“Iya nih, Za. Kan kasihan Aricnya. Kenapa sih lo bela-bela cowok gituan. Cowok gituan kok masih dibela. Emang dia pernah bela lo? Gak pernah!” Timpal Jasmine.

Kinar mendengus. “Gue gak bela-belain dia kok. Udah ah. Ribet banget ngomong sama lo pada. Gue kan Cuma mau ngasih tau berita bahagia.”

“Ya udah deh. Selamat ya. Langgeng terus. Jangan putus. Semoga lo adalah cewek itu. Maksud gue cewek setia yang emang lagi dicarinya.” Ucap Eliza mengguncang tangan Kinar lalu mengedipkan sebelah mata dengan jahil.

Kinar yang segera tau maksud Eliza, langsung menoyor kepala Eliza. “Yeee. Doa apaan sih lo. Gue tunggu janji lo kemaren-kemaren.” Kata Kinar meleletkan lidah pada Eliza.

“Selamat ya. Gue tunggu PJnya. Semoga langgeng sampe tua nanti. Kabar-kabarin ya kalo lo putus sama Aric. Biar gue embat Aric-nya.” Kata Jasmine cengengesan.

“Yaela, Jas. Lo doain apaan coba?” Kinar mendengus.

Jasmine tiba-tiba tersenyum lebar. Ia menyikut lengan Eliza. “Kayaknya kita harus ke toilet yuk, Za. Gue kebelet. Temenin gue dong. Soalnya kayaknya ada yang mau mojok. Lo gak mau jadi obat nyamuk atau orang ketiganya kan?”

Eliza mengerti maksud Jasmine dan segera bangkit serta menarik Jasmine untuk ikut bangkit. “Yuk! Gue juga kebelet nih. Buruan dong. Udah diujung nih. Gak tahan banget. Gue juga gak tahan ngeliat pasangan baru yang mau mojok. Kita kan jomblo.”

Mereka berdua langsung ngacir dengan cepat ke toilet. Kinar langsung gak nyaman duduk di tempatnya. Ia bangkit dan bergegas untuk menyusul mereka. Tapi tertahan oleh sebuah tangan. Kinar menoleh lalu mendengus kecil. Cepat-cepat ia pasang senyum palsunya.

“Mau kemana?” Tanya Aric yang ikut tersenyum.

“Mau ke kelas sih.” Sahut Kinar bohong.

“Udah makan?”

“Udah tadi sama Eliza dan Jasmine.” Jawab Kinar menunjuk tiga piring bekas batagor.

“Gimana kalo temenin gue makan?” usul Aric.

Kinar mengulum senyum palsunya. “Er… gue mau ke kelas nih.”

“Sebentar aja.” Desak Aric yang masih menahan lengan Kinar agar Kinar tidak pergi. “Gue makannya cepet kok.”

Kinar menghela napas. “Ya udah deh. Tapi cepetan ya makannya. Mau makan dimana?”

“Di meja tengah yang kosong itu.” Aric menunjuk sebuah meja yang tepat di tengah kantin.

Kinar hanya menurut saja. Dalam hatinya dia malas banget. Pengen banget dia langsung lari ke kelas atau ke toilet. Tapi, Aric genggam tangannya. Uh-oh.

-----------------------------------------------------------------------

RELATIONSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang