Bab 8

32.8K 564 11
                                    

Bab 8

Di tengah hutan, terdapat sebuah tenda besar, mereka sampai ketika hari menjelang malam jadi lampu-lampu sudah dinyalakan, benar-benar menampilkan keeksotisan tempat itu.  

Seperti anak kecil Vero berlari menghambur ke dalamnya, ia merebahkan badannya ke kasur. Darius berdiri menatapnya dari depan pintu tenda dengan tatapan membakar. Mereka tinggal berdua.  

Vero merasa bulu kuduknya meremang ditatap begitu tajam oleh Darius. Ia terburu-buru membetulkan gaunnya, namun terlambat, Darius terlanjur menangkap pergelangan kakinya.  

Jika tempatnya tak seindah ini sesungguhnya Darius enggan datang, tapi ia begitu ingin memberikan pengalaman yang tak akan Vero lupakan.  

Ia lebih memilih berada di rumah, menikmati malam pengantinnya tanpa harus menunggu. Tapi memang semuanya terbayar dengan melihat wanita itu begitu menyukai idenya  

dengan pergi ke tempat ini. 

"A...aku rasa aku harus mandi." Vero berusaha menghindar, ia belum siap. 

Darius menjalankan tangannya, dimulai dari pergelangan kaki merambat sedikit demi sedikit ke atas, melewati paha dan semakin naik. Jemari Darius dengan terampil menggoda buah dada Vero, matanya menatap Vero, mengunci tatapan mereka.  

Vero mendesah ketika Darius bermain-main di payudaranya, bibirnya refleks terbuka. Darius semakin terangsang melihat kepolosan istrinya itu. 

Hingga kemudian gairahnya menuntut pelepasan, Darius menindih tubuh Vero, dengan menggebu-gebu menyalurkan gairahnya. Cukup sudah penantiannya selama ini, kali ini ia tak bisa menahan diri untuk segera tenggelam ke dalam kehangatan istrinya. 

Bibirnya mendesak bibir Vero membuka sementara kakinya melilit kaki Vero memaksanya diam. Tangannya bergerak-gerak berusaha membuka gaun yang masih menempel di tubuh istrinya. Ia tak kuasa menahan diri hingga membenamkan ciuman panas di leher wanita itu yang membuat Vero mengerang penuh kenikmatan.  

Dengan tergesa-gesa ia melepaskan dirinya sesaat untuk melepaskan pakaiannya sekaligus pakaian Vero.  

Dengan sekali dorongan ia menyatukan dirinya ke dalam  

kelembutan istrinya.  

Tak butuh waktu lama, ia menggeram ketika mencapai puncak pelepasan yang dengan segera diikuti oleh jeritan penuh kenikmatan yang terlontar dari mulut manis istrinya. 

~ ~ ~

Sudah tengah malam ketika Vero merasa badannya terhimpit sesuatu. Ia membuka matanya, benar saja, ia berada dalam dekapan Darius. Sepertinya mereka tidur berpelukan sepanjang malam. Ia hanya ingat badannya begitu lelah setelah Darius dengan cepat bercinta dengannya tadi.  

Laki-laki itu begitu penuh kekuatan di awal, namun melembut ketika di dalam dirinya. Vero berusaha melepaskan diri dari Darius dan usahanya itu malah membuat Darius terbangun. 

Vero menarik dirinya berusaha untuk duduk, yang kemudian disesalinya ketika selimutnya melorot dan memperlihatkan buah dadanya. 

Refleks ia masuk kembali ke dalam selimut, ia baru sadar ternyata tak mengenakan apapun. 

Darius tertawa menyadari tingkahnya. 

"Apa yang kau lakukan?" 

"Aku mau memakai pakaianku" Darius mengernyit, "Kau tak perlu berpakaian, aku lebih suka melihatmu seperti ini, telanjang" Ia menyenderkan kepalanya di siku, berbaring miring. 

"Lagipula koper kita belum datang" tambahnya lagi. 

"Kau tidak serius kan." Vero memelototinya, 

My Husband My EnemyOnde histórias criam vida. Descubra agora