Chapter 22 : Gloomy

474 55 12
                                    



Author's POV

Hari ini adalah hari spesial bagi Tay. Wanita itu terus menunjukkan raut wajah bahagianya, persis seperti orang yang mabuk kepayang. Pipinya yang tirus terus merona, senyumnya mengembang, matanya berkilauan. Indah sekali.

Sedangkan untuk Niall ini hari Sabtu yang biasa. Ia harus bekerja setengah hari lalu menjalankan aktivitas akhir pekan yang tak menarik. Ia bangun dengan tidak semangat. Lingkar hitam lumayan terlihat karena akhir-akhir ini Niall disibukkan dengan tugas-tugas kantornya, bersyukur hari ini adalah hari dimana tugas-tugas tersebut dikumpulkan.

Niall segera mandi, berpakaian seragam kantor, memastikan jika tugas-tugas sudah disusun rapi, dan bergegas sarapan. Ya, setidaknya Niall sedikit terhibur dengan makanan-makanan a la rumahan yang sudah disiapkan oleh Tay sejak 30 menit yang lalu.

"Waah! Enak!" Niall memuji masakan yang Tay buat, seperti biasanya. Tay membalas dengan senyuman cantiknya.

"Kulihat, daritadi kau tersenyum bahagia. Ada apa dengan dirimu?" tanya Niall sambil memotong daging asap yang ada di piringnya.

"Hari ini adalah hari bahagia!" balas Tay yang membuat Niall menaikkan sebelah alisnya.

"Kau akan bertemu dengan Harry?" tebak Niall yang langsung dihadiahi tepuk tangan oleh Tay.

"Kau hebat! Bagaimana kau bisa tahu?"

Niall memalingkan matanya dengan malas, "Karena hari bahagiamu selalu karenanya," timpal Niall dengan berpura-pura sepenuh hati sambil memaksakan senyumnya.

"Tidak begitu. Denganmu juga bisa hari bahagia!" ucap Tay sambil mengelus punggung tangan Niall yang sedang memegang sendok dan garpu.

Setidaknya itu dapat membuat Niall sedikit semangat. Dalam hati Niall yang terdalam, ia selalu berharap agar Tay akan jadi miliknya. Walau entah kapan.

"This is crazy! 15 menit lagi aku akan telat! Aku berangkat dulu yaa, bye!" Niall meninggalkan Tay sendiri di ruang makan.

* * *

Tay segera mengurus Nick. Mulai dari mandi, memakaikan baju, makan, minum susu, menemani Nick menonton channel bayi, hingga bermain dengan Nick. Hingga akhirnya Nick tidur siang.

Lalu Tay lanjut membuat kue black forest. Kue favoritnya. Tak sampai 2 jam Tay sudah siap dengan kue istimewanya.

*

"Aku pulang!" pekik Niall berlari ke ruang tamu dengam bahagia. Ia segera merebahkan dirinya di sofa. Niall sangat lelah namun lega karena di hari Sabtu seperti ini ia dapat bersantai ria atau bahkan bisa nongkrong dengan rekan-rekannya.

"Wah, ayahnya Nick sudah pulang!" Tay turun dari tangga sambil menggendong Nick. Tay mengenakan dress dan riasan yang terpoles sempurna di wajahnya.

Niall terpana memandang penampilan Tay.

Hingga akhirnya hati kecil Niall berbicara bahwa pasti Tay berdandan cantik seperti ini pasti bukan untuknya. Untuk lelaki lain. Sudah pasti. Niall jadi kecewa dengan pikirannya sendiri.

"Kau ingin kemana?"

"Kau jaga Nick dulu yaa. Aku akan ke taman kota." balas Tay sembari memberi Nick pada Niall.

"Oh, okey."

* * *

Tay sudah sampai di taman kota. Ia kesini naik taxi. Kini Tay sedang duduk di bangku taman, menunggu kehadiran kekasihnya. Mereka sudah berjanjian untuk bertemu hari spesial ini.

Ini bukan anniversarry hubungan mereka. Hari ini adalah hari ulang tahun Harry. Tay sudah berpikir jika Harry semakin dewasa, ini tandanya Harry akan segera melamarnya lalu Tay bisa menceraikan Niall. Itu terdengar jahat. Namun itulah keinginan Tay bahkan sejak hari dimana Tay dan Niall dijodohkan ...

* * *

Yang tadinya senyum lebar, raut wajah Tay kini agak mendatar. Karena sudah tiga puluh menit Harry belum datang. Tidak biasanya Harry telat. Dia selalu tepat waktu. Tay terus mengirimi pesan singkat pada Harry dan melakukan panggilan.

Tetapi hasilnya nihil. Harry tidak membalas pesan dan yang lebih buruk adalah nomor telepon Harry sedang tidak berada di jangkauan alias tidak aktif.

Tay masih setia menunggu. Ia masih terus berharap kalau Harry akan datang. Bahkan Tay belum mengucapkan ucapan selamat ulang tahun. Padahal kemarin malam mereka melakukan video call lewat skype.

* * *

Tak terasa sudah lima jam Tay menunggu Harry. Bahkan kini Tay sudah mengantuk.

"Dia tak datang—" ucap Tay lirih. Air matanya mulai jatuh ke pipinya, menyebabkan maskara yang ia pakai luntur. Tapi memang ini menyakitkan. Dia sudah berharap ini akan jadi hari bahagia, tetapi kenyataannya? Kebalikannya.

Tay menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tak mau ada satupun melihat ada gadis termalang menangis di tempat publik yang seharusnya semua orang bahagia di sini.

Tiba-tiba seseorang meletakkan kedua tangannya di atas tangan Tay yang sedang menutup wajahnya. Tay tersenyum dibalik kesedihannya.

"Aku tahu kau pasti datang!" Tay membelai halus tangan yang berusaha menutup wajahnya, tangan Tay berpindah.

"Happy birthday, Harry!" seru Tay melepas tangan yang menutupi pandangannya dan menengok.

!

!

!

!

! ! !

"Niall? Mengapa kau yang ada di sini?" tanya Tay penuh kekecewaan. Harusnya bukan Niall yang hadir.

"Ulang tahun Harry?" Niall memastikan ucapan Tay yang beberapa menit lalu keluar dari mulut Tay dengan tulus dan lembut.

Tay mengangguk dan menarik Niall untuk duduk di sampingnya.

"Kau berniat untuk buat kejutan ulang tahun?"

Tay mengangguk lagi, lidahnya kelu. Ia tak dapat menerima kenyataan yang menurutnya pahit ini.

Niall mendorong kepala Tay pelan agar ia bersandar di bahunya. Niall berhasil. Kini Tay menyandarkan kepalanya pada bahu Niall. Tangisannya semakin menjadi-jadi. Niall tak dapat berbuat apa-apa.

Beberapa menit kemudia Tay duduk seperti biasa lalu memotong kue yang sudah ia buat dan memberi potongan tersebut pada Niall.

"Untukku?" Niall agak canggung menerima pemberian Tay.

"Ya, makan saja. Semuanya juga tak apa." balas Tay tentu masih sedih. Ia tak mau banyak perkataannya. Ini adalah hari terburuk baginya.

"Kau harus makan juga! Kan kau yang membuatnya," Niall menyodorkan sesendok kue yang telah ia potong.

"Aku kenyang,"

Niall kembali makan dengan lahap walau tadinya agak canggung.

"Oh ya! Nick kemana?" tanya Tay cemas.

"Dia kutitipkan pada ibuku hingga besok pagi. Tadi aku khawatir denganmu karena sampai jam segini kau belum pulang. Kukira kau ada di café tapi ternyata tidak. Dan ternyata kau masih di sini, sendiri." jelas Niall.

Padahal aku duga kau sedang berdua dengannya bahkan bermesraan dengannya, jika itu terjadi mungkin aku sekarang sedang menuju rumah seperti para lajang yang kesepian— lanjut Niall dalam hati dengan miris.

"Sekarang ayo pulang ..." Tay menarik tangan Niall. Seperti biasa, Niall mengikuti apa keinginan 'istri'nya.

�Й:�"

Pretend a Happy Family (Taylor Swift and Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang