SEVEN

325 18 5
                                    


[Charlotte's POV]

Aku merapikan selipan kemeja putihku di rok agar terlihat rapi dan memutar tubuhku ke samping memastikan selipan kemeja di belakang tubuhku juga rapi. Setelah selesai berpakaian dan bermake-up, aku turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi untuk aku dan Harry sebelum kami pergi bekerja. Ya, akhirnya aku diizinkan bekerja oleh Harry setelah melalui perdebatan yang cukup melelahkan dengannya. Aku menerima tawaran sahabatku Renna untuk menjadi rekannya dalam bisnis majalah fashion dan agent modelling. Ini kali pertamaku menjajal di dunia fashion, syukurnya aku mempunyai teman sekaligus sahabat Harry yaitu Cara yang juga menjadi rekanan di bisnis kami serta sudah mempunyai banyak pengalaman di dunia ini. Sebenarnya kurang tepat aku menyebut diriku bekerja, karena aku datang ke kantor hanya untuk memastikan karyawan-karyawanku bekerja sesuai rencana lalu aku bisa pulang kapan saja yang aku mau. Sesuai peraturan yang Harry buat bahwa aku harus sudah ada di rumah sebelum ia pulang bekerja.

Baru saja aku memindahkan omelet yang sudah matang dari teflon ke piring, Harry turun dari tangga. Ia sudah berpakaian rapi dan membawa tas travel coklatnya. Ia menaruh tasnya di sofa sebelum datang menghampiriku, memelukku dari belakang lalu menciumku,"Morning, Love!"sapanya.

"Morning"balasku, menaruh teflon di bak cuci piring lalu jalan bersamanya ke meja makan. Aku mengambilkan potongan omelet ke piringnya, menuangkan susu untuknya lalu untuk diriku sendiri.

"Hari ini aku akan terbang ke Los Angeles. Kamu yakin tidak ingin ikut denganku?"katanya disela-sela makannya.

Aku mengangguk,"Aku yakin, Harry"

"Tapi nanti kamu sendirian di rumah. Tak apa-apa aku tinggal sendiri?"tanyanya lagi.

"Tidak apa-apa. Lagi pula besok pagi kamu juga sudah kembali ke London jadi tidak akan jadi masalah hanya satu malam ini aku sendirian di rumah" balasku, ia pun mengangguk tanda mengerti.

"Lusa kamu punya waktu luang?"giliranku bertanya padanya.

Ia mengangguk,"Tapi dari pagi sampai sore aku ada interview untuk sebuah majalah. Ada apa?"

"Aku ingin berkunjung ke makam Darcy dan Daniel karena lusa bertepatan dengan hari tiga tahunnya mereka pergi.."jelasku lalu menyeka mulutku setelah selesai makan.

Kulihat Harry masih mengunyah di suapan terakhir lalu meminum susunya,"Setelah selesai interview aku langsung menjemputmu lalu pergi ke pemakaman. Kabari aku saja jika kamu sudah selesai bekerja"

"Oke"

Waktu pun sudah menunjukan pukul delapan pagi dengan segera kami bergegas membersihkan meja makan lalu Harry mengantarku lebih dulu ke kantor sebelum ia ke basecamp One Direction.

"Mmmmhh– I will miss your lips, babe"gumamnya di telingaku setelah berhasil menahanku keluar mobil dengan ciumannya itu.

"Harry, kamu harus cepat ke basecamp sekarang sebelum ketinggalan pesawat"sergahku mencoba melepaskan diri darinya tapi usahaku sia-sia karena ia cukup memiliki tenaga besar untuk menarik diriku kembali ke pangkuannya. Ia memperdalam ciumannya di bibir, rahang dan leherku tepat di titik kelemahanku hingga membuat aku mendesah beberapa kali.

"Kamu membuat aku tidak ingin pergi, sayang"ujarnya. Aku merasakan kejantanannya mulai menegang di bawah sana, sebelum terlambat dan membuat kegiatan ini berlanjut buru-buru aku turun dari pangkuannya dan duduk di kursi penumpang sambil merapikan tatanan rambutku dan pakaianku yang sedikit berantakan. Bukan maksudku untuk menolak berhubungan dengannya tapi keadaannya yang sedang tidak tepat. Ia hendak protes tapi tertahan karena suara deringan telepon masuk di handphonenya.

"Hallo, ya ini aku. Kau menelponku hanya untuk berkata seperti itu? Kau tahu? Kau sudah mengganggu kegiatanku dengan istriku, carrots!"omelnya di telepon. Aku bisa menebak pasti Louis yang sedang menelponnya, aku terkekeh geli.

The Our LifeWhere stories live. Discover now