1. Anak Baru

8.5K 301 10
                                    

Hari pertama Asma bekerja di pabrik elektronik berjalan baik. Ia tidak tertinggal bus karyawan, tidak kena omelan seniornya, mampu mengerjakan tugasnya dengan baik, pokoknya sangat menyenangkan. 

Ketika jam makan siang tiba, ia yang belum punya teman di sana cuma bisa berjalan sendirian menuju kantin. Setelah antri beberapa saat untuk mendapatkan makanan, ia dibingungkan dengan tempat duduk di kantin yang hampir semuanya penuh. Dia berjalan kesana-kemari untuk mencari tempat duduk. Waktu makan siang yang terbatas membuatnya berpikir untuk duduk lesehan di lantai kantin seperti karyawan lainnya sebagai pilihan terakhir.

"Asma! Sini!"

Seseorang memanggil namanya dan Asma langsung mencari sumber suara. Ternyata itu suara Zakiyah, teman satu kosnya. Perempuan itu menunjuk kursi kosong di sebelahnya. Asma segera mendekati dan ternyata Zakiyah tak duduk sendirian. Ada seorang lelaki yang satu meja dengannya.

"Duduk sini aja," kata Zakiyah menunjuk kursi di sebelahnya.

"Makasih, Ki." Asma meletakkan makanannya di meja dan duduk di kursinya.

"Ma, kenalin. Ini Aditya, teknisi di departemenku. Mas Adit, ini Asma. Dia satu kampung denganku. Kita berdua sama-sama pendatang baru di kota ini," kata Zakiyah.

"Oh, ya. Aku Asma. Departemen Pembungkusan." Asma mengulurkan tangannya.

"Aditya," kata lelaki itu. mereka berjabat tangan. "Jadi ini ya artis di pabrik kita?"

Artis? Asma menunduk. Hilang sudah selera makannya. Melihat temannya mulai gelisah, Zakiyah mencoba mencairkan suasana.

"Dimakan dulu, Ma. Sebentar lagi istirahatnya selesai," ucap Zakiyah dengan lembut, ia kemudian menginjak kaki Aditya di bawah meja. Lelaki itu tampak terkejut. Tapi ia segera sadar kode itu. Ia tahu, ia telah membuat Asma tersinggung.

"Ayo dimakan. Ayam goreng buatan Mbak Sri tuh enak lho. Masa mau dibiarkan di atas piring aja?" Aditya memandang Asma yang tertunduk kemudian ganti memandang Zakiyah, seperti meminta bantuan.

"Ah, ya. Makan." Asma mulai menyuap sesendok nasi ke dalam mulutnya. Perasaannya masih tidak enak disebut artis oleh Aditya. Ia tahu, semua ini pasti karena masalah itu. Masalah yang seharusnya sudah selesai. Namun ia mencoba menghibur diri dengan berkata dalam hati kalau dirinya datang ke sini untuk bekerja, bukan cari sensasi seperti yang orang-orang tuduhkan padanya.

Di tengah asyiknya menikmati makan siang, Asma merasa diperhatikan oleh seseorang dari belakang. Ia menoleh dan melihat seorang perempuan yang sedang menatap tajam ke arahnya. Perempuan yang membuat hidupnya berantakan.

"Ah, jangan lagi!" batinnya.

*

AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang