"Semoga beruntung," kata Takamura sambil menepuk pundak Aditya.

Aditya tersenyum. Ia mulai melihat dokumen itu. Dan mulai mengerjakan tugasnya.

*****

Saat malam, Aditya merenungi diri dalam kamarnya. Dia merasa hampa. Hampir semua yang dilakukannya terasa sia-sia. Tapi benar kah demikian? Ia kemudian mengecek kalender. Hari kepulangannya semakin dekat. Tiga bulan lagi. Ia harus mengambil keputusan.

Dan ia teringat dengan tawaran yang diberikan manajernya. Ia ditawari bekerja dia Jepang. Atau pulang ke Indonesia.

Dia berpikir keras. Ia teringat pada Asma. Semua kenangan kembali berputar dikepalanya.

Kemudian dia membuka ponselnya dan mengirim pesan suara pada Asma...

"Aku akan pulang. Aku akan selesaikan semua tentang kita dan akan buatmu bahagia... Sabar ya. Tiga bulan lagi. "

*****

Asma membuka ponselnya diam-diam pada saat jam kerja. Pesan Aditya diterima olehnya. Dia senang sekali. Dia tak menyangka Aditya masih peduli padanya.

"Kenapa?" tanya Khairul saat melihat Asma senyum-senyum sendiri. "Main ponsel ya? Itu dilarang lho!"

"Aditya bentar lagi pulang," jawab Asma senang. "Bentar aja. Ini aku masukan lagi dalam saku celana."

Khairul agak terkejut mendengarnya. Jadi sebel juga. Ia pun jadi salah tingkah.

"Asma, kapan Aditya pulang? "

Asma mengacungkan tiga jarinya. "Tiga bulan lagi."

Khairul terpaku melihat jari Asma. Tiga bulan? Gak nyangka. Dan dia mulai berpikir apa saja yang sudah dia lakukan untuk mendapatkan Asma. Dan baginya tak ada yang berhasil. Mungkin memisahkan sepasang kekasih bukan bakatnya.

"Kenapa?" Suara Asma menyadarkan lamunan Khairul.

"Eh... Gak kok."

"Benar?" Asma terlihat menyelediki.

"Iya. Udah deh. Matanya jangan melihatku seperti itu." Khairul segera memalingkan wajahnya. Tiba-tiba hidungnya mengendus bau gosong. Ia melirik mesin Asma.

"Ya ampun! Duh... Asma hati-hati donk."

Asma yang panik segera mematikan heater mesinnya. Ia kemudian mengangkat plastik pembungkus yang hampir meleleh. Khairul cuma menggelengkan kepala.

"Maafkan aku. Untungnya gak meleleh, ya. Hehehe," katanya sambil nyengir.

Khairul mendengus sebal kemudian pergi meninggalkan perempuan itu. Malas rasanya berdiri di situ lama-lama.

Khairul kemudian pergi ke smoking room. Di sana ada Nanda juga yang sedang merokok.

"Gak kerja?" tanya Khairul begitu menghempaskan bokong di atas kursi.

"Gak, Mas. Bolos sebentar. " Nanda mengisap rokoknya. Ia melihat wajah Khairul begitu masam. "Itu muka atau mangga muda? Asem amat."

Khairul cuma menanggapi dengan senyuman tipis.

"Katanya Mas Adit bentar lagi pulang ya?"

"Tau dari mana?" Khairul pura-pura tak tahu. Ia nyalakan batang rokok pertama.

"Mas Raka."

Oh iya... Si pendek itu kan sohibnya Adit, batin Khairul.

"Emangnya si Raka sering telepon si Adit?"

"Sering, Mas. Kadang sayang-sayangan."

Khairul tertawa terbahak-bahak. Ia tak menyangka sampai segitunya persahabatan Raka-Aditya. Ia kemudian batuk karena tersedak asap rokok.

"Lha Mas Khairul. Sampe batuk begitu. "

"Ehem... Gak nyangka aja. Sampe mesra begitu."

Nanda menyikut Khairul begitu melihat Raka memasuki smoking area.

"Tumben ke sini, Ka?" celetuk Khairul.

"Gantian ngerokok. Pinjem korek." Raka menyambar fire lighter milik Khairul. "Woy Nanda, masuk gih. Gantian."

"Tanggung, Mas. Dikit lagi." Nanda menunjukan batang rokoknya yang tinggal sepertiga.

Raka mendengus. Ia cari tempat duduk.

"Ka, si Adit mau balik ya?"

"Iya, Rul. Tiga bulan lagi. Tepatnya kapan, belum tahu. Pokoknya jadi kejutan deh," jelas Raka.

"Tapi si Asma udah tahu."

"Mungkin. Tapi kan ada surprisenya."

"Iya kali."

"Jadi gimana, loe pasti masih ditolak Asma kan?"

Mata Khairul terbelalak. Pertanyaan Raka benar-benar menusuk hatinya. Wajahnya langsung berubah cemberut. Raka pun tak enak hati begitu melihat perubahan ekspresi di wajah Khairul.

*****

Ini hari minggu. Asma pergi ke rumah keluarga Aditya. Tapi yang didapatinya cuma rumah kosong. Ia sudah berkali-kali mengetuk pintu rumahnya, hasilnya nihil.

"Keluar semua, Mbak, orangnya!" teriak seorang satpam komplek.

Asma pun mendekati satpam tersebut. "Ke mana, Pak?"

"Gak tahu. Udah seminggu perginya. Katanya sih mau pindah rumah. "

"Haduh. Ya udah deh. Makasih." Asma pun berlalu.

Siang itu wajah Asma seperti orang bodoh. Jalan sendirian. Tak tentu arah. Nasib baik  dia tak tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Makin ngenes kan?

Kemudian dia terpikir sesuatu.

Aditya cuek. Keluarganya gak ada. Kalau pindah rumah, lha nanti gue gimana?

*****

Terima kasih yang sudah baca cerita ini.

Kalau kamu mau cerita lain, silahkan masuk ke profilku.

Ada kisah cinta satu malam dari Alanis Starkweather dan Altair Emerson dalam Casual Affair (complete! Cuma 7 bab!). Ada juga kisah cinta segitiga Widiyan Yudhistira, Jonathan Walter, dan Ezra Yudhistira dalam His Love. Dan masih banyak kisah lainnya.

Selamat membaca.

Cheers.

AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang