Bab 10

30.1K 563 20
                                    

Bab 10

Sms yang sama, singkat dan jelas, ditulis dengan bahasa Jerman. 

"Aku di Jakarta, Vey. Kita harus bertemu" 

Tanpa melihat nomor pengirimnya, Vero sudah tahu sms itu dari siapa. Hanya laki-laki itu yang memanggilnya dengan nama itu, Ferdinand. 

Baru ia sadari, ia tak pernah memberi kabar pada lelaki itu. Setiap smsnya tak pernah ia balas, karena ia lupa, hari-harinya selalu disibukkan dengan Darius. Tak terasa hampir 3 bulan usia pernikahan mereka. 

Darius semakin hari semakin romantis dan mesra, tapi ia masih saja tak pernah mengungkapkan perasaannya kepada Vero. Sementara Vero mulai menyadari ada rasa yang tumbuh di hatinya.

Sore ini seperti biasa ia akan ke kantor Darius, yang mana merupakan kantornya juga. Darius selalu memposisikan apa yang menjadi miliknya menjadi milik Vero juga. 

Ia melarang Vero bekerja, tapi pada akhirnya mengalah dengan memperbolehkannya bekerja. Tapi di kantornya, agar ia bisa tetap mengawasi istrinya. Ia mempekerjakan Vero untuk secara khusus mengajar bahasa Jepang kepada beberapa karyawannya.  

Vero akan mengajar selama 2 jam dimulai pukul 4 hingga 6 sore, 3 kali dalam seminggu. Ia memperoleh imbalan yang cukup dari pekerjaannya ini. 

Ayahnya sempat menentang keputusan Vero, ia bahkan marah besar kepada Darius karena berani mempekerjakan putrinya. 

Tapi, semakin ia marah semakin Vero tak peduli. 

Vero menimbang-nimbang, haruskah ia menjawab sms Ferdinand. Namun setelah melihat jam di pergelangan tangannya, ia mengurungkan niatnya. Frans pasti sudah di luar bersiap menjemputnya. Ia merapikan rambutnya dan mengambil tas tangannya kemudian melangkah keluar.  

~ ~ ~

Pelajaran hari ini berlangsung menyenangkan, ia mendapat banyak siswa baru. Rupanya banyak karyawan Darius yang ingin mengembangkan diri, selain itu karena memang tuntutan pekerjaan mereka. Saat ini perusahaan Darius memang tengah banyak bekerja sama dengan perusahaan Jepang sehingga banyak di antara karyawannya yang dikirim ke Jepang.  

Vero berjalan dengan anggun ke ruangan Darius, setiap karyawan yang ia temui menyapanya dengan sopan. 

Ia mengetuk pintu sebanyak tiga kali, yang mana tak perlu ia lakukan, Darius sudah pasti mengetahui kedatangannya. 

Darius sedang duduk di kursinya, menyandarkan kepalanya di punggung kursi. Matanya terpejam. 

Matanya langsung membuka mendapati istrinya berdiri di balik pintu. 

"Bagaimana harimu?" 

"Cukup bagus, aku menyukai semangat para karyawanmu" Darius tersenyum,  

"Mungkin karena kau guru yang bagus. Frans memberitahuku bahwa ia menolak banyak sekali karyawan yang ingin masuk ke kelasmu" 

"Aku harap mereka melakukan itu bukan karena siapa aku" 

"Kemarilah, aku ingin memelukmu" 

Vero tetap berdiri di depannya, enggan bergerak. Ia tak ingin ber ada di dekat Darius sekarang, satu ciuman saja akan membuat ia menginginkan laki-laki itu. 

Entah kenapa, akhir-akhir ini ia merasa begitu ingin bercinta dengan Darius, mungkin karena kehamilannya membawa perubahan hormon.  

"Aku akan menghitung sampai tiga, jika kau tak segera kemari, aku akan menangkapmu dan kau pasti tahu apa yang ada di otakku" 

Mau tak mau Vero mendekat, Darius memintanya duduk di pangkuannya.  

"Apa kau lelah?"Tanya Darius sambil membelai punggungnya, ia menyandarkan wajah istrinya ke dadanya. 

Sungguh nyaman berada dalam pelukannya, Vero membatin. 

Darius menengadahkan bibir Vero dan kemudian menciumnya dengan gerakan yang sangat lembut.  

Seketika gairah Vero bangkit, ia mendesah, menyebut nama suaminya dalam bisikan lirih. 

"Da..ri..us.."Bisiknya. 

Darius merasa kejantanannya mengeras di dalam celananya. Apalagi ditambah Vero yang menggeliat gelisah di atasnya.  

Ia tahu istrinya menginginkannya dan perasaannya melambung  

seketika, ia mengangkat sejenak tubuh Vero dengan bibir mereka masih saling bertaut. 

Dengan cepat ia membuka resleting celananya, dan dengan cepat menarik lepas celana dalam Vero. Untung sekali hari ini istrinya itu memakai rok pendek, batin Darius senang. 

Dengan perlahan ia menurunkan tubuh Vero tepat di atas pusat dirinya. Semuanya terasa begitu pas, kelembutan Vero menyelimuti kejantanannya. Ditambah erangan Vero, membuat gairahnya makin tersulut. 

Vero bergerak-gerak dengan frustasi di atasnya, ia menarik turun belahan kemeja Vero dan mendapati puncak payudara Vero terlihat begitu menantang. Dengan sedikit berhati-hati ia mengulum puncak itu, keduanya secara bergantian. Vero seketika melengkungkan punggungnya, tak kuasa menahan nikmat. 

"Please,,,,," 

"Ya sayangku,,apa yang kau inginkan"bisik Darius sambil menciumi leher Vero. 

"A..ku..ingin,,ahhh"Vero berteriak ketika Darius menambah kecepatannya, keluar masuk dirinya.  

Vero merasa ia berada di puncak, semua terkumpul dalam otaknya, dan ketika akhirnya ia meledak, ia melihat sejuta bintang di atas kepalanya.  

Ia mengejang dalam pelukan Darius, tubuhnya terguncang-guncang dengan hebatnya. Darius memeluknya erat, meredakan ketegangan yang baru saja terlepas. Ia merasa aliran cairan di antara kedua pahanya. 

Darius juga merasakan hal itu, ia begitu terangsang mendapati Vero yang sudah mendapatkan orgasmenya bahkan cairan cintanya meleleh mengenai dirinya.  

Ia mengangkat tubuh Vero ke atas meja kerjanya, dengan tergesa menyingkirkan berkas-berkas pekerjaannya. 

Sambil menggeram ia menghujamkan kejantanannya ke dalam diri Vero, ia membelitkan kaki Vero di antara pinggangnya. Ia tak tahan lagi, melihat Vero setengah telanjang di atas mejanya, dengan wajah penuh kepuasan membuat ia dengan cepat menuju puncak. Ia meneriakkan nama Vero di saat menyemburkan cairan di dalam tubuh istrinya. Tubuhnya ambruk ke atas tubuh istrinya, mereka berdua terengah-engah.  

~ ~ ~

"Aku harap kau tak keberatan aku bertemu dengan seseorang" 

Mereka berbincang sambil membetulkan pakaian masing-masing. 

"Siapa" Darius seperti tidak senang. 

"Seorang teman lama, kebetulan ia sedang di sini" 

"Laki-laki itu, aku tak ingin kau bertemu dengannya"  

Vero mengernyit heran, dari mana Darius tahu ia akan bertemu seorang laki-laki, tapi rasanya tak aneh memang. Bukankah Darius memang tahu semua hal mengenai dirinya. 

"Namanya Ferdinand, aku hanya ingin bertemu dengannya sekali saja" 

"Tidak, kau milikku. Tak ada yang boleh bertemu denganmu tanpa seijinku" 

Vero menegang, apa maksud Darius. Ia tak berhak melarang apapun yang ingin ia lakukan. 

"Ya Tuhan, aku hanya akan bertemu dengannya sekali. Kau tidak berhak melarang-larang aku" 

Darius menarik Vero berdiri, memegang rahang wanita itu. 

"Dengar, kau milikku, hanya milikku, aku tak ingin membagimu dengan siapa pun. Cukup perdebatan ini, mari kita pulang." 

~ ~ ~

TBC....

My Husband My EnemyOnde histórias criam vida. Descubra agora