27. Membingungkan

Beginne am Anfang
                                    

"Jangan kencang-kencang, dong! Ntar aku jatuh, gimana?" protes gadis itu sambil tetap tertawa.

Dari ingatan yang satu, tiba-tiba loncat lagi ke yang lainnya. Tahu-tahu Nael melihat di depan matanya ada seorang gadis yang kini ia sudah ingat, gadis itu adalah pemilik nama Renaya Mahira. Yang saat ini Nael lihat ia sedang berdiri berhadapan dengan dirinya yang lain.

"Mata yang indah. Aku suka menatapnya."

"Kalau mataku nggak indah, jadi kamu nggak bakal suka sama aku?"

Naya menggedikkan kedua bahunya. "Mungkin," ucapnya sambil melempar senyum meledek.

"Hm," Nael nampak berdeham, kecewa. "Padahal aku nggak punya alasan kenapa aku bisa suka sama kamu."

"Kenapa nggak punya alasan?" tanya gadis itu. "Bukannya segala sesuatu membutuhkan alasan, ya?"

Nael menggeleng pelan. "Karena kalau aku suka sama kamu dengan alasan, suatu saat nanti alasan itu juga bisa menjadi alasanku untuk ninggalin kamu. Lain halnya kalau aku suka kamu tanpa alasan, aku nggak punya apa-apa yang bisa dijadikan alasan untuk ninggalin kamu sampai kapanpun."

Saat melihat Naya tertawa, Nael baru ingat, kalau itulah satu-satunya hal yang ada dalam diri Naya, yang membuatnya selalu jatuh hati semakin dalam padanya, tawanya. Bagi Nael, Naya selalu terlihat manis saat sedang tertawa. Dan sungguh Nael sangat merindukan tawa itu. Rasanya sudah lama sekali tidak melihat dan mendengarnya.

Selama ingatan itu satu persatu muncul secara acak di kepalanya, selama itu pula Nael berupaya keras menahan apa yang dirasakan kepalanya. Selama itu pula, cowok bermata cokelat terang itu terus mengerang kesakitan. Mencengkram kepalanya sekuat mungkin. Berharap sakitnya dapat hilang.

Namun, tidak ada hasil. Sampai ketika Nael sudah merasa terlalu sakit, dan ia tidak kuat lagi menahannya, saat membuka matanya ia sudah tidak bisa lagi melihat apa-apa. Pandangannya gelap. Hingga tiba-tiba ia merasakan tubuhnya ambruk begitu saja. Tanpa sempat lagi melihat sekelilingnya.

🌺

Alis Sera tertaut rapat, merasa asing akan pemandangan yang ia lihat di sekolahnya. Tidak biasa-biasanya anak-anak berkumpul meramaikan lapangan kalau bukan saat upacara. Dan yang Sera bingungkan, mereka semua memasang raut khawatir. Ingin tahu apa yang mereka khawatirkan, ketimbang masuk kelas, Sera memilih untuk menuruti rasa penasarannya lebih dahulu.

Di tengah-tengahnya, Sera juga mendapati beberapa orang yang mengenakan seragam serba putih seperti sedang menanti sesuatu. Siapa pula yang tidak heran melihat ada ambulance terparkir di area sekolah sepagi ini? Termasuk seorang gadis modis yang hari ini mengenakan bandana merah muda terselip di antara rambut panjangnya yang tergerai.

"Ada apa, sih?" tanyanya pada seorang perempuan.

"Ada yang berantem. Terus pingsan."

"Hah?"

Tak lama dari itu, Sera melihat seseorang yang sudah terbaring tak sadarkan diri, didorong menggunakan ranjang besi beroda, dimasukkan ke dalamnya. Beberapa saat Sera sempat menegaskan wajahnya.

"Kak Nael?!" kejutnya.

Tak ingin menghabiskan banyak waktu, cepat-cepat Sera berlari ke kelasnya. Ia harus memberitahu Naya!

Karena Sera yakin, meskipun Naya telah sampai sekolah duluan ketimbang dirinya, sikap temannya yang satu itu yang terlalu cuek, pasti membuatnya tak acuh akan keadaan sekitar. Termasuk akan keramaian yang terjadi di sekolahnya sendiri akibat ulah Nael dan Nata.

🌺

"Nay, Kak Nael, Nay!" pekik Sera panik saat di depan kelas, setelah berlarian menaiki tangga dari lantai satu. "Gawat!"

"Kenapa?" Naya yang sedang membaca novel, bertanya balik. Nampak jelas di wajahnya tidak tersirat kekhawatiran apa-apa. Menandakan gadis itu tidak tahu-menahu.

"Ckckck," Sera berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Kak Nael berantem, Nay! Terus tadi gue liat dia nggak sadarkan diri

Naya benar-benar bergeming mendengarnya. Sebagian jiwanya seperti tak percaya dengan apa yang Sera katakan. "Lo nggak bercanda, kan?" tanyanya.

Sera menggeleng.

Tanpa bicara apa-apa, Naya melepas novel dalam genggamannya. Berlari ke bawah, tidak peduli akan bel yang baru saja berdering.

"Nay, tunggu! Lo mau ke mana?" Sera bertanya seraya mengejar.

Naya mengabaikannya. Kedua kakinya tetap menuruni anak tangga satu persatu secepat yang ia mampu. Tidak tahu kenapa, perasaan gadis itu seketika menjadi tidak keruan. Padahal ini bukan pertama kalinya Naya mendapati Nael pingsan. Bahkan Naya sudah bisa menebak, cowok yang paling ia sukai matanya itu pasti seperti ini karena sakit kepala yang sering Naya dapati menyerang kepalanya tiba-tiba.

Pergerakan kaki Naya berhenti di tengah-tengah lapangan. Gadis itu berdiri memutar dengan pandangan yang menyapu sekelilingnya. Mencari Nael.

"Naya, tunggu!" teriak Sera lagi, ketika ia sudah berdiri di dekat Naya. "Naya!" Sera memanggil lebih keras. Sehingga akhirnya Naya menoleh. "Tadi Kak Nael gue liat dibawa ambulance. Coba lo tanya Kak Nata. Barangkali dia tahu."

🌺

Dengan sisa-sisa rasa sakit yang masih sedikit menusuk kepalanya, Nael maksakan kedua matanya untuk terbuka sempurna. Awalnya Nael pikir ia sedang berada di UKS seperti biasanya tiap kali ia terbangun setelah pingsan karena ingatannya sendiri. Tapi saat ia lihat lebih detil lagi sepertinya tidak. Nael melihat ada selang infus yang menempel pada salah satu punggung tangannya.

"Gimana kepala lo? Masih sakit?"

Seseorang membuat Nael menolehkan kepalanya. Didapatnya Nata yang masih mengenakan seragam sekolah utuh, duduk di kursi sebelah ranjangnya.

"Kenapa gue dibawa ke sini? Kenapa nggak di UKS sekolah aja?" Tanpa menjawab, Nael membalas tanya balik.

"Alat medis di UKS nggak lengkap. Lo bahaya kalau cuma dapet penanganan dari sana. Makanya gue bawa ke sini. Pihak sekolah udah hubungi Tante Nita. Sebentar lagi dia ke sini."

Mendengar pernyataan demi pernyataan yang Nata ucapkan, tidak tahu kenapa sungguh membuat Nael tidak mengerti lagi akan jalan pikiran orang itu. Bisa-bisanya dia sepeduli itu pada Nael, di saat aura perkelahian di antara mereka tadi pagi masih benar-benar dapat ia rasakan. Bahkan Nael lihat luka di sekitaran wajah Nata akibat hantaman kepalan tangannya pun masih basah.

"Maksud lo apa, sih,Nat? Gue bener-bener nggak ngerti." Nael bertanya dengan sorot mata menuntut penjelasan penuh. "Dengan lo berlaku seperti ini lo bikin gue bingung menyikapinya. Kemarin-kemarin lo bekerjasama dengan nyokap gue untuk menutupi masalalu gue. Tapi sekarang bisa-bisanya lo bersikap seperti ini. Sampai-sampai gue nggak bisa ngebedain, yang lo ngelakuin ini tulus karena gue temen lo, atau cuma berpura-pura semata?"

===

To be continue...

A/n: jangan lupa vote dan komen sebanyak2nya kalau mau up lebih cepet yaaa~

Selamat bermain dengan tanda tanya

Lost MemoriesWo Geschichten leben. Entdecke jetzt