09 | Who Is Who

3.7K 488 26
                                    


Tsk, tsk, tsk.

Suara itu kian berulang setiap Meadow mencoba kembali ke alam tidur pulasnya. Meadow bergeser dan menggaruk hidungnya, sesekali mengerutkan dahinya. Piyama merah muda yang dikenakannya berantakan. Rambutnya pun awut-awutan.

Tsk, tsk, tsk.

Tak kunjung suara itu berhenti. Sepasang bola biru gelap muncul seiring dengan kelopak matanya yang merekah perlahan. Ia meraba-raba kasur. Setelah mendapati apa yang dicarinya, barulah mata itu terbuka seutuhnya.

Meadow mengaktifkan ponselnya dan melihat angka yang tertera di layar itu. Ini masih terlalu pagi, batinnya.

Ia menghela napas kencang-kencang. Pikirannya yang masih terbuai mimpi semalam, kini terganggu oleh suara yang terdengar memprihatinkan.

"Huek!"

Dalam sekejap Meadow terbangun. "Harper?!"

Dirinya menuruni kasur secepat kilat sampai jari-jari kakinya menyentuh lantai yang amat dingin setelah semalaman tertiup oleh AC. Ia berjinjit dan mengendap-endap, bermaksud menghindari kontak sebanyak mungkin dengan dinginnya lantai yang membangunkan bulu kuduknya. Meadow menetapkan arahnya menuju kamar mandi, sejak, itu adalah ruangan satu-satunya yang terang benderang.

Alangkah terkejutnya Meadow ketika ia disambut oleh Harper yang terlihat... menyedihkan.

"Harper?! What've you done, Geezus?"

"Aku mual," jawab Harper yang sedang terkulai lemas di depan kloset. Tangannya memegang pinggir kloset, tak acuh akan sekotor apa benda itu.

"Katakan, apa kau meminum alkohol lagi?" Meadow menghampiri tubuh pucat Harper dan membantunya berdiri. Meadow berdecak dan mengangkat salah satu ujung bibirnya ketika melihat Harper masih lengkap dengan baju pestanya dan sepatu tumit tingginya.

"Aku hanya minum segelas kecil kok. Aku tidak terlalu mabuk untuk pulang sendiri. Well, dengan bantuan Luke untuk menyelinap. Sekarang perutku terasa terbakar dan mual sekali," jawab Harper pelan sambil merintih. Jari-jarinya yang dihiasi hiasan kuku berwarna merah kelabu itu meremas perutnya. Mereka berjalan berdampingan keluar dari kamar mandi sampai pada sofa kecil di dekat jendela.

"Kau ini ada-ada saja. Perutmu itu tidak didesain untuk alkohol. Kau tak ingat apa yang terjadi sebulan yang lalu di pesta Archer?" Terlihat wajah khawatir Meadow walaupun saat itu ruangan masih segelap pagi buta.

Harper terkekeh mendengar itu. Mereka duduk di atas sofa sembari Harper melepaskan satu persatu sepatunya dan melemparkannya ke bagian atas lantai yang berkarpet.

Meadow pun tersenyum lebar saat mengingat kembali kejadian itu. Sebulan yang lalu mereka pergi ke sebuah pesta yang diselenggarakan oleh Archer, sang ketua Dewan Murid, dalam rangka ulang tahunnya. Nasib malang, mereka harus pulang lebih awal saat Harper dengan bodohnya menenggak habis sebotol bir hingga mabuk dan Meadow harus membayar biaya taksi ekstra karena jok mobil yang terkena isi perut Harper.

"Ya, itu sedikit menyebalkan kau tahu? Luke menyuguhkanku sebotol dan yang bisa ku minum hanya sepersepuluh dari isinya. Life can kiss my ass," ujar Harper dengan ekspresi geramnya.

Menit selanjutnya Meadow melontarkan pertanyaan bak seorang penyidik yang menginterogasi pelaku kejahatan. Pikirnya, ia hanya mencoba menjadi teman yang perhatian. Bagi Harper, Meadow cocok menjadi ibu-ibu cerewet.

Meadow lalu beranjak dan pergi untuk mengambil air minum beserta obat anti mual dari dapur kecil mereka yang terletak di seberang kamar tidur dan di sebelah kiri kamar mandi.

The Tale of Meadow and The Mischievous GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang