#4 Indigo Part 2

6.3K 418 16
                                    

Jam didinding sudah menunjukan hampir jam sepuluh malam, namun Ratna belum juga datang kerumah. Rasanya benar-benar canggung saat Dera dan Dokter Tristan berduaan didepan Televisi selama 3 jam. Tak ada ucapan apapun, yang ada hanya terdengar sebuah hembusan angin dari mulut. Rasa canggung itulah yang membuatku nekat untuk membuka percakapan sebelum Ratna datang kerumah.

"Dokter dari tadi diam saja. Kenapa?"

"Tidak ada apa-apa" Dokter Tristan mengkerutkan dahi, sambil sesekali mengusap keningnya yang berkeringat.

"Dokter mau saya bikinkan minum" Tanya Dera disampingnya.

"Mau"

"Minuman dingin atau panas" Tanya Dera sekali lagi.

"Dingin" Jawabnya dengan agak gugup.

Dera berdiri dari duduknya, lekas langkah kakinya  menuju dapur untuk membuatkan es jeruk.

Saat Dera di dapur membuatkan es jeruk. Dokter Tristan menungguku disofa, ia merasa gemetar karena cintanya. Sudah lama niatnya mengucapkan perasaan pada Dera tak kunjung dapat kesempatan. Apakah saat ini adalah kesempatan yang baik untuk mengungkapkan perasaanya. Doketr Tristan duduk menatap acara televisi sambil berfikir dengan niatnya itu. Sambil menunggu kedatangan Dera, Dokter Tristan mencoba merangkai kata-kata untuk mencurahkan isi hatinya.

Saat Dera sudah selesai membuat es jeruk, ia lekas menuju ke ruang santai. Dera membawa dua gelas es jeruk segar, saat sampai dimeja dekat Televisi, di letakkan dua gelas es jeruk itu dimeja. Dera  mempersilahkan Dokter Tristan untuk meminumnya. 

Dera kembali duduk disofa, duduk disamping Dokter Tristan. Nampak kulihat Dokter Tristan mulai mengambil segelas es jeruk dan menikmatinya. Dera saat melihatnya hanya tersenyum sipu.

Disaat kami berdua beberapa detik membisu kembali, Dera dikagetkan dengan suara berdeham Dokter Tristan. Dia sepertinya ingin membuka percakapan dengannya. Saat pikirannya mulai menebak, dan ternyata benar tebakan Dera bahwa Dokter Tristan akan memulai Obrolan.

"Maaf aku terlihat gugup"

Dera melihat kearah Dokter Tristan sejenak, lalu Dera tersenyum kecil.

"Kau tak gugup" Tanya dirinya.

"Tidak" Jawab Dera yang masih menatap Dokter Tristan.

"Bolehkah aku jujur padamu" Ungkapnya dengan tatapn serius.

"Boleh" Jawab Dera.

"Aku merasa selama ini  aku Ja." Omongan Dokter Tristan terpotong oleh suara bell pintu. sontak semua buyar.

"Sebentar Dok, Ratna sudah smapai dirumah" Dera menyeka omongan dokter tristan. Dera berdiri dari duduknya. lalu Dera melangkah kearah pintu untuk melihat siapa yang datang.

Saat sampai didepan pintu, Dera melihat dijendela, ternyata yang datang adalah Ratna. Dera lekas membuka pintu dan tersenyum.

Ratna juga tersenyum. Lalu dia masuk dan berkata.

"Kau berduaan dengan Dokter Tristan ya"

"Ia. memang kenapa" Tanya Dera yang sambil berjalan mengikuti Ratna kearah sofa dekat televisi.

"Apakah dia menembakmu dnegan perasaan sepenuh hati."

"Apa" Aku kaget. aku berhenti dari langkahku dan mengerutu.

"Ah. sudahlah kalau belum menembak. berarti Doketr Tristan belum ada kesempatan" Ratna cekikikan.

Dokter Tristan yang emndengar percakapan kedua sahabat itu hanya bisa diam mematung, ia merasa malu akibat hal ini. Aduh Ratna benar-benar membuat dirinya malu pada Dera.

Kini mereka bertiga berkumpul dirumah. mereka saling terjaga untuk malam ini.[]

*******
Dokter Tristan duduk dikursi dekat   sofa, sedangkan Ratna dan Dera duduk disofa. Mereka bertiga mulai mendiskusikan sesuatu hal yang terjadi padaku. diskusi ini dimulai dari pertanyaan Ratna untuk Dera.

"Apa yang terjadi padamu Dera"

"Aku mengalami mimpi buruk, mimpi burukku bertemu dengan lelaki muda yang kulihat tadi siang. benar-benar mengerikans ekali.." Ucap Dera.

"Kau tidak sadar dengan semua yang terjadi Ra. Kau ingat waktu dulu kau sering melihat penampakan, dan samapi saat kau tetap melihatnya" Ratna menatap lekat-lekat wajah Dera atas ucapannya.

"Maksudmu" Tanya Dera.

"Sejenis pengidap Indigo" Ucap dokter Tristan.

"Pengidap Indigo" Ucap Dera yang makin kebingungan.

"Ya. Aku sebenarnya sudah lama menutupi hal ini bahwa kau itu sama dengaku. Kita sama-sama Indigo" Ratna berucap itu, membuat muka Dera berubah.

"Aku Indigo" Dera bermuka sayup. Namun ia mencoba tergar dan menerimanya.

Disitulah awal Dera tahu bahwa dia adalah seorang Indigo. Entah ini sebuah anugerah atau sebuah kutukan. []

Dera 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang