21 | New Guy At School

2.8K 302 14
                                    

Musik.

Bisa jadi sebuah pengingat yang baik. Membuatmu mengingat hal-hal baik yang pernah terjadi di dalam hidupmu.

Tetapi bagaimana jika musik justru yang menuntunmu pada kenangan buruk? Pada kenangan yang seharusnya tak perlu lagi timbul ke permukaan. Yang membuatmu membenci musik itu karena mimpi buruk kembali menelanmu.

Meadow duduk dalam Burgundy's pagi itu. Pandangannya tak menentu. Musik yang mengalun kecil menjadi latar belakang di awal hari terakhir liburan musim panas. Matanya mengantuk, hampir terkatup. Daging di bawah matanya menghitam. Mungkin karena ia tidak bisa tidur semalaman. Karena ada yang mengusik pikirannya. Di mulai dari surat misterius yang Harper dan dirinya khawatirkan, sampai pada film hitam putih tentang seseorang yang berputar di kepalanya.

Maka dari itu, tadi ia meminta Eric untuk membuatkannya kopi dengan kandungan kafein tertinggi. Untuk menghentikan kepalanya dari denyutan yang mengerat dan kantuk yang membebani matanya. Di tengah musik yang mengalun pelan, Meadow tersedak napasnya sendiri. Ia mengingat musik itu selekat seorang anak mengingat kado Natalnya. Atau buruknya, perasaan seorang anak yang kehilangan ayahnya. Sayang, itu bukanlah hal pantas untuk dibuka dan dibagikan kepada orang-orang. Ia mencoba menutupinya selama bertahun-tahun.

Bahkan, ketika Harper bertanya.

"Apa yang dilakukan ayahmu di Wisconsin?"

Ayah.

Adalah seseorang yang Harper banggakan sebagai salah satu pengusaha sukses di Prancis. Seseorang yang dapat Harper mintai uang untuk berburu mode terkini tiap musim berganti. Lucu, bagi Meadow, ayah adalah sosok imajinatif. Yang bisa ia ingat hanyalah ayahnya yang pergi tanpa alasan. Dan musik yang sedang mengalun inilah yang dulu sering diputar oleh orang tak bertanggung jawab itu. Musik favoritnya. Ya, Meadow menyebutnya orang yang tak mampu bertanggung jawab karena menelantarkan dirinya dan ibunya serta kedua saudarinya.

"Apa aku harus membacakannya untukmu?" tegur Eric sambil menaruh secangkir kopi hitam di hadapan Meadow. Matanya melirik pada secarik kertas di genggaman Meadow.

Meadow terhenyak dari lamunannya, kemudian tersenyum. "Trims, Eric."

"Sesuatu menganggumu?" Eric mengelap tangannya dengan selembar kain putih, terlihat begitu cemas melihat wajah Meadow yang pucat dan 'kosong'.

"Aku baik-baik saja. Hanya kurang tidur, itu saja."

Eric mengangkat satu alisnya dalam keraguan. Lalu, tersenyum sekenanya. "Baiklah. Aku berada di balik bar jika kau butuh sesuatu."

Meadow menyelipkan sehelai rambut pirangnya dan membalas dengan senyuman tipis. Dilihatnya pria itu pergi dan ia kembali menatap ke arah secarik kertas yang digenggamnya. Musik menyebalkan itu benar-benar telah menghalau pikirannya! Ada hal yang lebih penting yang harus dipikirkan, bukan?

Kertas itulah yang menjadi alasan dirinya tak bisa tidur. Meadow kesulitan mempercayai tak ubahnya hidup yang telah dijalaninya selama tujuh belas tahun sedikit demi sedikit bergeser dari 'normal' ke 'tidak normal'. Bagaimana bisa dirinya dari seorang 'pengasuh' beralih menjadi seorang 'bodyguard'?

Siapapun HJ--inisial pengirim surat itu--benar-benar sudah gila. Meadow masih suka mempercayai kenyataan bahwa HJ yang mengiriminya surat ini adalah pengirim surat untuk Sawyer sebelumnya. Hanya saja, lagi-lagi, mengapa semua ini berujung pada Meadow yang harus terperosok dalam masalah ini? Oh, pasti Tuhan sangat jenuh dengan hidup Meadow yang biasa-biasa saja sampai harus melilitinya dengan petualangan macam ini.

Dan ia teringat kembali akan janjinya pada Sawyer hari itu. Ketika menjadi sekutu adalah sebuah perjanjian konyol yang 'seharusnya' ditolak oleh Meadow. Tapi ia tidak. Ia menjadi pelik ketika mengingat pula perkataan Sawyer yang ingin pindah sekolah--ke sekolah Meadow. BOOM! Anehkah bila Meadow merasa terbebani sekaligus sedikit--sangat sedikit--senang?

The Tale of Meadow and The Mischievous GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang