04. [Muthia POV]

1.8K 71 2
                                    

Aku tidak tau maksut dari kennan membawaku kesini tapi yang jelas aku bahagia, bisa bertemu dengan kakek lagi. Bagaimana kabarnya? Ia sudah seperti kakekku sendiri. Aku sangat menyayanginya, apalagi memang dari faktor keluarga ku yang seperti itu mereka selalu membandingiku dan tidak percaya akan usahaku.

Kakek mendukungku ikut test diperusahaannya, dan syukur alhamdulillah aku diterima. Walaupun kakek mengenalku tapi kalau sudah urusan pekerjaan ia sangat profesional dan tidak memandang dia siapa. Itu yang sifat aku suka dikakek, ia sangat adil, dermawan dan bijaksana. Perusahaan akan maju bila pemimpinnya jujur dan adil.

Bisnis kakek sudah melebarkan sayapnya dieropa bahkan amerika. Asean? Jangan ditanya siapa yang tidak mengenal Ferdinant Gates? Seorang pria muda terkenal dan sukses didunia penerbangan era 70-an sampai sekarang. Aku juga beruntung bisa bertemu dan bisa menjadi cucu-nya walau bukan sedarah.

Kakek terkenal sosok pria yang sangat dingin tapi menghangat jika bersama orang yang dia sayang dan percaya. Ia sosok kakek yang diidamkan para anak dan cucu-nya.

"Assalamu'alaikum" salamnya sampai didepan pintu besar ini yang disambut oleh para pelayan rumah ini. Mereka membungkukan badannya kepadaku dan kennan. Tapi aku merasa tak nyaman bila mereka menganggapku seperti keluarga gates. Aku bukan bagian dari mereka, jadi para asisten tidak usah menghormatiku sama seperti mereka.

"Kau mengenal kakekku bukan, mut?" Ia menoleh kepadaku seraya terus berjalan, aku mengangguk mengalihkan pandanganku ke penjuru ruangan rumah eh ralat istana ini.

Kennan bertanya kepada salah satu pelayan dirumah ini, mengenai keberadaan kakeknya. Lalu dengan sangat sopan sang pelayan itu menjawab, "tuan besar sedang berada diruang kantornya, tuan muda" Kennan tidak membalas ucapannya, ia langsung pergi begitu saja. Dasar tidak sopan!

Aku langsung mengucapkan terima kasih kepadanya lalu mengikuti kennan yang berjalan mendahuluiku, "apa kau tidak diajarkan sopan santun, tuan muda?" Ucapku kesal kepadanya.

Kennan berhenti dari langkahannya lalu menoleh padaku yang berada dibelakangnya, ia mengacuhkan bahunya dan melanjutkan langkahan kakinya.

Jelama wedan! Tak tau sopan santun!

Hanya bias cahaya dari luar yang mengintip dicela cela ventilasi udara yang menyinari jalanku dengan kennan dilorong rumah ini, tepat didepan kami terdapat pintu kayu besar yang menjadi ujung dari lorong yang dihiasi oleh lukisan lukisan jaman doloe didindingnya.

Saat kennan membuka pintu itu terdapat cahaya yang masuk menyinari lorong ini, "kek ini kennan."

Kami masuk disebuah ruangan yang berisi banyak sekali buku sepertinya ini perpustakan kecil, tapi disini banyak photo photo pesawat serta pajangan pesawat dari yang kecil sampai yang besar ada diruangan ini. Aku menatap kagum ruangan yang penuh dengan dunia penerbangan, kakek begitu mencintainya dan aku pun sama tapi aku tak seberuntung kakek yang memiliki uang banyak untuk menciptakan perusahaan sebesar ini.

Ada seseorang yang sedang membaca buku ditengah tengah meja ruangan ini, aku tau itu pasti kakek. Ia menoleh kepadaku lalu tersenyum hangat sampai menghangatkan hati yang tak lama sudah tidak melihat atau merasakan sosok seorang ayah.

Aku berlari ke arahnya, tak sabar ingin merasakan pelukan seorang ayah.

"Kakek, aku rindu padamu!" Tangannya mengelus kepalaku, rasa nyaman mengetarkan hatiku. Aku tidak ingin melepaskannya.

Tak lama aku melepaskan pelukannya, memperhatikan badannya yang agak kurusan dan keriput. mungkin karena faktor usia kali ya?

"Kau sangat kurus, kek. Apa disini tidak ada yang kasih makan? Ku rasa itu tidak mungkin. Apa kakek merindukanku? Eh nenek mana? Aku juga rindu ingin membantunya membereskan taman-nya. Sepertinya kita sudah lama tak berjumpa. Kakek kau baik bai--"

The Perfect Wife [ON GOING]Where stories live. Discover now