CHAPTER 3 - Agreement

Start from the beginning
                                    

"Sampai kapan kau akan terpesona seperti itu, Nona Jung?"

Ji-hyun tersentak mendengar suara seorang pria. Fokusnya buyar, kemudian berusaha mencari asal suara tersebut. Jong-in berdiri tepat di belakangnya dengan kemeja putih, kedua tangan pria itu di masukkan ke saku celana.

Ah...

Bahkan kharismanya memang memancarkan aura orang kaya.

"Ikutlah denganku, kita bicara di dalam." Jong-in menggerakkan kepala ke arah rumah dan sedetik kemudian berjalan mendahului Ji-hyun.

Mereka masuk melalui pintu utama, sebuah air mancur kecil di tengah ruangan langsung menyambut keduanya. Astaga, kenapa dia menaruh air mancur di dalam rumah? Tapi, siapa yang peduli. Intinya, Ji-hyun menyukai dekorasi rumah ini.

"Apa kau belum pernah melihat yang seperti ini? Tapi tidak masalah, kau pasti akan terbiasa. Apalagi sebentar lagi kau akan tinggal di sini." Jong-in melirik Ji-hyun sebentar dan berjalan ke arah air mancur tersebut.

Ji-hyun memicingkan mata. Ia tidak akan pernah tinggal di sini. Lagipula, kedatangannya hari ini bermaksud untuk embatalkan pernikahannya dengan Jong-in.

"Aku akan mengajakmu berkeliling dulu." Jong-in melanjutkan perjalanannya tanpa mau mendengarkan Ji-hyun. Terpaksa, gadis itu mendecak dan mengekori.

Mereka berhenti di ruang makan. Dua orang pria tengah menyiapkan makanan di sana, bukan hanya satu atau, namun banyak. Sangat-sangat banyak. Tunggu, apakah akan ada tamu?

"Setelah ini kau bisa makan. Aku tidak tahu makanan apa yang kau suka, jadi aku meminta mereka untuk memasak makanan dari beberapa negara."

Apa?

Apa lelaki itu gila?

Tidak, maksudku, dia benar-benar gila karena terlalu kaya!

Kenapa dia membuang-buang uang hanya untuk makanan?

Astaga, Ji-hyun tidak bisa membayangkan rasanya tinggal dalam rumah sebesar ini. Ditambah lagi, ia akan memiliki suami yang tampan. Benar-benar sempurna, bukan? Tapi, hei! Tujuannya ke sini bukan untuk itu. Ji-hyun harus membatalkan rencana mereka.

Seolah tak terhentikan, Jong-in bergegas naik ke lantai dua, kemudian membuka pintu salah satu ruangan.

"Ini adalah kamarmu." Ia berhenti sebentar, kemudian menepi untuk memberikan ruang bagi Ji-hyun agar bisa masuk. "Jika kau tidak suka dengan dekorasi atau perabotan yang ada di sini, aku akan menggantinya."

"Apa?" Ji-hyun menggeleng. "Tidak, ruangan ini benar-benar sempurna."

"Baguslah kalau begitu." Jong-in kembali mengajak Ji-hyun keluar. "Jadi, sekarang ikut ke ruanganku. Kita harus membicarakan pernikahan kita."

Pernikahan...

Setiap kali mendengar kata itu, entah mengapa seluruh tubuhnya bergetar hebat. Hati dan jiwanya bergejolak. Persepsi tentang indahnya pernikahan, kini berubah menjadi sesuatu yang kelam, terutama saat Ji-hyun teringat akan undangan Chan-yeol.

Kamar Jong-in berkali-kali lebih besar dari kamarnya. Di dalam sana terdapat kasur, kursi, beberapa meja, lampu, televisi, dan perabotan lainnya, bahkan Jong-in memiliki perapian kecil yang menjalar menjadi cerobong asap di dalam kamarnya.

Ji-hyun tidak duduk di sofa, ia tetap berdiri dan mengepalkan kedua telapak tangan, mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengatakan maksudnya datang kemari.

"Kim Jong-in..."

Bagus, ia sudah berhasil mengeluarkan suara untuk memanggil pria itu.

"Ya?"

Forbidden Love [Kai - OC]Where stories live. Discover now