LIMA PULUH EMPAT

181K 15K 1.5K
                                    

"Daddy! Daddy! Daddy!" Pertama kali Warren mendengar suara Max dan pintu kamarnya yang terus dipukul – pukul oleh tangan kecil Max, ia pikir ia sedang bermimpi.

"Daddy!" kali ini Max memekik dan terus memukul – mukul pintu kamar Warren dan kali ini Warren membuka matanya dan menyadari kalau hari sudah siang.

"Sial, jam berapa ini?" Warren mencoba untuk bangun dari tempat tidurnya namun ia menyadari tubuh lain yang tertidur disampingnya. Jacqueline. Mereka... Kemarin malam...

"Daddy! Daddy! Daddy!" Max kembali memukul – mukul pintu kamar Warren dan kali ini Jacqueline terbangun karenanya.

"Apa itu Max?" tanya Jacqueline dengan suara kantuknya. Sial, wanita itu sangat menggiurkan dengan keadaan telanjangnya dan suaranya yang parau, membangkitkan gairah Warren kembali dan mengingatkannya kepada apa yang telah ia perbuat kepada mantan sekretarisnya itu.

"Sepertinya begitu," Warren sudah berdiri dari tempat tidurnya dan begitu pula dengan Jacqueline.

"Aku... Aku tidak punya baju. Apa aku harus memakai gaun aku kemarin?" tanya Jacqueline dengan begitu polosnya.

Warren yang menatap tubuh telanjang Jacqueline dihadapannya, lalu menyipitkan matanya karena menyadari sesuatu yang belum ia sadari semalam...

Lebam. Seluruh tubuh Jacqueline dipenuhi oleh lebam – lebam.

"Daddy!" Max terus memukul – mukul pintu kamar Warren namun Warren tidak memedulikannya.

"Jack, apa aku yang melakukannya?"

"Oh, ini?" Jacqueline menyadari apa yang sedang Warren katakana dan lihat, dan dengan suara begitu santai seakan – akan lebam – lebam ditubuhnya bukan masalah besar, Jacqueline menjawab, "Bukan. Tenang saja."

"Adian?" tanya Warren dengan amarahnya yang memuncak.

"Tidak penting bukan? Max ada di luar sekarang," Jacqueline mencari disekitar kamar apa yang bisa ia kenakan, namun ia tidak menemukan apapun selain gaunnya yang sudah dirobek oleh Warren dilantai.

Warren yang masih marah tidak memedulikan Jacqueline yang sibuk mencari sesuatu untuk dipakai, dengan amarahnya ia kembali berkata, "Jack, jawab pertanyaan aku, apa yang dilakukan Adian? Kenapa kamu tidak mengatakan ini kemarin malam?"

"Kemarin malam? Kemarin malam... um... sebelum kita melakukannya di kamar mandi, semuanya tertutupi make-up. Tenang saja, kamu tidak akan melihatnya lagi. Apa aku harus memakai make-up... ketika kita melakukannya lagi?"

"Jacqueline!" Warren meneriakkan namanya dan Jacqueline berhenti sejenak untuk menatap pria itu yang sedang marah.

Jacqueline menatap tubuh telanjang Warren yang sekarang berdiri dihadapannya dan kembali Jacqueline teringat dengan apa yang dilakukan pria itu kemarin malam. Sial Jack! Wajah Jacqueline memerah sehingga ia mengalihkan mukanya dan mencari pakaian apa yang bisa ia kenakan. Jacqueline menemukan kemeja Warren yang berada di sofa lalu ia mengambilnya dan dengan cepat berkata kepada Warren, "Aku akan memakainya."

Ketika Jacqueline memakainya ia menyadari beberapa kancing kemeja Warren terlepas dan Jacqueline mengerutkan dahinya ketika menyadari hal itu, "Um, kemeja kamu kok..."

"Kamu ayang melepaskannya kemarin Jack."

"Oh... ok..." kembali wajah Jacqueline memerah dan ia mencoba untuk mengalihkan tatapan Warren darinya. Jacqueline merapihkan rambutnya dan melipat lengan kemeja Warren yang kebesaran.

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang