EMPAT PULUH LIMA

152K 14.5K 1K
                                    

"Apa keuntungannya bagi anda untuk membantu saya... um... Pak Ken?" tanya Jacqueline dengan canggung. Rachel dan Max meninggalkan dirinya bersama dengan adik Warren berdua di dalam ruang makan privat tersebut dan hal itu membuat segalanya menjadi semakin membingungkan.

"Tidak ada, saya sudah menikah, istri saya sedang berlibur di Eropa, tidak banyak yang tahu kalau saya sudah menikah tapinya."

"Apa?" Jacqueline terkejut karena Alle sudah menikah namun pria itu terlihat begitu santai akan statusnya sendiri. "Dan bukannya seharusnya Pak Ken..."

"Pertama jangan panggil saya Pak Ken... Saya bukan seperti kakak – kakak saya yang gila bekerja dan setiap hari memakai jas dengan rapihnya ke kantor. Panggil saja Alle."

"Kedua," Alle meneruskan kata – katanya, "Saya mengerti maksud anda, istri saya tidak keberatan sama sekali mengenai masalah ini. In fact, menurut saya istri saya sangat bahagia mungkin melihat saya bersama dengan wanita lain."

Jacqueline mengerutkan dahinya dan berkata, "Apa anda sedang berusaha membuat istri saya cemburu?"

"Apa kamu dan ibu saya berencana membuat kakak saya Warren cemburu juga?"

Jacqueline tersenyum sinis, "Aku sudah bilang Pak Warren sama sekali dan tidak mungkin melihat..."

"Warren akan melihat kamu. Itu saya pastikan," Alle memotong kata – kata Jacqueline dan memastikan kalau wanita itu akan dilihat oleh Warren kakaknya yang bodoh itu.

"Kenapa?" Jacqueline mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa? Anda tidak mengenali siapa saya?" tanya Alle dengan percaya diri.

"Tahu, tapi saya tidak tertarik dengan anda."

Alle lalu tersenyum dan menatap Jacqueline, "Kamu tidak seperti yang saya bayangkan. Kamu mempunyai attitude Jacqueline Langham dan saya menyukainya."

Jacqueline tertawa, "Apa saya berhasil melarikan diri dari anda kalau begitu? Um... anda tidak perlu lagi mengajarkan saya kalau begitu kan?"

"Sepertinya kamu salah sangka. Jacqueline, saya melakukan ini karena saya senang."

"Senang?"

"Benar. Mungkin lain waktu saya akan menjelaskannya."

Jacqueline tersenyum lemah dan berkata, "Saya tidak melihat ada gunanya merubah diri saya ketika pada akhirnya saya akan tetap bercerai dengan kakak anda."

Alle kali ini menatap Jacqueline dengan serius dan bertanya, satu pertanyaan yang entah kenapa membuat wanita itu benar – benar terkejut, "Apa kamu menyukai kakak saya?"

"..."

"..."

Jacqueline menatap Alle dengan bingung dan untuk pertama kalinya untuk waktu yang sangat lama, ia tidak bias menjawab pertanyaan itu. Tidak. Tidak dan tidak mungkin. Tapi ciuman itu...

"Tidak," Jacqueline berhasil mengatakan satu kata itu dengan tidak tersedak karena ia sama sekali tidak tahu bagaimana caranya menjawab pertanyaan itu.

"Kamu menikah dengan Warren, Warren mencintai Catherine. Ironis bukan?" tanya Alle lagi.

"..."

"..."

"Catherine sangat cantik, sangat anggun, sangat dicintai Warren, dan kamu? Siapa kamu Jacqueline?"

"..."

"..."

"Ketika Warren memiliki Catherine, kamu mendapatkan apa dari pernikahan ini?"

"Tidak ada," jawab Jacqueline karena itulah kebenarannya.

"Disinilah saya bingung, kalau anda tidak mendapatkan apapun pada akhir pernikahan ini dan anda sama sekali tidak keberatan sama sekali. Hanya satu kemungkinan terakhir. Kamu. Menyukai. Kakakku," tiga kata terakhir Alle ditekankan dalam – dalam kepada Jacqueline.

"Aku sudah bilang tidak."

"Bohong."

"..."

Alle lalu mengeluarkan handphone-nya dan menekan beberapa tombol sebelum menengadah menatap Jacqueline kembali, "Bagaimana kalau kamu mengatakannya sendiri kepadanya kalau begitu Jacqueline?"

"Katakan sekali lagi kalau kamu tidak menyukai kakakku di depan dirinya," lalu Alle menaruh handphone-nya di tengah – tengah meja mendekati ke arah Jacqueline. Jacqueline dapat melihat nama Warren tertera di handphone Alle dan nada dering tersambung dengan cepat.

"Katakan kepada Warren kalau anda tidak menyukainya."

"..."

"..."

"Hmmm? Mau apa Alle?" Warren mengangkat telepon adiknya dan Jacqueline hampir tidak bisa bernapas ketika mendengarkan suara Warren diujung telepon.

Alle yang dengan santai duduk tenang membuat Jacqueline tiba – tiba merasa kesal karena dirinya merasa panik sekarang dan pria itu tidak membantunya. Jacqueline menatap Alle dan mencoba untuk mendapatkan bantuan dari pria itu.

"Alle kalau tidak ada yang penting aku akan mematikan telepon sialan ini..."

"Tunggu Kak..." Alle akhirnya berkata, lalu pria itu mendesah, "Aku bersama dengan istri kakak sekarang. Jacqueline."

Jacqueline menggigit bibirnya tidak mampu berkata – kata lagi.

Untuk sesaat tidak ada balasan dari Warren dan Alle bertanya, "Kak? You're there?"

"Apa yang sedang kamu lakukan dengan Jack?" tanya Warren dengan suara parau dan mendalam. Jacqueline tahu kalau nada itu adalah ciri khas bos-nya yang sedang marah dan kesal. Kenapa Warren harus marah tapinya? Itulah pertanyaan Jacqueline kepada dirinya sendiri.

"Aku? Aku sedang bersenang – senang dengannya. Ya kan sayang?" Alle menekankan kata – kata terakhirnya dan ia tahu kalau kakaknya sekarang benar – benar marah kepadanya.

"Biarkan aku berbicara kepada Jack. Mana dia?"

"Sayang kamu mau berbicara kepada Warren kakakku tercinta?" tanya Alle dengan nada berlebihan.

Jacqueline menggeleng – gelengkan kepalanya dan Alle kembali tersenyum kepada Jacqueline.

"Sayang Jack sedang sibuk sekarang."

Warren lalu membalas kata – kata Alle dengan amarah yang benar – benar membuat Alle senang, "Alle, aku ingatkan kepada kamu kalau kamu sudah mempunyai istri sendiri."

"Dan Jacqueline istri kamu Kak? Sejak kapan?" tantang Alle.

"Sejak aku yang mengatakannya sialan!" 

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang