LIMA PULUH

165K 15.6K 1.4K
                                    

Jacqueline tahu apa yang sedang Alle lakukan dan kenapa semua orang memandanginya, Alle yang tahu dirinya tegang berkata dengan membisikkannya, "J, calm down, aku disini."

Lalu ia tersenyum karena Alle menggunaan kesempatan itu dengan mencium lehernya dan Jacqueline membalas bisikan Alle dengan berkata, "Kamu mencium leher aku."

"Warren kakakku yang idiot itu pasti melihatnya," balas Alle.

Jacqueline berusaha mencari sosok bosnya namun ia tidak bisa melihat dengan begitu orang yang menghalanginya. "Kita mau kemana?" tanya Jacqueline karena sepertinya ia tidak tahu arah kemana mereka berjalan di ruangan ballroom yang dipenuhi orang – orang yang sedang memandanginya.

"Tentu saja ke tuan rumah kita malam hari ini J," balas Alle walaupun tatapannya tertuju ke depan. Alle memindahkan tanganya dari pinggang Jacqueline dan menggenggam tangan Jacqueline yang dingin.

Jacqueline dan Alle berjalan ke arah Ivana Sastrawidjaja yang menyambut Alle dengan bertanya, "Kendranata, apa istri kamu masih di Eropa dan kamu melakukan ini lagi hanya untuk membuatnya senang?"

"Tentu saja Ivana, sepertinya aku tidak perlu menjelaskannya kepadamu lagi," Alle mencium kedua pipi Ivana dan tertawa ketika Ivana mengerti apa yang sedang ia lakukan sekarang. Bagi Alle, Ivana adalah sosok yang tidak mungkin bisa ia bohongi, mungkin istrinya, tapi bukan Ivana.

"Jadi siapa ini Kendranata?" tanya Ivana kepada Alle ketika ia memandangi Jacqueline.

"Jacqueline Langham, istri Warren," jawab Alle membuat Ivana begitu terkejut karena kata – kata Alle yang tidak masuk akal. "Aku serius Ivana, Jacqueline adalah istri Warren," Alle meneruskan hanya untuk memperjelas kata – katanya.

"Apa yang sebenarnya kalian lakukan berdua kalau begitu? Bukan, biar aku ralat, apa yang sedang Warren lakukan dengan Catherine kalau kamu sudah menikah dengannya?" tanya Ivana, kali ini kepada Jacqueline.

Ivana yang menunggu jawaban dari Jacqueline menatap dirinya dari atas hingga kebawah, hanya untuk menunjukkan tatapan bertanya – tanya akan siapa dirinya dan kenapa ia bisa masuk ke dalam hidup Warren dan juga keluarganya. "Tidak untuk selamanya, hanya satu bulan," balasnya dengan canggung.

Entah siapa Ivana Sastrawidjaja itu dan bagi Jacqueline tidak penting baginya untuk tahu siapa wanita yang sedang berdiri dihadapannya, namun ia tahu kalau Ivana memiliki kedudukan di kelas sosial tertinggi di Jakarta dan Ivana mengetahui semua orang yang ia undang. Bukan dirinya.

"Apa – apaan ini? Aku belum tahu siapa kamu Jacqueline dan kenapa kamu bisa menjadi istri Warren. Bisa kamu jelaskan kenapa kamu bisa menikah dengan Warren mulanya?" tanya Ivana dengan tidak sabar.

Sebelum Jacqueline mejawabnya Alle sudah tidak sabar dan memotong Ivana dengan berkata, "Kakakku yang idiot itu sedang berjalan ke arah sini Ivana, sebaiknya aku membawa istri-nya pergi."

Jacqueline sudah mengira Ivana akan marah karena Alle memotong pembicaraan mereka dan pergi dengan tidak sopan, namun sepertinya ia belum mengenal Ivana dengan baik, karena wanita itu tidak terlihat sama sekali dan Jacqueline terkejut ketika Ivana tertawa lalu berkata, "Baiklah Kendranata, Warren terlihat marah sepertinya. Aku tidak ingin melihat keributan di acaraku malam ini okay?"

"Siap bos."

Alle membawanya pergi dan kembali menggenggam tangannya, Jacqueline yang telah menyamai langkahnya dengan Alle bertanya, "Apa yang sedang kamu lakukan? Berkeliling ruangan dan melarikan diri dari Pak Warren semalaman?"

"Membuatnya semakin marah," Alle tersenyum kepadanya seolah – olah pria itu sudah menang.

Alle membawanya ke arah teman – temannya yang juga datang ke acara itu, Jacqueline tidak menyangka seluruh teman – teman Alle adalah laki – laki. Alle dapat merasakan ketegangan dan kepanikan dari Jacqueline, dan Alle kembali menenangkannya dengan berkata, "Tenang saja J, teman – temanku tidak akan menyakitimu."

Jacqueline menatap Alle dengan panik dan setidaknya tujuh laki – laki mengelilinginya sekarang. "Hi aku Aaron," salah satu dari mereka mencoba mengenalkan diri kepadanya.

"...Jadi kita teman – teman..."

"...Cantik malam ini..."

Beberapa lainnya berusaha untuk bersikap baik kepadanya, namun Jacqueline tahu mereka sedang memandanginya.

"...Aku sepertinya pernah melihat kamu..."

"...Apa kamu kedinginan?..."

Salah satu dari laki – laki itu lalu melepaskan jasnya dan hampir saja memberikannya, namun Jacqueline menolak dan ketika ia menoleh kesampingnya, ia menyadari kalau Alle sudah menghilang dari sampingnya. Sial, apa yang harus ia lakukan sekarang.

Kembali Jacqueline mencoba untuk bersikap sopan dan mendengarkan kata – kata teman – teman Alle, namun dua menit kemudian, ia tahu ia harus pergi dan setidaknya mencari Alle. Belum sempat Jacqueline mengatakan apapun kepada teman – teman Alle ia merasakan tangan hangat di pinggangnya yang terbuka karena gaunnya yang sangat minim, "Alle?" Jacqueline menoleh dan hampir saja bernapas lega karena Alle kembali ke sisinya.

"Bukan. Suami kamu. Bisa kamu berhenti melarikan diri dari aku Jack? Atau kamu ingin aku terus mengejar kamu seperti orang gila semalaman?"

Jacqueline tahu ia berada di dalam masalah yang sangat besar ketika ia menatap amarah yang terpancar di mata Warren ketika ia menatap pria itu. "Ya, kejar aku," balas Jacqueline menantang balik kata – kata Warren.

"Siapa takut."

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang