15 [Flashback]

194 13 0
                                    

"Nah Arkan, kenalin ini anak tante, namanya Adara."

Adara yang sedari tadi menunduk langsung mengangkat kepala dan sangat terkejut ketika melihat Arkan sedang duduk di hadapannya.

Tiba-tiba atmosfer di ruangan ini langsung berubah menjadi pengap, membuatnya menjadi sulit untuk bernafas. Tatapan mata yang tadinya biasa saja kini langsung berubah menjadi tatapan mata permusuhan. Keduanya sama-sama memberikan tatapan nggak suka.

Karena nggak mau di bilang nggak sopan, akhirnya Arkan menjulurkan tangannya ke arah Adara, untuk berkenalan. Agar kedua orang tua mereka nggak merasa curiga.

Dengan santainya Arkan memperkenalkan diri di depan musuh sambil berjabat tangan. Dan begitu pun dengan Adara, ketika ia sudah menerima jabatan tangan itu ia juga memperkenalkan diri dengan sikap yang ia buat sesopan mungkin.

"Duh, akhirnya ya kita bisa ngumpul lagi." kata Dania di sertai senyum bahagianya.

"Iya. Udah lama banget kita nggak kumpul-kumpul."

"Terakhir kita ngumpul kayak gini pas beberapa bulan mau nikah." Ucap Lia. "Sekarang baru bisa ngumpul lagi pas udah punya anak."

Sedangkan kedua remaja itu yang duduknya saling berhadapan sedari tadi hanya saling menatap dengan tatapan permusuhannya. Mereka berdua nggak ada yang mau mengalihkan tatapan itu ke tempat lain. Menurut mereka, kalau mengalihkan tatapan ketempat lain, itu sama saja artinya kalah. Jadi mereka nggak mau di kalahkan oleh lawan.

Mulut memang bungkam, tapi sedari tadi hatinya terus menyumpah serapahi pertemuan aneh yang kebetulan ini.

"Jadi dulu Mamah sama Tante Diana itu temen SMA." ucap Lia pada anaknya.

Oh Boy...

Rasanya dunia sempit sekali.

Terkejut? Pasti. Tapi ia nggak menampakkan keterkejutannya itu.

"Terus, Ayah kamu sama Papah nya Adara itu temen kerja." ia masih bungkam, nggak tau harus jawab apa.

"Kebetulan banget, kan?" dengan begonya, Arkan cuma mengangguk sambil tersenyum tipis di paksakan.

"Oh iya, kalian berdua juga satu sekolah, kan?" tanya Dania.

"Iya." jawabnya kompak.

"Wha, setiap hari dong ketemu?" sambung Lia.

"Iyalah." jawab Arkan santai. Tapi tatapan matanya nggak lepas dari perempuan yang sedang duduk di hadapannya.

*

Di tengah acara makan malam, ada sesuatu yang ingin di katakan oleh orang tua masing-masing. Hanya saja, sedari tadi mereka nggak berani untuk membuka suara.

Lia berdeham pelan untuk membuka percakapan, kemudian ia mulai mengatakan, "Sebenarnya selain acara pertemuan makan malam ini, ada sesuatu yang ingin kita katakan juga sama kalian." kedua remaja itu langsung menghentikan acara makan malamnya. Mereka diam di tempat nggak bergeming, indra pendengarannya mereka pasang kuat-kuat untuk mendengar jelas apa yang akan di katakan oleh perempuan berusia tiga puluh lima tahun itu.

Feeling keduanya sama-sama nggak enak. Tapi sebisa mungkin mereka bersikap biasa saja.

"Sebenarnya," Lia menjeda, "Kami mau menjodohkan kalian."

Tuh kan bener.

Dalam hitungan detik astmosfer di ruangan ini kembali terasa pengap, bahkan terasa lebih pengap dari sebelumnya. Jantung yang sedari tadi berdetak normal, kini serasa seperti nggak berfungsi lagi.

Begitu sempitnya kah dunia ini?

Arkan meletakan peralatan makannya di meja, kemudian ia mendorong kursi yang di dudukinya kebalakang. "Mau ke toilet sebentar." tanpa menunggu persetujuan Arkan langsung meninggalkan tempat itu.

FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang