SEBUAH PERISTIWA MENGEJUTKAN (SELESAI)

7.8K 287 16
                                    

BAB 9 - SEBUAH PERISTIWA MENGEJUTKAN

"Terima kasih atas kerja samanya, Bapak Anwar. Saya sempat meragukan kinerja Anda saat mengusut kasus ini, tetapi sepertinya saya salah persepsi," ucap Irawan, si kepala kepolisian.

"Kau pasti sudah mati tercekik kalau aku gagal melakukan tugas ini," katanya. Kemudian Anwar menatap Ferry yang menundukkan kepalanya. "Kau boleh membawanya pergi," lanjut Anwar.

"Dia akan dihukum sesuai dengan perbuatan yang dia lakukan. Aku permisi dulu," kata Irawan tersenyum lalu membawa Ferry keluar dari ruang kerja Anwar. Pria itu menghela nafas lega, lalu duduk di tempat duduknya.

"Wah wah wah, lihat bos kita yang baru saja menuntaskan kasus SMAN 16 ini!"

Tiba-tiba pintu ruang kerja Anwar terbuka. pria itu melempar tatapannya dan mendapati kedua anak buahnya yang tengah tersenyum manis. Mereka berjalan berdampingan, lalu duduk di hadapan Anwar yang masih terlihat pusing.

"Kasus ini sudah selesai, dan jangan meledekku!" kata Anwar sambil mendelik kesal.

Pria itu berdiri dan berjalan ke arah jendela ruangannya, lalu bergumam, "Tanpa pengorbananku, kalian berdua pasti masih berada di dalam cengkraman Ferry. Harusnya kalian berterima kasih padaku atas semua pengorbanan yang aku lakukan."

"Eits," Nadien menyela. "Kami sudah membalas budi, Anwar sayang," lanjut Nadien. Dia mengambil sebuah bingkai foto yang ada di meja Anwar. Foto yang tak pernah ada di atas meja semenjak Anwar berpisah dengan sang istri tercinta. "Aku tahu kau masih mencintai Keyna, kan?"

"Yah, mungkin saja kau benar. Aku jadi teringat-ingat oleh perjanjian yang aku buat bersamanya, dan menyadari betapa konyolnya aku saat itu," kata Anwar.

Nadien dan Maudy mengeluarkan sesuatu dari tas tangannya, lalu memberikan sebuah undangan pada pria itu. "Datanglah ke acara pernikahan kami. Kami sudah cukup lelah hidup sendiri selama bertahun-tahun. Lagipula kami tak mau menjadi perawan tua," kata Nadien.

Anwar mengambil kedua undangan itu. Di sana dituliskan bahwa mempelai wanitanya adalah Nadien dan Maudy, sedangkan mempelai prianya adalah Daniel dan Sam. Acara pernikahannya akan dilaksanakan dalam waktu yang sama, gedung yang sama, dan konsep yang sama pula.

"Kuharap kalian tidak mempunyai anak yang lahir ditanggal yang sama," celetuk Anwar. Maudy dan Nadien saling menatap.

"Malahan itu adalah impian kami, Anwar!" ujar Nadien bersemangat.

Lalu mereka tertawa keras.

***

"Apa ini?" tanya Nadien. Dia menatap sebuah bungkusan berwarna kuning kemerahan yang baru saja diberikan dari Anwar.

"Itu adalah hadiah dariku. Kan kalian akan menikah beberapa hari lagi," jawab Anwar. "Kau boleh membukanya sekarang, kalau-kalau kau penasaran terhadap isinya," lanjutnya.

Nadien membukanya dengan hati-hati, hingga akhirnya hadiah itu ditemukan.

Isinya sebuah foto Anwar, Maudy dan dirinya saat berada dikantor polisi 3 hari yang lalu. Dibawahnya ada sebuah koran dengan berita utama.

"Kedua detektif dari Perusahaan Detektif Angel, Maudy dan Nadien, berhasil memecahkan sebuah kasus tentang pembunuhan di salah satu sekolah terkenal. Menurut penuturan kepala polisi, Irawan, laki-laki tersebut bernama Ferry merupakan teman sekelas kepala sekolah tersebut saat sekolah menengah. Berkat atas terungkapnya kasus ini, mereka berdua  akan dianugerahi sebuah hadiah dari seorang donatur yang tak mau disebutkan namanya senilai 400 juta."

Mata Nadien membelalak melihat berita tersebut. Astaga! 400 juta bukanlah uang yang sedikit.

"Siapakah donatur tersebut? Sepertinya dia hampir menguras seluruh hartanya untuk memberikan hartanya secara gratis kepada kami," kata Nadien. Gadis itu masih memandang takjub terhadap koran yang dia pegang.

Kau tidak boleh tahu kalau itu adalah aku, batin Anwar.

"Siapa pun dia, pasti dia sangat ingin berterima kasih kepada kalian berdua. Uang tersebut salah satunya," ujar Anwar tersenyum.

Mata Nadien menyipit, menatap Anwar dengan curiga. "Jangan bilang kalau itu kau, Anwar. Kau tahu kalau aku tak sudi menerima uangmu karena aku melaksanakan tugas ini karena ini adalah baktiku kepada DA, bukan?

Anwar menelan salivanya, inilah yang dia takutkan sejak tadi. "Tidak! Eh bukan, aku tidak memberikan apapun untukmu," jawab Anwar gugup.

"Baiklah. Aku percaya."

***

Malam itu, Nadien tampil amat cantik. Dia memakai gaun pengantin berwarna putih, sesuai dengan kulitnya yang berwarna kuning langsat. Di sebelah Nadien, ada Danie, calon suaminya yang tampan. Bibirnya selalu tersenyum saat menyalami para tamu yang mereka undang.

Di sebelah Daniel sendiri, ada Maudy dan Sam. Mereka benar-benar tampak seperti pangeran dan pasangannya. Sama-sama cantik dan tampan.

"Halo detektif kecilku. Aku tak menyangka kalau kau akan benar-benar menikah," ujar Anwar begitu ia  datang dengan senyum sumringah. Di sebelah pria itu ada istrinya, Keyna, yang malam itu juga tampak anggun.

Melihat kedatangan Anwar, Maudy dan Nadien tersenyum. "Yeee gini-gini aku kan mau merasakan apa artinya pernikahan. Ya kan, Maudy?" tanya Nadien. Maudy mengangguk semangat.

"Ahahaha. Aku sudah lama menunggu hari ini," ujar Anwar.

Mereka terdiam sebentar.

"Oh iya aku lupa, ada seseorang yang ingin bertemu kalian setelah pesta ini. Dan, terima kasih sekali lagi karena kalian berhasil memecahkan misteri yang satu ini," kata Anwar. Maudy dan Nadien kembali tersenyum. Anwar pun turun dari altar pernikahan bersama istrinya, lalu berjalan menuju sudut ruangan untuk mencicipi hidangan yang disediakan.

***

Pesta telah usai. Kini Nadien dan Maudy berada di luar gedung tempat mereka menikah sore tadi. Sekarang mereka sedang menunggu seseorang, seperti apa yang dikatakan oleh Anwar tadi.

"Ini orang yang ingin bertemu denganmu," ujar Anwar. Dia datang dan mengenalkan seorang perempuan ke Nadien dan Maudy.

Mata Nadien dan Maudy melotot menatap perempuan yang ada disamping Anwar.

"Eh, Fika? Istri pertama Ferry?!"

***

Di sebuah penjara yang gelap, seseorang duduk di sudut. Cengiran tajamnya tak pernah lepas dari mulutnya. Yap, dialah Ferry.

"Hehehe," kekehnya. Dengu nafasnya terdengar cepat. Matanya berkilat-kilat marah, dengan tangan yang terkepal.

"Aku pasti akan membunuh kalian bertiga, Nadien, Maudy, dan Anwar. Kalau pun aku tidak bisa membalas dendamku pada kalian, maka keturunan kalianlah yang akan menerimanya!"

***

SELESAI

Misteri SekolahKde žijí příběhy. Začni objevovat