06. Muthia POV

1.6K 57 2
                                    

Kakiku ku masukkan ke dalam kolam renang dibelakang rumah keluarga gates, aku menginap disini. Itu permintaan kakek dan nenek. Menolaknya saja aku tidak tega jadi aku akan mengabulkan satu permintaannya.

Dirumah sebesar ini hanya aku dan para pelayan yang berada disini, pemiliknya sedang sibuk diperusahaan masing masing.

Ketika sedang asik asik memandang dan menikmati sensasi perasaan yang tenang.

"Kakek masuk rumah sakit." Pelan namun sukses membuatku membeku, suara bassnya menggema diteras ini.

Aku langsung menghampirinya, "terus keadaan kakek gimana?" Ku pegang kedua bahunya yang lebih tinggi dariku. Ia malah memandangku bingung.

"Kenapa? Kakek gimana?" Tanyaku dengan nada kegelagapan.

"Kalo kamu ga mau kakek kenapa kenapa, jangan kecewain dia. Aku mohon kamu bersedia menikah denganku."

Hening sesaat.

Ku tatap wajahnya, "kamu ga ngerti apapun soal aku! Menikah adalah jenjang yang sangat serius, dan aku ga mau salah pilih. Aku bukan orang yang mematahkan prinsip aku." Tegasku.

Ku hirup udara dalam dalam, "aku mau ke rumah sakit." ku alihkan pandangan lalu bergegas berjalan melewatinya.

"kalo gitu kita sama sama belajar untuk saling mencintai." Teriak kennan yang ku dengar dari dalam rumah.

"Muthia aku tau kamu ngedenger ucapan ku tadi!" Aku langsung berbalik jalan kearahnya.

"Ku rasa itu hanya sebuah kebohongan." Aku mengangkat sebelah alis, ku lihat matanya sorotan itu tidak berbeda. Aku tau ia hanya terpaksa menerima perjodohan ini. Aku bukan wanita bodoh yang hanya bisa luluh karena harta, tahta dan kata manis.

Dia diam.

"Aku tau dihati kamu, udah ada seseorang jangan buat cerita yang mengada ngada karena aku bukan wanita bodoh." Aku mengulum senyum.

"Jangan jadiin aku korban semua balas dendam atau karena alasan tertentu yang kakek obrolkan kemarin kepadamu, tapi ku rasa permainan mu sangat bagus. Dan hanya pemainnya saja yang tidak profesional. Oh iya aku akan melihat kelanjutan dari rencana yang sudah kamu mainkan. Aku tau kamu terpaksa." Ku pukul bahunya pelan, entah saat ini tidak ada sedikitpun rasa takut dibenakku.

Aku pergi meninggalkannya yang mematung ditempat ia berdiri, sedikit lucu sih.

"Mr. Kennan kau lebih pantas jadi CEO dibandingkan AKTOR MAGANG." Aku berteriak dari dalam rumah.

***

Ku perhatikan ponsel ku yang tenang, sedari tadi aku hanya bilak balik balkon dan kamar.

Suara ketukan pintu memecahkan keheningan ini, "siapa?" Teriakku masih dengan posisi tengkurap.

"Aku."

Tuh cowok ngapain lagi sih, aku tuh lagi males diganggu. Oh iya aku lupa kakek kan sakit. Aku segera mengebelnya agar tau keadaannya. Tak lama Suara dari ujung telpon menyahutiku.

"Iya muthia ada apa?"

"Kakek, gimana keadaanmu?" Tanyaku yang tidak memperdulikan ketukan serta teriakkan kennan memanggilku.

"Baik sangat baik, memangnya kenapa?"

"Syukur, kakek lagi dirumah sakit mana?"

"Rumah sakit?"

Yah kakek kenapa malah nanya balik sih.

The Perfect Wife [ON GOING]Where stories live. Discover now