menutup pintu gerbang. Dan itu tandanya, ia telat.

Dengan penuh hati-hati Adara berusaha menerobos koridor yang sepi agar tidak ketahuan sama guru piket yang sedang berpatroli. Dengan jantung berdegup, Adara berjalan mengendap-ngendap menaiki tangga untuk menuju ke kelasnya yang berada di lantai dua.

Setelah meyakinkan kalau keadaan aman, cewek itu langsung berlari kencang melewati lorong lantai dua yang sepi. Namun, karena saking kencangnya berlari, ia sampai menabrak seorang laki-laki.

Adara hampir saja terjatuh ke lantai kalau laki-laki itu tidak menangkap pergelangan tangannya.

"Ka Rayhan?" Adara mengernyitkan kening.

"Lha, lo ngapain lari-lari gitu?"

"Gue telat Kak." jawab Adara dengan nafas ngos-ngosan.

"Lo nggak bisa kabur Ra." kata Rayhan, membuat perempuan itu makin memasang tatapan bingung.

"Kenapa?"

"Soalnya Bu Ina ada di—"

"Kalian berdua!" suara menggelegar milik seorang guru membuat Adara dan Rayhan terdiam di tempat.

"Mampus!" Adara menepuk jidat. Ia ketahuan.

"Soalnya dia lagi patroli di lantai dua." jawab Rayhan setengah berbisik.

"Kalian berdua telat?" suaranya tegas. Membuat kedua murid itu langsung menganggukan kepala.

"Turun ke lapangan! Sekarang!" tanpa membantah, kedua anak itu langsung turun kembali menuju lapangan.

Di lapangan sudah banyak anak-anak yang bernasib sama sepertinya. Mereka sedang berdiri di bawah tiang bendera sambil hormat. Keringat mulai membasahi baju mereka.

"Kalian!" Bu Eka, wakil kepala sekolah sedang berdiri di pinggir lapangan. Sedang mengawasi dan menghukum murid-murid yang datang terlambat.

"Ke sini cepat!" kedua manusia itu langsung berlari menghampiri Bu Eka dan kemudian berdiri di depan guru itu dengan tatapan takut, dan juga dengan jantung yang berdebar.

"Kalian telat?" Adara dan Rayhan mengangguk. "Tapi kalian mencoba masuk kelas?"

Lagi, kedua anak itu mengangguk sambil menunduk takut.

"Kalian tau, hukuman buat anak-anak yang terlambat lalu mencoba untuk menerobos masuk kelas?" suara Bu Eka yang tegas, membuat kedua anak itu nggak berani mengangkat kepalanya hanya untuk menatap guru tersebut.

Semua Siswa Siswi SMA Harapan Bangsa sudah tau hukuman apa yang akan di berikan jika terlambat datang. Yaitu di jemur di bawah tiang bendera sampai istirahat. Atau nggak di suruh lari Lima puteran mengitari lapangan yang besarnya minta ampun.

Tapi, hukuman akan di lipat gandakan jika ketahuan terlambat, tapi malah mencoba kabur, atau mengendap-ngendap masuk kedalam kelas tanpa ketahuan guru piket. Kalau nggak ketahuan, ya syukur. Kalau ketahuan, mampus.

"Kalian saya jemur di bawah tiang bendera selama satu jam, lalu setelah itu berlari mutari lapangan sebanyak lima kali. Dan terakhir," Bu Eka menjeda, "Bersihkan lapangan sampai jam istirahat tiba."

Mantap.

Rayhan dan Adara tercengang mendengarnya. Mau membantah takut di omelin dan semakin tersiksa. Jadi mereka berdua lebih memilih diam dan menuruti apa kata Wakil kepala sekolah tersebut.

FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang