Nadine mengganti pakaian secepat yang ia bisa. Setelah mengikat rambut hitamnya dengan gaya ponytail, ia langsung berlari menuruni anak tangga.
"Bu, aku pergi dulu!" teriak Nadine begitu menapakkan kakinya di lantai dasar.
"Apa?" Lisa--Ibu Nadine--keluar dari arah dapur dengan celemek yang masih menggantung di lehernya. "Pergi ke mana? Makan malam sudah hampir siap, Nadine."
"Aku harus menemui Meghan, ada sesuatu yang akan kami bicarakan."
"Sepenting itukah? Sampai kau mengulur waktu makan malam?"
"Iya bu, ini sangat sangat penting. Tolong ya bu? Izinkan aku pergi, aku janji tidak akan pulang larut." Nadine mengangkat kelingking kanannya sambil memasang wajah memelas.
"Baiklah, tapi kau harus pulang sebelum jam 9." Akhirnya Lisa memberikan izinnya pada Nadine.
"Siap ibuku sayang!" Nadine mencium pipi ibunya cepat dan berpamitan.
Nadine berjalan ke halaman depan rumahnya, ia tersenyum senang mendapati mobilnya belum dimasukkan ke dalam garasi. Ia tak perlu kesusahan mengeluarkannya. Baru saja ia membuka pintu mobil, tetapi tangan seseorang menahannya.
"Nad, kau akan ke Starbuck ya?" Kira menyilangkan tangan di depan dadanya.
"Hah? Tahu dari mana?" Nadine sempat terkejut dengan kedatangan mahluk ajaib di depannya.
"Tadi aku tidak sengaja mendengar kau sedang bertelepon dengan Meghan,"
"Dasar penguping!" Nadine mendengus sebal.
"Aku tidak sengaja! Lagipula kau me-loudspeaker-nya tadi, jadi aku bisa mendengarnya," ucap Kira menyangkal Nadine yang menuduhnya menguping.
"Ok, terserah apa katamu. Kenapa kau masih di sini? Ibu pasti sudah siap dengan makan malamnya," Nadine menatap Kira heran.
"Sebenarnya aku mau menitip frappuccino kesukaanku padamu," Kira nyengir kuda sambil memainkan ujung-ujung jarinya.
"Memangnya dibelikan barang tanpa mengganti uangku itu disebut menitip ya?"
"Kali ini aku akan mengganti uangmu. Janji. Tolong belikan ya Nad? Please ..." Kira memasang puppy face-nya berharap Nadine akan luluh dan menuruti keinginannya.
"Tidak." Nadine menutup pintu mobilnya.
"Nadine! Nadine aku janji akan mengganti uangmu! Dua kali lipat kalau kau ingin!" teriak Kira dari luar sambil menggedor kaca mobil yang tetutup rapat. Nadine terkekeh geli. Rasakan itu anak kecil.
"Kalau aku tidak lupa," ucap Nadine menurunkan kaca mobilnya lalu menginjak pedal gas meninggalkan Kira yang kembali berteriak dan memaki.
***
Setelah memarkirkan mobilnya, Nadine melangkah menuju pintu utama coffee shop itu. Matanya sibuk menatap layar ponsel di genggamannya sampai akhirnya ia menabrak seseorang yang berjalan di depannya.
"Ah! Maaf aku tidak memperhatikan jalanku, maafkan aku," ucap Nadine sedikit panik sambil menatap pria yang memakai kacamata hitam dan beanie di kepalanya.
Pria itu hanya tersenyum dan mengangguk mengerti lalu kembali berjalan tergesa memasuki Starbuck tanpa mengucapkan sepatah katapun. Sepertinya ia sedang buru-buru. Nadine menggidikan bahu.
"Hey!" teriak Nadine begitu menemukan Meghan di antara puluhan pengunjung lainnya. Ia langsung berlari mendekat, menarik kursi, dan duduk di depan Meghan yang menatapnya bingung.
"Huh, aku kira kau sudah pulang dan meninggalkanku." Nadine menghela nafas lega.
"Tentu saja tidak. Kau mengirim pesan 'jangan pergi dulu' sebanyak 11 kali padaku."
"Kau menghitungnya?"
"Iya, karena aku tidak ada pekerjaan lain selain menunggumu, bodoh." Meghan memutar bola matanya kesal.
"Maaf, tadi aku dicegat oleh Kira yang meminta dibelikan frappuccino," Nadine terkekeh.
"Baiklah, jadi apa masalah yang sedang menimpamu?" Meghan melipat tangannya di atas meja layaknya anak TK yang siap mendengarkan penjelasan sang guru.
"Aku tidak sengaja menyukai postingan Calum Hood di instagram saat men-stalk akunnya! Meghan itu sangat memalukan!" ucap Nadine meringis menatap ponselnya yang menjadi saksi bisu sekaligus perantara yang membuatnya melakukan perbuatan memalukan ini.
"Apa? Jadi itu masalah yang berhubungan dengan hidup dan matimu? Kau bercanda Nadine," Meghan tak habis pikir dengan sahabatnya ini. Masalah kecil selalu saja ia besar-besarkan.
"Tapi dia memposting foto itu sejak 57 minggu yang lalu! Ah, apa yang baru saja aku perbuat?!" Nadine mengusap wajahnya frustasi.
"Ya Tuhan! Kau hanya men-stalk dan tak sengaja menekan love di salah satu postingannya. Itu tidak akan membuat keluargamu diusir dari Sydney!"
"Tapi ..."
"Lagipula Calum itu terkenal dan pasti banyak sekali notifikasi yang ia dapatkan, bukan hanya darimu saja. Besar kemungkinan dia tidak melihat notifikasi darimu, dan kalaupun ia melihatnya, ia tidak akan peduli dengan apa yang kau like. Chill out Nad," Nadine mengangguk-anggukan kepala mendengar ucapan Meghan yang sekarang terasa ada benarnya. Ah, dia ini memang berlebihan dalam menghadapi masalah kecil seperti ini.
"Kemarikan ponselmu, aku ingin membuka instagrammu." pinta Meghan dan beberapa saat kemudian iPhone dengan case berwarna tosca itu sudah berpindah ke tangannya. "Kau me-log out instagrammu? Kenapa?" Meghan menatap layar ponsel itu kebingungan.
"Setelah jariku menyenggol tombol love, aku langsung me-log out-nya dan menelponmu. Aku tidak tahu harus melakukan apa saat itu," Nadine nyengir sambil menggaruk kepalanya. Sedangkan Meghan memutar matanya jengah.
"Kata sandinya apa?"
"Masih sama dengan yang dulu, aku tidak menggantinya." Nadine merebut minuman milik Meghan yang tinggal setengah. Sementara Meghan dengan seksama menuliskan username dan kata sandi di ponsel Nadine.
"HOLYSHIT NADINE!" Nadine hampir menyemburkan minuman di dalam mulutnya saat Meghan tiba-tiba berteriak histeris dan menendang-nendangkan kakinya di bawah meja.
"Kau ingin aku mati tersedak? Atau ingin wajahmu terkena semburanku? Meghan, kau menarik perhatian seisi Starbuck, memalukan!" omel Nadine sambil menunduk menutupi wajahnya dari tatapan seram pengunjung lain.
"Kau tidak tahu apa yang baru saja aku temukan, kau tidak akan percaya apa yang baru saja kau dapatkan! Kau harus melihatnya!" Meghan menyodorkan ponsel Nadine dengan tidak sabaran.
"Pelan-pelan, ponselku bisa jatuh!" Nadine menerima ponsel itu dan menatap layarnya dengan dahi berkerut, tidak mengerti. Hanya ada vidio seseorang yang sedang memainkan slime di timeline instagramnya. "Kau histeris melihat slime warna kuning? Apanya yang mengejutkan?" Nadine menatap Meghan heran.
"Ugh, buka notifikasimu. Bukan timeline-nya bodoh!" Meghan meremas jarinya gemas. "Kau dapat like dan komentar dari Calum Hood! Lihat!"
"Apa?!" Nadine langsung menggeser slide-nya ke panel notifikasi, matanya terbelalak seketika.
calumhood commented : You have an amazing voice, I love it!😍
calumhood liked your video
calumhood liked your photo
TO BE CONTINUED ...
Whoa kira-kira apa yang bakal kalian lakuin kalau dapet notifikasi instagram kayak Nadine? Teriak? Nangis kejer? Kejang?😂
Oh iya, sorry ya gengs gue baru bisa update sekarang. Karena akhir-akhir ini lagi banyak tugas dan kerja kelompok:( dan sorry juga chapter ini pendek, tapi hari ini gue bakal publish double chapter kok:D so, jangan lupa vote, comment, dan baca chapter selanjutnya! Thank you xx
YOU ARE READING
Strings
Fanfiction"I always play the strings, so I don't have to play the girl's heart." Calum Hood fanfiction, written in Bahasa Copyright © 2016 by Lutvi A
