09. Author POV : Dibalik pesawat yang melambung tinggi di ketinggian 38000 kaki.

1.4K 60 3
                                    

Para awak kabin serta pilot brifing dengan serius, tapi pemikiran muthia bukan ada disini. Mereka terbang dengan tujuan dinegara tetangga.

Ia sudah melanggar janjinya kepada fauzi, kalau tidak melibatkan masalah kerja dan pribadi. Lantas apa perbedaan dia dengan kennan. Semua berkat perjodohan ini yang membuatnya beberapa kali tidak konsentrasi.

"Ms. Mutia." Sapa capt. Greidy kepada pilotnya, muthia sibuk dengan coretan coretan di lembar perhitungan penerbangannya.

"Apa kau baik baik saja?" tanya capt. Greidy kembali sambil mengibaskan tangan dihadapan muka muthia. Berharap gadis itu menyahutinya.

"Eh-- em, aku baik baik saja." Muthia langsung melipat lembarannya, bodoh! Ia mengingat bahwa lembaran itu akan ia lapor untuk penerbangannya kali ini. Pilot bukan cuma mengendari pesawat duduk manis diatas kursi empuk. Tapi tanggung an pilot sangat banyak ia menghitung semua yang bersangkut pautkan dengan terbangnya ini, serta membuat laporan hasil hari ini, dan menanggung beratus nyawa penumpang.

"Kenapa lembaran itu kau coret? dengan umpatan umpatan kekesalan." Tanya capt. Greidy mengingat apa yang muthia coret dilembaran itu seperti ' fuck, shit, monkey ' dan semacamnya.

"Aku lupa, bagaimana ini. Biasanya ada lembar pengganti di-- ah itu dia." Muthia segera mengambilnya ditempat penyimpanan.

"Sudah?." Tanya capt. Greidy.

Bukannya dia sudah tau muthia sudah selesai mengambil lembar kerjanya kembali. Mengapa harus nanya lagi.

"Hm-" muthia langsung menyalin perhitungannya. Memusingkan. Tapi ini sudah menjadi kebiasaannya.

"Kita akan terbang diketinggian 38000 kaki, silahkan kamu itungkan berapa percepatan angin serta kamu cek suhu diatas sana." Perintah capt. Greidy.

"Oke."

"kau berasal dari indonesia?"

Muthia mengangguk, sambil mengecek segala kepastian dan resikonya. Beberapa menit kemudian ia selesai mengerjakan tugas yang diperintahkan capt.

"kita akan terbang disana dalam waktu 45 menit, suhu disana tak menentu percepatan angin sangat meresikokan penumpang. Kita lihat baik baik dipantauan cuaca. Akan lebih baik kita naikkan diatas 42480 kaki. Anginnya sedang tidak bagus. Lebih baik anda periksa lagi aku takut ada kesalahan dalam penghitunganku." Muthia menatap baik baik pria di hadapannya sepertinya umurnya tak jauh berbeda dengannya.

Manis, terdapat lesung pipi dikeduanya. Saat sedang berbicara pun itu terlihat. Alis matanya yang tebal serta bulu matanya yang lentik. Dia kayak cewek coba cewek beuh cantik banget.

"Capt. Greidy." Sapanya, ia menoleh.

"Kami sama sekali belum berjabat tangan ataupun apa, semoga perjalanan kali ini selamat sampai tujuan mengingat kondisi yang ga menentu." Lanjutnya melelehkan suasana yang beku, bukankah kami adalah team.

Ia mengukurkan tangannya, "greidy, aku berbeda 3 tahun lebih tua dari mu. Jadi santailah kalau mengobrol denganku."

Muthia kaget.

"Jadi umur berapa kau sudah menjadi capt?"

"Dua puluh dua tahun sepertimu." Gila orang yang berada di hadapannya sangat jenius melebihi fauzi tentunya. Hihi maafkan muthia, fauzi sekarang dia banding bandingkan.

"Berarti umur mu 25 tahun. Kau! Sangat jenius! Wah aku ingin sepertimu." Ia mengagumi sosok greidy, greidy mudah berbaur dengan suasana baru. Kami tertawa bersama sampai kami mulai serius dan mengambil keputusan untuk terbang diketinggian 38000 kaki. Setelah muthia meminta ijin untuk terbang diatas sana kepada ATC.

The Perfect Wife [ON GOING]Where stories live. Discover now