Sexy Venus - Chapter 17

16K 1.2K 11
                                    

"So?" Tanya Adam setelah duduk berseberangan dengan Helena.

"So what? Aku masih ingat apa yang dikatakan seorang pria tukang perintah tadi pagi, menyuruhku datang ke kantornya dan tidak boleh telat jika tidak ingin mendapatkan tamparan di bokong."

"Dan kau terlambat setengah jam."

Helena memasang wajah terkejut yang berlebihan. "Oh my God... Artinya aku akan mendapatkan tamparan bokong?"

"Segera... Kau akan mendapatkannya segera, baby."

Helena tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya. "Hey, ada apa dengan waktu dan dirimu?"

"Helena, hidup itu selalu menggunakan waktu. Apa jadinya jika kita selalu mengulur waktu? Pertama, hal yang mesti kita kerjakan pasti akan selesai sangat lama. Kedua, setelah itu kita akan mengerjakan hal-hal lainnya yang juga membutuhkan waktu lama semakin memakan waktu. Dan jadinya kita akan melakukan aktifitas dalam sehari penuh yang tadinya hanya 12 jam bisa saja menjadi 18 jam atau lebih. Bukankah capek?"

Helena mencondongkan tubuhnya ke depan. "Dengarkan aku Tuan Tepat Waktu. Sudah dari sananya aku seperti ini. Ayahku saja tidak bisa mengubah sifatku." Helena melirik Adam dari atas hingga bawah. "Apalagi dirimu."

Sekarang Adam yang mencondongkan tubuhnya. Menunjuk Helena dengan jari telunjuk. "Maka bersiaplah mendapat hukuman dariku jika kau telat saat aku menyuruhmu datang."

"Silahkan hukum aku, baby." Helena berbisik lalu menggigit jari telunjuk Adam.

Pada saat bersamaan terdengar suara pintu diketuk membuat Helena duduk dengan sikap awalnya, sedikit berdeham sedangkan Adam menyeringai melihat jari telunjuknya kemudian menatap Helena dengan wajah mengisyaratkan 'Aku sungguh akan menghukummu'. Lalu muncul seorang wanita berumur akhir 40, sedikit gendut membawa minuman mereka. Setelahnya dia keluar.

"Dia salah satu sekretarisku," kata Adam seperti bisa membaca pikiran Helena.

"Unik."

Adam kembali tertawa seraya memberikan map. "Aku suka caramu menggambarkannya. Bacalah."

Selang beberapa menit, Helena sangat terkejut saat menatap nominal di surat kontrak. "Ini... terlalu berlebihan."

"Bagiku itu sepadan."

"Tapi menurutku ini sangat banyak, Adam."

"Tidak ada negosiasi."

Awalnya Helena kesal dengan sikap Adam, tapi ia tertawa. "Seharusnya itu perkataanku."

Adam hanya tersenyum. Helena lanjut membaca poin-poin penting. Semuanya sempurna dengan pemikiran Helena. Setelahnya ia menandatangani surat tersebut.

Setelah itu Helena langsung mengendarai mobilnya. Dan ponselnya bergetar menandakan pesan masuk.

Merindukanmu

-A-

Helena mendenguskan tawa dengan senyum yang tak pernah luntur. Hanya satu kata dari pesan singkat milik Adam dapat membuat hatinya tidak kosong. Mereka baru saja bertemu beberapa menit yang lalu dan sekarang pria itu sudah merindukannya.

Helena hendak membalas pesan Adam, pria itu sudah lebih dulu menelponnya.

"Ya?"

"Where are you?" tanyanya tanpa basa-basi. Khas Adam.

"Umm... Sedang dalam perjalanan menuju rumah."

"Benarkah? Aku akan ke rumahmu satu jam lagi."

Helena melirik jam tangannya yang masih pukul 3 sore. "Apa pekerjaanmu selesai?"

"Well... Sebenarnya belum semua. Tapi aku bisa membawa pekerjaanku bersamaku. Apa kau keberatan?"

Helena melirik ke kanan dimana ada minimarket lalu menepikan mobilnya. "Aku rasa tidak. Asalkan kau menjadi pria baik."

Adam tertawa terbahak-bahak. "Tenang saja aku tidak akan macam-macam asalkan juga tuan rumahnya tidak membuatku kelaparan."

Helena terkikik saat memasuki minimarket tersebut dan mengambil troli. Ia meletakkan dompetnya di sana. "Fine... Jadi kau ingin makan apa? Mungkin aku bisa membeli sesuatu."

"Tidak perlu. Aku cukup memakanmu."

Helena mengambil beberapa cemilan dan meletakkan ke troli. Dan tidak sengaja matanya menangkap sosok manusia yang terlihat familiar dengan kacamata hitam masuk ke minimarket. Saat Helena menatap pintu lagi, yang ada hanya seorang kasir di sana.

Helena memejamkan matanya lalu membuka kembali dan tetap tidak ada siapapun di sana kecuali seorang kasir. Tapi tetap saja ia merasa aura orang itu ada di sana. Mungkin karena otaknya masih berfikir jika pria itu ada padahal sama sekali tidak ada siapapun.

"Baby... Kau masih di situ?"

Suara Adam di telinganya membuat ia tersadar.

"Oh ya. Aku- Aku akan menghubungimu lagi. Aku sedang dalam perjalanan pulang."

Helena meniggalkan trolinya begitu saja dan langsung keluar dari minimarket tersebut. Dengan gelagapan ia masuk ke dalam mobil. Tangannya gemetar saat menghidupkan mobil. Suara deringan ponselnya membuat ia terkejut, akibatnya dengan tidak sengaja ia menjatuhkan tasnya.

"Dammit!"

Helena menundukkan tubuhnya untuk mengambil tas yang cukup memakan waktu karena semua barang di dalam tas berhamburan keluar. Lalu menyimpan tasnya di kursi sebelah. Menarik nafas... Hembuskan... Tarik kembali dan langsung meninggalkan area tersebut.

***

Dengan raut khawatir Adam memasuki rumah Helena. Ia menaiki dua anak tangga sekaligus dan langsung mengetuk pintu kamar Helena. "Helena, baby... Keluarlah. Aku tahu kau di dalam."

Helena membuka pintu dan Adam memeriksa tubuhnya dari atas kepala hingga kaki. "Apa kau baik-baik saja? Apa seseorang menyakitimu? Kenapa kau memutuskan telepon dariku begitu saja tadi?"

Dan kekhawatiran Adam semakin kuat saat melihat wajah Helena yang menegang.

Helena berdeham sebelum mengatur emosi paniknya menjadi tenang. "Ada orang gila di minimarket jadi aku langsung pergi begitu saja."

Helena dapat melihat Adam menahan marah dari wajahnya yang mulai memerah. Apakah Adam akan memarahinya karena ia berbohong? Dan detik berikutnya Adam mengumpat.

"Mulai besok kau tidak boleh ke sana lagi. Lihat? Orang gila saja bisa menjadi waras jika berdekatan denganmu. Jika aku tahu siapa orang itu, Demi Tuhan, aku akan menendangnya dari Amerika."

Helena mengerjapkan matanya sebelum tertawa kecil. Astaga... Pria ini...

"Dia tidak menyentuhmu, bukan? Apa ada barangmu yang dicuri?"

Helena menggeleng. "Tidak. Hanya saja aku meninggalkan dompetku di sana. Tapi tak apa... Di dompet itu tidak ada barang berharga maupun identitas kecuali uang tunai." Dan sebuah kalung pemberian Ayahnya. Tambah Helena dalam hati.

Adam mengumpat segala jenis yang pria itu tahu hingga menyebut kelamin Ayah pria itu tanpa sadar. "Orang itu bukan gila. Tapi pura-pura gila. Ia pasti mengambil dompetmu."

"Sudahlah Adam. Itu hanya dompet. Dan aku tidak mempermasalahkan hal itu."

Adam mengusap wajahnya dengan gusar lalu menghela nafas. Ia maju dua langkah tepat di hadapan Helena. Menangkup wajah wanita itu sebelum menunduk untuk memberikan sapuan halus di bibir Helena dengan bibirnya. Setelah itu Adam langsung menikmati bibir Helena dengan intens. Ia meluapkan bagaimana perasaannya hari itu di ciuman mereka. Kekhawatiran, frustrasi, cemas dan takut bercampur aduk. Helena mengerang, ia mengalungkan lengannya di leher Adam dengan kaki berjinjit. Ciuman mereka semakin panas dengan masing-masing lidah saling menari, menyecap, dan merasakan. Adam melepaskan pangutan mereka lalu menggeram. Dahi dan hidung mereka bersentuhan dengan nafas memburu.

"Kalau begitu kita akan buat rekening baru untukmu. Sebanyak apa pun yang kau mau, aku mampu."



SEXY VENUS [#1 VENUS SERIES]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora