CHAPTER 5 - YES

4.3K 595 35
                                    

"Kalian sungguh-sungguh?" Kim Eun-sanng menatap mata Jong-in dan Ji-hyun yang duduk tepat di depannya bergantian.

Ia tahu, pasti sang nenek merasa bingung karena Ji-hyun mau menerima lamarannya secepat it. Atau mungkin, neneknya mengira kalau Ji-hyun adalah gadis matrelistis yang rela menikah demi harta dan tahta saja.

"Iya, mungkin ini aneh tapi—"

"Baguslah." Kim Eun-sang menepuk kedua telapak tangan sebelum Jong-in menyelesaikan perkataannya. Jujur, ia tidak peduli apa alasan Ji-hyun bersedia menikah dengan Jong-in. Ia tidak peduli jika gadis itu terpaksa, menginginkan harta, atau apapun itu, yang penting Jong-in memiliki kesibukkan lain sehingga perlahan-lahan bisa meninggalkan Samuel.

"Aku senang mendengarnya." Ia menatap Ji-hyun yang terus diam sedari tadi. "Jadi, Ji-hyun akan tinggal di sini, bukan? Dan kapan kalian menikah? Besok? Minggu depan? Bulan depan? Lebih cepat lebih baik. Nenek ingin segera mengakhiri masa menyebalkan ini."

Jong-in menekan pelipisnya, ia tahu yang dimaksud masa menyebalkan adalah hubungannya dengan Samuel. Sementara itu, Ji-hyun sedang berpikir harus menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut Kim Eun-sang bagaimana.

Tidak ingin Ji-hyun terjebak dalam kebingungan, Jong-in segera mengambil alih, walaupun pertanyaan itu tidak ditujukan untuknya. "Kami akan menikah minggu depan, Ji-hyun akan tinggal di sini seperti kemauan nenek, dan kami akan menikah dengan perayaan yang sederhana saja."

"Apa?" Kim Eun-sang tidak setuju. "Pesta pernikahan kalian harus meriah, biar nenek yang atur. Kau tidak bisa dipercaya untuk mengurus pernikahan, dan kalian juga bisa menambah daftar undangan selain mereka yang akan nenek undang. Oh ya, Jong-in, jangan lupa undang Samuel di pernikahanmu."

"Apa?"

Tidak peduli pada ekspresi penolakan Jong-in, Kim Eun-sang berdiri dan menarik lengan Ji-hyun, lalu mengajak gadis itu keluar. Ia perlu berbicara dengan Ji-hyun.

Mereka duduk di kursi taman belakang sembari menyaksikan ikan koi bewarna-warni yang asyik berenang di kolam. Menyadari ekspresi tegang dan bingung Ji-hyun sejak awal pertemuan mereka, Kim Eun-sang merasa sedikit resah. Ia tidak ingin gadis itu tertekan.

"Kau sudah tahukan jika Jong-in sedikit berbeda?" Kim Eun-sang mengeluarkan suara, mencoba untuk mencairkan suasana.

"Maaf?"

"Jong-in tidak tertarik pada wanita."

Hening. Pria itu tidak pernah menceritakannya pada Ji-hyun. Ia juga tidak pernah menuntut Jong-in untuk bercerita, mengingat salah satu poin perjanjian mereka adalah tidak ikut campur pada urusan pribadi masing-masing.

Mendapati Ji-hyun hanya terdiam, Kim Eun-sang membuang napasnya berat. "Sudah kuduga, anak itu pasti tidak mengatakannya padamu. Dan lagi, apa dia memaksamu untuk menikah dengannya?"

"Dia... tidak memaksaku, sebenarnya kami..."

"Kami adalah teman waktu kecil!"

Suara tegas seorang pria menyela ucapan Ji-hyun. Rupanya Jong-in berdiri tidak jauh dari keduanya. Ia berjalan ke arah Ji-hyun dan sang nenek. "Ji-hyun adalah temanku ketika Sekolah Dasar, kami cukup dekat. Jadi, ketika aku mengajaknya menikah, dia tidak perlu waktu lama untuk berpikir." Kali ini Jong-in menarik lengan Ji-hyun dan merangkulnya. "Kami harus membuat daftar undangan. Ji-hyun pasti ingin mengundang beberapa temannya," lanjut Jong-in yang kemudian menyeret Ji-hyun untuk mengikuti langkahnya ke dalam rumah.

Sifat mereka—Jong-in dan neneknya begitu mirip. Sama-sama suka menyeret orang semaunya. Tapi tunggu dulu, sebegitu miripnya sifat Jong-in dengan sang nenek membuat Eun-sang tahu kalau Jong-in sedang berbohong. Mereka bukanlah teman masa kecil. Eun-sang tahu karena hidung Jong-in berkedut ketika mengatakannya. Ah, pria itu benar-benar pembohong yang buruk.

Forbidden Love [Kai - OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang