Ji-hyun mendengus, ia hampir mati beku ketika Jong-in tiba-tiba menarik dan menciumnya, untung saja ia tidak berteriak, atau bahkan yang lebih parah adalah melompat ke belakang. Lagipula, kenapa Jong-in tidak memberitahu dulu jika ia akan melakukan gerakan erotis—tidak, Ji-hyun terlalu berlebihan—sehingga Ji-hyun tidak kelabakan?
Ia masih terbayang akan kejadian tadi. Bukannya apa, tapi jantungnya masih berdebar kencang dan entahlah, Ji-hyun sendiri tidak tahu bagaimana mengutarakannya.
"Hei, Jung Ji-hyun, kenapa bersembunyi di sini? Kau tahu para tamu menanyakanmu?" Jong-in yang tiba-tiba muncul dari balik pintu ruang ganti langsung duduk berjongkok di depan Ji-hyun.
Masih mencoba mengatur napas, Ji-hyun dengan sekuat tenaga berusaha menjawab, "Aku tidak akan lari setelah upacara pernikahan jika kau tidak menciumku seperti itu. Kau tahu? Jantungku hampir meledak tadi."
"Apa?" Jong-in tertawa renyah. "Bukankah kau sudah berkali-kali berkencan? Masa dicium olehku saja sudah berdebar-debar."
Berkencan? Sebenarnya, Ji-hyun hanya berkencan sebanyak dua kali sepanjang hidupnya.
"Baiklah-baiklah, maafkan aku. Jadi sekarang... maukah kau ikut keluar denganku? Aku tidak ingin mendengar berita kalau istri Kim Jong-in menghilang setelah upacara pernikahan," ujar Jong-in sambil mengedipkan sebelah mata.
"Bagaimana kalau aku tidak mau?"
Mendengar jawaban Ji-hyun, Jong-in menyipitkan matanya. "Kau akan menyesal."
"Kenapa?"
"Karena..." Jong-in mendekatkan bibirnya pada telinga Ji-hyun dan berbisik, "Aku melihat Chan-yeol menghadiri pernikahan kita."
"Apa?" Ji-hyun membulatkan mulut. Antara percaya dan tidak percaya, ia menengok ke arah Jong-in dan mendapati ekspresi senang dari pria itu. Benarkah bahwa Chan-yeol datang? Maksudku, apa dia sanggup melihat Ji-hyun bersanding dengan pria lain? Atau jangan-jangan pria itu sudah melupakan Ji-hyun dan dengan santainya menghadiri acara ini.
Ahh, sakit sekali rasanya.
"Tidak, aku tidak akan keluar."
Jong-in memutar bola matanya. "Ya! Jung Ji-hyun kau—"
"Aku belum siap melihat Chan-yeol bersama wanita lain, ah kau benar-benar tidak mengerti apa yang aku rasakan. Pokoknya aku tidak mau keluar!"
Frustasi pada penolakan Ji-hyun, Jong-in menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kenapa gadis ini kekanakan sekali sih?
"Bagaimana kalau ternyata Chan-yeol datang seorang diri? Maksudku, dia tidak bersama gadis yang kau bicarakan itu."
Ji-hyun menggeleng. "Tidak mungkin. Dia pasti datang bersama gadis itu."
"Tapi kenyataannya dia memang datang sendiri," Aku bahkan tidak tahu seperti apa Chan-yeol itu, "dan dia terlihat patah hati," Bukankah pria yang ditinggal kekasihnya menikah memang akan patah hati? Berbohong sedikit pada Ji-hyun tidak akan membuat gadis itu marah besar, bukan?
"Kau serius?" Ji-hyun mengerutkan kening.
"Dua-rius Jung Ji-hyun." Jong-in menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya pada Ji-hyun, membentuk huruf V.
Akhirnya gadis itu menyerah juga. Ia bangkit dan menggigit pelan bibir bawahnya sebentar. "Baiklah, aku akan keluar," jawabnya pasrah.
Jong-in tersenyum menang. Ia mengikuti Ji-hyun berdiri dan meraih telapak tangan kiri gadis itu, dan sekali lagi, Jong-in membuat Ji-hyun terkejut. Tidak bisakah pria itu meminta izin sebelum melakukan sesuatu? Benar-benar seenaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love [Kai - OC]
FanfictionPatah hati. Dua kata yang berhasil membuat Ji-hyun membuat keputusan gila untuk menerima pinangan Jong-in dan menjadi istri kontraknya. Tidak apa-apa kalau ia harus tersiksa. Tidak apa-apa kalau ia harus terjebak dalam perangkapnya sendiri. Tidak ap...