Bab 4

32.6K 605 15
                                    

BAB 4

Vero berdiri di depan ranjang. Ia mengamati laki-laki yang tertidur di depannya itu. 

Dipandanginya muka Darius, muka itu begitu polos sesungguhnya. Apalagi ketika ia tertidur seperti ini.  

Vero memang merencanakan malam ini, malam yang akan mengubah dunianya. Dimulai ketika ia menelpon Darius dan mengatakan di mana ia berada. Ia menemukan nomor telepon laki-laki itu di handphone milik Alexis. Tak butuh waktu lama untuk Vero mendapati Darius ada di belakangnya.  

Lelaki itu menggiring Vero ke pinggir, keluar dari lantai dansa dengan lampu-lampu warna-warni yang memusingkan itu. Vero bersyukur karena Darius segera datang karena jika ia harus berada di tempat itu lebih lama lagi ia akan benar-benar mabuk. Padahal ia tetap harus mempertahankan kesadarannya untuk malam ini. 

"Apa yang kau lakukan di tempat ini?" Darius setengah membentak untuk menyaingi suara musik yang berdebum-debum. 

"Aku kangen pada Alexis!!" Vero tak kalah berteriak. 

Sesaat Vero merasakan genggaman tangan Darius yang mengetat di bahunya. Ya, laki-laki itu bereaksi ketika nama Alexis terdengar. Bagus, batin Vero bersuara. 

Setelah itu Vero memaksa Darius minum sebanyak-banyaknya. Ia mengancam ia yang akan meminum semua minuman itu jika Darius tidak mau membantunya minum. Padahal sesungguhnya tenggorokan Vero terasa terbakar ketika ia mencoba minum seteguk.  

Tingkahnya yang sempoyongan hanya akting, karena ia tidak minum apa pun. Tapi ia mengatakan kepada Darius ia telah banyak minum sebelum Darius datang.  

Rencana Vero rupanya berhasil karena Darius akhirnya meminum sampai tandas semua yang ada di meja. Hingga akhirnya mereka berdua berjalan sempoyongan keluar dari klub itu.  

Di luar, Frans membukakan pintu untuk keduanya memasuki mobil. Vero menempel ketat di dada Darius ketika mereka duduk berdampingan di dalam mobil yang dikemudikan Frans.  

"Bawa a..aku ke tempatmu. Aku tak ingin pulang" Bisik Vero di telinga Darius. 

Permintaannya itu tak membutuhkan jawaban, karena Darius semakin menarik Vero rapat ke arah dadanya. 

Dan di sinilah ia sekarang. Di dalam kamar tidur milik Darius Stefano. Entah sudah berapa banyak perempuan yang ia bawa untuk tidur di kamarnya. Dan di tempat itulah Vero sekarang. 

Dengan perlahan ia membuka satu demi satu kancing kemeja kerja yang membentuk tubuh Darius. Ketika seluruhnya terbuka, Vero terkesiap memandang perut yang terbentuk sempurna itu.  

Seumur hidupnya baru kali ini ia mengamati tubuh lelaki sedekat ini. 

Ia dengan mencoba-coba menyentuhkan tangannya pada dada Darius yang menyebabkan Darius terkesiap dan mengagetkan Vero. Ketika Vero mendekatkan mulutnya untuk mencium dada yang bidang itu, tiba-tiba Darius menindihnya, berada di atasnya. Namun, masih dengan mata terpejam. 

Ternyata rencanaku berjalan sempurna, batin Vero lega. 

Laki-laki itu seperti kesetanan. Ia memegangi rambut Vero sementara mulutnya seperti kelaparan mencari bibir Vero. Ketika bibirnya menemukan tujuannya, ia tak segan-segan membungkam habis mulut Vero dalam ciuman yang dalam dan panas. Vero merasakan gelenyar panas di bawah sana, kewanitaannya berkedut mencari padahal itu hanya akibat sebuah ciuman.  

Satu tangan Darius menuju ke wajah Vero, terus turun menyapu tulang pipinya, lehernya dan menariknya mendekat ketika mencium gadis itu dan kemudian berhenti di puncak bukit payudara Vero. Vero seketika menegang, ini pertama kalinya ia diperlakukan seintim itu. Ia menggeliat-liat bagai cacing kepanasan ketika Darius memijit dan memilin putingnya. Hingga akhirnya memasukkan benda itu ke dalam mulutnya. 

My Husband My EnemyNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ