"Apa yang dikatakan nenek padamu?" Jong-in menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Ia mengamati Ji-hyun yang kini duduk di atas ranjang.

"Tidak banyak, hanya fakta bahwa kau tidak tertarik pada wanita, lalu kau datang."

Benar. Ia belum bercerita pada Ji-hyun mengenai hal itu. Apa setelah ini Ji-hyun akan merubah keputusannya untuk menikah dengan Jong-in? Tidak! Jong-in tidak akan membiarkannya terjadi!

"Lalu? Setelah kau mendengar itu, apakah kau akan membatalkan pernikahan kita? Jangan bermimpi, aku tidak akan membiarkannya terjadi."

"Apa aku mengatakan sesuatu?"

Ji-hyun menajamkan matanya ke arah Jong-in. Pria itu nampak ketakutan jika ia membatalkan pernikahan. "Bukankah dengan kenyataan bahwa kau tidak tertarik pada perempuan adalah suatu keuntungan bagiku? Jadi, aku tidak perlu takut kau akan melakukan sesuatu yang tidak-tidak."

Skak mat. Jong-in tidak bisa membalas perkataan Ji-hyun. Paranoid yang menggerayangi perasaannya langsung menghilang begitu saja.

"Ah, sudahlah. Lupakan saja."

Ji-hyun memutar bola matanya. "Omong-omong, tadi nenekmu berkata bahwa aku bisa mengundang temanku ke pernikahan kita."

Pernikahan.

Sesungguhnya mengatakan hal itu membuat Ji-hyun bergidik ngeri.

"Tentu saja, kenapa?"

Apakah Ji-hyun ingin mengundang teman sekampusnya? Atau mungkin semua tetangganya?

"Aku ingin mengundang beberapa orang..."

"Beberapa?"

Ji-hyun mengambil ponsel dan mengetik sesuatu, kemudian memberikannya pada Jong-in. Tertulis beberapa nama di sana, seperti; Kwon So-ra, Mrs. Han, Lee Min-hyuk, dan yang terakhir, Park Chan-yeol.

"Kwon So-ra, aku sudah mengenalnya. Lalu siapa yang lain?" Jong-in bertanya penasaran. Apakah mereka adalah orang-orang yang telah membuat Ji-hyun sakit hati?

"Bukankah kita sudah berjanji tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing?"

Jong-in mendengus pelan. "Baiklah. Lupakan saja."

Bukannya kesal, Ji-hyun malah tertawa. Entah kenapa menyurutkan rasa penasaran Jong-in dengan menolak pria itu bisa membuat Ji-hyun senang. Ji-hyun suka melihat Jong-in dengan kening mengerut seperti tadi. Tidak, Ji-hyun tidak jatuh cinta pada Jong-in, ia bahkan tidak merasakan getaran apapun pada pria itu.

"Kau benar-benar lucu Kim Jong-in." Ji-hyun berusaha menahan gelak tawa dengan kedua telapak tangan. "Kau telalu serius. Mrs. Han adalah bos besar di cafe tempatku bekerja, sementara Lee Min-hyuk adalah anaknya. Dia bertanggung jawab untuk mengelola cafe tempatku bekerja. Dan Park Chan-yeol, dia adalah mantan kekasihku."

Jong-in hanya mengangguk-anggukkan kepala ketika mendengar penjelasan Ji-hyun, hingga akhirnya gadis itu menyebut nama yang terdengar tak asing di telinga. "Park Chan-yeol... aku merasa pernah mendengar nama itu sebelumnya."

Sungguh, Jong-in yakin jika ia memang pernah mendengar nama itu jauh sebelum bertemu dengan Ji-hyun. Entah kapan, tapi ia pernah mendengarnya.

"Sudah kuduga, kau pasti pernah mendengarnya." Ji-hyun mendekati Jong-in dan melepaskan dasi yang melingkar di leher pria itu.

Terkejut. Jong-in hampir melompat ketika kedua tangan Ji-hyun menyentuh dasinya. "Dasi yang kau kenakan ini adalah salah satu produk dari perusahaan keluarga Chan-yeol." Ji-hyun membalik dasi tersebut, terlihat logo bertuliskan Parkey'z di sana. "Bukan hanya itu, Rumah Sakit tempat nenekmu dirawat juga milik perusahaan keluarga Chan-yeol."

Forbidden Love [Kai - OC]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora