Two

85 5 2
                                    

Andin mendongakan kepalanya, mengamati sekelilingnya.
Jadi ini kampusnya..
tangannya masih berada dalam dua saku di jaketnya.

Andin berjalan kedalam gedung.
Not bad. Gumamnya dalam hati.

sekelilingnya memperhatikan Andin.
terlebih kaum adam, tak tau kenapa. tapi yang jelas, Andin tidak ingin menghiraukannya. Andin terus saja berjalan mencari kelas.

"Hei, Andin valerie Jhonson kan?"
Seorang gadis menghampiri Andin, badannya tinggi jika dibandingkan dengan Andin yang bertubuh kecil. badannya juga berisi, rambutnya panjang berwarna kecoklatan.

"Yup, kenapa ya?" Andin memasang wajah bingung.
"Hm, gue tamara. gue anak dari temen bokap lo. so, gue disini udah semester 2 sih sebenernya, gue disuruh jadi penunjuk arah gitu deh selama lo dikampus ini hehe." Jelasnya panjang lebar.
andin hanya ber oh ria. mencoba menahan tawa nya dalam hati.

Sebegitunya bodohnya aku dimata papa? Sampai harus diberi penunjuk arah? haha.

Papa memang terkadang berlebihan.
"Yuk, gue anter ke kelas lo. Bentar lagi dosennya dateng,"
Andin membuntuti gadis didepannya.

"Nah, hari ini kelas lo disini nih,"
Andin memandang ruangan didepannya.
Serba putih, di dalam juga masih belum terlalu ramai.

"Mungkin dosennya belum dateng," lanjut Tamara lagi.
Andin melempar senyum manisnya pada gadis yang baik hati ini.
"Gue masuk ya," Ucap Andin pelan.
Tamara mengedipkan sebelah matanya.
"Good luck Andin!"

***

Usai sudah kelas hari ini. Andin berlari kecil menuju Parkiran. sesekali ia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari Tamara. Ingin mengucapkan terima kasih, tapi batang hidung gadis itu pun tidak kelihatan.

Andin segera menelfon Pak joko.
Rasanya tidak ingin berlama-lama di gedung ini, terlalu ramai. Andin tidak begitu menyukai keramaian, untuk saat ini.

Dari kejauhan, ada cowok yang terus memandangi nya. mengamati gadis yang sedari tadi hanya menatap layar handphone nya itu.

"Ndin!" Teriak seseorang.
Andin menoleh, ternyata Tamara.
"Gue mau main-main ke apartment lo dong, sebenernya disuruh bokap lo sih buat nemenin lo,"
"boleh, lagian gue sendirian disana."

Ketika pak joko datang, Andin langsung mengajak tamara untuk masuk ke mobil.
Cowok yang sedari tadi memerhatikan Andin itu pun juga berlalu pergi, setelah mobil melaju meninggalkan AVILAS INTERNATIONAL UNIVERSITY.

***
"Jadi, kenapa lo mau aja dipindahin bokap lo kesini?" Tamara membuka pembicaraan, sambil menyeruput teh hangat yang dibuatkan Andin untuknya.
Andin mengambil posisi bersandar di sofa putih, tepat disamping Tamara.
"panjang deh ceritanya, tapi intinya disini gue mau buka lembaran baru," jawab Andin sambil meregangkan tangannya ke atas.
"Btw, gue gak tau lo anaknya om siapa atau tante siapa. karena gue gak begitu tau menau sama temen-temen papa," tukas Andin.

"Yaelah ndin, gue anaknya om Jeremy. lo nyadar gak sih gue pernah jadi kakak kelas lo di SD?"

Andin mencoba mengingat-ingat. dan...
Ya. Gadis itu mengingat semuanya.
"Astaga, lo kakak kelas gue yang suka ngajakin main petak umpet waktu SD kan?" Andin tertawa geli, Tamara mengerutkan bibirnya.
kemudian, tawa dua gadis itu lepas begitu saja.

***
"Bye ndin," Tamara berlalu meninggalkan Apartment Andin.
Andin melempar senyum untuknya.
jam sudah menunjukan pukul 9 malam, Andin merebahkan dirinya di sofa putihnya yang empuk.
"Huh, bete kalau sendirian kaya gini," desisnya.

Andin meraih handphone nya yang ada diatas meja. instagram. ya, instagram. social media favoritnya.

Andinavalerie_

Love, Andin.Där berättelser lever. Upptäck nu