Chapter 21 : I saw him

480 61 13
                                    


Niall's POV

"Ni! Bangunlah!" jerit Tay yang memekakan telingaku. Pantas dia berteriak seperti ini. Aku tertidur di atas sofa ruang keluarga dengan keadaan yang amat berantakan. Seperti apa? Popcorn berhamburan, film marathon yang masih berjalan, slushy stoberi yang tumpah. Aku tak sadar mengapa seperti ini.

Aku duduk dan berpikir.

"Ayo cepat bangun! Kau harus mengurus Nick! Aku akan kerja! Aku akan telat 20 menit lagi, terjagalah!" Tay berhasil membuatku membuka mata sepenuhnya. Nada tinggi, volume tinggi yang sukses.

"Aku sudah bangun," balasku singkat karena tak bergairah.

"Oke, kuberi waktu 2 menit untuk jelaskan mengapa bisa seberantakan ini? Aku sungguh tak mengerti," kini Tay berlagak seperti ia ibu dan aku anak balitanya yang harus patuh terhadap aturan dan omelannya.

Aku menghembuskan napas, "Baik. Pertama saat aku pulang dari kantor, kau sedang tidur dengan baby Nick, lalu aku bosan karena kau tak buatkan aku makan malam, kulihat lemari makan ternyata tak ada makanan kaleng atau mie ramen instan, jadi aku berniat untuk buat berondong jagung, karena hanya itu yang kubisa. Selanjutnya, slushy ini kubeli di kedai samping kantor saat pulang. Tak hanya itu, aku melanjutkan aktivitasku yang 'sibuk' dengan menonton film marathon, yaitu The Hunger Games, dimulai dari Hunger Games sampai Mockingjay part 2. Tapi baru sampai Hunger Games : Catching Fire, aku mengantuk lalu aku tidur dan kau berteriak kemudian aku bangun dan melihat kekacauan ini, mungkin gaya tidurku yang seperti arah jam yang mengendalikan ini."

Tay bertepuk tangan, "alasan yang menarik, kau juga jago Rap!"

"Lalu apa?" tanyaku.

"Kau ini! Jagalah Nick, bereskan kekacauan ini, dan berbelanja kebutuhan Nick. Untuk daftar belanja, sudah kutempel di kulkas. Untuk uangnya, ya pakai uangmu, sayang. Mengerti?" Tay memberikan Nick kepada Niall dengan cepat.

Aku mengangguk. Tay segera berlari meninggalkanku. Dia sangat gesit. Tidak seperti diriku yang hobi bermalas-malasan. Seperti saling melengkapi. Menurutku.

Sekitar satu jam aku berhasil membereskan kekacauan bodoh ini, Nick kubiarkan menonton Disney Junior dan duduk di bangku bayi yang aman. Sampai akhirnya aku selesai mandi dan berpakaian, aku akhirnya menggendong Nick untuk ikut bersamaku ke supermarket pusat kota.

Tak lupa aku membawa daftar belanja yang sudah Tay tulis dengan tulisannya yang tak bagus. Maaf, tapi aku lebih baik darinya. Tidak, aku hanya menghibur diriku.

"Ayo sekarang ikut daddy!! Yuhuu!" Aku menggendong Nick di pundakku, jika Tay tahu mungkin dia akan marah, karena ini tak aman untuk Nick, mengingat usianya baru menginjak 6 bulan.

* * *

Aku sudah berbelanja keperluan. Aku sudah terlihat seperti single daddy. Berbelanja hanya dengan bayi kecil, membawa trolley yang berisi bukan keperluan diriku (read : keperluan Nick). Andai kini aku sedang bersama Tay. Setidaknya aku tidak terlalu kelihatan seperti lajang yang kesepian. Abaikan. Ini terdengar berlebihan tapi beginilah kenyataannya. Bahkan aku tak ingat sudah berapa lama aku sendiri? Ya, Tay kan hanya istri pura-pura. Jangan terlalu berharap. Itu menyakiti diriku sendiri. Sudahlah.

Saat aku ingin pulang, aku memutuskan untuk makan beef steak di food court yang ada di dalam supermarket. Aku sangat beruntung Nick sama sekali tidak rewel.

Sesekali aku berbincang dengan Nick, curhat tentang perasaanku selama ini untuk Tay meskipun aku tahu, Nick tak mungkin memeberi solusi atau bahkan sekedar menimpali. Nick malah asyik menggigiti mainan bayi yang empuk.

Aku melihat ke arah parkiran. Berharap tiba-tiba ada seorang cinta sejati yang menemuiku. Padahal aku sadar, hidup ini tak semudah kisah cinta di televisi.

....

....

....

ASTAGA! Aku melihat ....

....

....

Harry di parkiran. Ya, itu tak ada anehnya. Tetapi ada yang ganjil. Ia sedang membukakan pintu untuk seorang gadis yang cantik. Saat memasuki mobil, Harry membelai rambut gadis itu dan sesekali berkata hingga gadis itu tersenyum.

Aku segera mengambil ponselku. Ternyata bateraiku habis. Aku harus beritahu ini pada Tay. Aku tak mau Tay terluka. Aku harap aku tak salah orang. Aku yakin itu Harry. Mataku tak mengidap cacat mata seperti rabun jauh atau yang lainnya. Meskipun aku sekarang tak pakai teropong untuk membantu melihat peristiwa ini.

Harry sudah melaju dengan mobil yang ia kendarai. Aku terlalu lambat dalam hal apapun. Terlambat. Aku berani taruhan, Tay tak akan percaya dengan ceritaku. Aku segera membayar makanan dan menuju rumah. Aku tak sabar akan ceritakan ini pada Tay. Aku tak bermaksud ingin membuatnya terluka, aku hanya ingin ia tahu.

Saat aku memasuki rumah ternyata Tay sudah sampai di rumah. Benar. Aku lambat lagi, aku berarti menjalankan tugasku cukup lama hingga akhirnya Tay sudah sampai rumah bahkan sudah rapi dengan piyamanya. Ia kini sedang menonton netflix.

"Lama juga kau berbelanja," sindirnya tanpa melihat diriku, mungkin ia tahu karena bunyi kerusuhan plastik belanja dan bunyi pintu tertutup.

"Tay, aku punya berita serius. Kau wajib dengar," aku langsung memposisikan diriku di samping ia duduk.

"Apa?" ia menjawab setengah hati. Selalu saja aku tak dianggap. Miris memang.

"Tadi saat aku di super market aku melihat Harry dengan seorang gadis di parkiran! Lalu ia membelai rambut gadis itu! Dan yang paling menakjubkan! Gadis itu sangat cantik sepeti model di majalah!" aku menceritakan dengan cepat dan hanya dengan satu napas.

Tay menengok ke arahku, "Lawakanmu tak lucu, baby."

"Aku serius Tay, sayangnya ponselku mati jadi aku tak bisa mengambil gambar mereka,"

"Ni, Harry tak mungkin seperti itu," timpal Tay bersungguh-sungguh.

"Coba, apa hari ini dia mengantarmu ke café? Atau dia menghubungimu hari ini?" selidikku.

"Ti-tidak ...." jawab Tay kaku. Mungkin ia sadar.

"Atau mungkin gadis itu adalah kakak perempuannya! Ya! Harry punya kakak perempuan! Aku yakin itu dia. Adik lelakiku juga kadang membelai rambutku. Itu wajar, Ni." aku terdiam. Betul juga. Aku tak tahu keluarga Harry sama sekali. Ya, mungkin Tay benar.



____________________________________

Don't forget to vote yaa .... apresiasiin lah udah mau tamat nih ☺

Pretend a Happy Family (Taylor Swift and Niall Horan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang