#7 Uncovered

1.9K 168 39
                                    

WARNING! 17+


Cinta itu seperti angin, begitu dekat.
Namun saat kau ingin menggenggamnya, hanya kehampaan yang kau dapat.

***

Gadis cantik itu baru saja membuka pintu kamar ketika langkah kaki jenjangnya terhenti tepat di depan sebuah daun lain di hadapannya. Ia terdiam, mematung dalam posisinya dengan sorot yang tak lepas.

Jaraknya dengan pintu itu amat dekat, bahkan jika ia mengetuk atau membukanya, ia bisa bertemu langsung dengan sosok yang begitu penuh sesak mengisi hati dan kepalanya. Namun, karena pintu itu begitu dekat, justru sosok itu terasa sangat jauh.

Soojung menghela napas pelan, tersenyum miris mengingat kejadian semalam. Kedua matanya bahkan masih sembab akibat ia tak tidur hingga fajar menjelang. Kilatan saat-saat mereka berpagut mesra dengan tetes air mata, membuat udara sepagi ini terasa tak cukup memenuhi paru-parunya.

‘Bukankah seharusnya kita tidak boleh seperti ini?’

Lekat dalam benaknya ketika tanya itu terlontar lirih dari bibir cherrynya. Ia jelas ingat bagaimana tatap mata sendu itu menguncinya, mengiris-iris batinnya, seolah meminta untuk gadis itu menarik kembali ucapannya. Namun bukan jawaban yang ia dapat, justru Chanyeol yang beranjak dari sebelahnya dan berdiri beberapa saat membelakanginya, sebelum menyuruhnya terlelap dan keluar mengendap-endap.

Entah sudah keberapa kalinya di hari sepagi ini Soojung menghela napas panjang. Seolah menghirup seluruh oksigen pun, tak cukup untuk menenangkan batinnya yang terus bergolak cemas. Ia menunduk kilas, menatap daun pintu itu lagi, lalu berjalan menuju pantry.

“Kau sudah bangun?”

Soojung tersenyum kecil, membalas senyum cantik wanita yang kini tengah memotong beberapa sayuran di dapur lalu menghampirinya. Ia mengangguk kilas lalu memposisikan tubuhnya memeluk punggung wanita itu, membuat sang ibu sedikit terkejut dengan sikapnya yang tak biasa. Wanita itu tersenyum kecil seraya mengusap surai cokelat Soojung dengan sayang ketika merasakan anak gadisnya menyandarkan kepala di pundak.

“Aku suka aroma ibu,” ujarnya seraya memejamkan mata kilas, membiarkan wanita itu terkekeh pelan lalu kembali melanjutkan aktifitasnya dengan Soojung yang masih bergelayut manja di punggungnya.

“Kau tahu, Soojung?”

Gadis itu membuka mata, menilik kilas wajah ibunya yang masih tersenyum seraya memotong sayuran. “Ibu pernah menginginkan seorang anak perempuan yang manis sepertimu.”

“...”

“Dan sekarang Tuhan mengabulkannya.”

Gadis itu mengerjap dengan sorot matanya yang tiba-tiba menatap kosong.

“Oh, jadi ada yang bermesraan sepagi ini?”

Soojung buru-buru melepaskan rangkulannya ketika suara sang ayah terdengar dari arah kamar. Ia tersenyum malu-malu ketika ayahnya juga tersenyum manis ke arah keduanya seraya berusaha memakai dasi.

“Sayang, bisa bantu pakaikan ini?”

Soojung menoleh ke arah ibunya yang tampak tersenyum kecil, lalu berjalan menghampiri ayahnya. Berjinjit sedikit lalu memasangkan dasi di kemeja sang ayah dengan telaten.

Ia terdiam. Setiap moment yang terjadi di depannya saat ini terasa berjalan lambat. Dan entah kenapa, terekam begitu sempurna dalam benaknya. Ia lantas terkekeh kecil seraya menunduk.

‘Bagaimana mungkin aku tega menghancurkan semuanya?’

.
.
.
.
.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang