EMPAT PULUH SATU

153K 13.4K 739
                                    

"Apa yang sebenarnya kalian permasalahkan? Apa kalian berdua tidak memikirkan Max sama sekali?" tanya Rachel Tjahrir kepada Catherine dan Warren yang duduk dihadapannya.

Catherine dengan canggung tidak dapat menatap Warren sama sekali dan Warren dengan kesal menatap kearah lainnya. "Jadi apa kalian tidak akan menjawab Mama sama sekali?" tanya Rachel sekali lagi dan keduanya tidak menjawab.

"Dimana Jacqueline Warren?" tanya Rachel kepada anaknya namun Warren sama sekali tidak menjawab pertanyaannya.

"Kalau kalian seperti ini, kalian sama sekali bukan contoh orangtua yang baik bagi Max, kalian seperti anak kecil saja," ujar Rachel dengan intonasi marah.

Warren menghela napasnya dan berkata, "Sepertinya bukan aku yang bertindak layaknya anak kecil disini Ma."

"Oh ya? Bukan? Jelaskan kepada Mama kenapa kamu menikahi Jacqueline kalau begitu," Rachel melipat kedua tangannya dan menatap Warren dengan kesal.

"Tidak ada alasan, bukannya hak aku untuk menikah dengan siapapun yang aku inginkan?" tanya Warren.

"Dan dari semua wanita kamu memilih sekretaris kamu sendiri?" kali ini bukan Rachel yang berbicara, namun Catherine-lah yang mengangkat suaranya membuat Warren terkejut karena akhirnya Catherine berbicara lagi dengannya.

"Sekarang kamu ingin berbicara Cath? Di depan Mama aku?" Warren menyipitkan matanya dan menatap Catherine.

"Kamu tidak bisa memaafkan aku?" Catherine mengalihkan pembicaraan dan memutarbalikkan kata – kata Warren dihadapan Rachel.

"Aku? Memaafkan kamu?" tanya Warren lalu pria itu menerukan kata – katanya, "Setelah kamu meninggalkan aku di altar dan pergi dengan pria lain?"

*

Jacqueline memeriksa bibirnya yang terlihat memerah dan membengkak sekali lagi di kaca mobilnya sebelum beranjak keluar dengan keberanian yang tersisa di dalam dirinya. Rachel Tjahrir tidak akan memedulikanmu Jack, kamu tidak perlu perlu memikirkannya, pikir Jacqueline kepada dirinya sendiri.

Jacqueline melangkah keluar dari mobil dan berjalan menaiki tangga setapak menuju pintu utama kediaman ibu Warren. Belum sampai Jacqueline mengetuk atau menekan bel pintu rumah besar dan megah tersebut, seorang pelayan keluar dan menyambutnya, "Selamat malam Non, anda sudah ditunggu..."

Belum sempat pelayan tersebut menyelesaikan kata – katanya Jacqueline memotongnya dengan pertanyaan, "Apakah Pak Warren sudah datang?"

"Sudah Non, bersama dengan Nyonya Catherine, sekarang sedang berbicara dengan Nyonya besar," jawab pelayan itu yang sudah mengenalnya karena ia sering mengantarkan Max ke rumah neneknya.

"Kalau begitu saya tunggu disini saja," Jacqueline mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam dan berbicara dengan ketiga orang tersebut. Ia takut merasa kecil dihadapan mereka semua, itu masalahnya.

"Aduh Non, jangan, ini sudah malam dan sebentar lagi pasti hujan," jawab pelayan tersebut.

"Nggak apa – apa, saya nggak diperlukan kok," jawab Jacqueline. "Tutup saja pintunya lagi, nanti saya masuk ke dalam kalau mereka mencari saya ya," ujarnya kepada pelayan tersebut yang sekarang terlihat bingung.

"Non, yakin?"

"Yakin, lebih baik saya tidak kedalam."

*

"Warren, kita hanya berputar – putar disini," ujar Rachel dengan kesal. "Apa yang sebenarnya menjadi masalah kalian berdua? Tidak cukup aku membiarkan kalian berhubungan dan seenaknya menjalin hubungan ini selama delapan tahun tanpa status yang jelas?"

"Bukan itu masalahnya Ma," jawab Catherine.

"Catherine, Mama sangat kecewa ketika kamu meninggalkan Warren untuk pria lain, tapi aku mengerti kalau kamu ingin kembali ke Warren sekarang, karena setiap orang mendapatkan kesempatan kedua bukan?" tanya Rachel kepada Catherine.

"Mama, hanya karena Mama bisa memaafkan Papa yang selingkuh, bukan berarti aku harus memaafkan Catherine," ujar Warren.

Rachel tidak tersinggung ataupun marah karena kata – kata Warren, namun dengan bijak Rachel berkata, "Aku tidak mendidikmu dan membesarkan kamu untuk menjadi pria yang seperti itu Warren, coba kamu pikirkan, apa kamu ingin selamanya seperti ini?"

"Menikah dan memaafkan Catherine?" tanya Warren membalas ibunya.

"Bukan. Mendendam dan tidak bisa memaafkan."

"Lebih baik seperti itu bukan?" Warren kali ini tidak bisa mengalah dengan mudahnya kepada ibunya dan terlebih lagi kepada Catherine.

Warren menginginkan Catherine kembali, tapi tidak seperti ini. Tidak ketika ia merasa dikhianati.

Tidak ketika ia harus memikirkan Jacqueline dan sialan... ciuman wanita itu.

*

Entah sudah berapa lama ia menunggu.

Satu?

Dua jam?

Entah dan Jacqueline menemukan kalau hujan dapat menenangkan pikirannya. Ia menyukai angin yang menerpa wajahnya dan suara hujan deras yang membuatnya tidak sendiri. Jacqueline bersandar ke salah satu pilar rumah bergaya Victorian tersebut, tidak jauh dari pintu rumah dan menengadahkan wajahnya.

Tidak lama kemudian ia merasa mengantuk dan untuk sejenak menutup wajahnya. Ia tidak menyadari kalau dirinya sudah tertidur dan tidak menyadari sama sekali ketika handphone-nya bordering terus menerus.

Warren keluar dari pintu utama dan ia mengerutkan dahinya ketika mendengar dering handphone yang sedari tadi ia coba untuk hubungi. Warren terus mencoba untuk menelepon Jacqueline sampai ia menemukan wanita itu sedang tertidur di pilar rumah ibunya dan Jacqueline sama sekali tidak menyadari bunyi dering handphone-nya. Warren mematikan teleponnya sehingga dering handphone Jacqueline berhenti dan pada saat itu, ia berjalan dengan begitu pelan ke arah Jacqueline.

"Jack?" tanyanya.

Warren menyadari ada yang salah dari wajah Jacqueline dan ketika ia melihat dengan lebih jelas Warren dapat melihat bibir Jacqueline membengkak dan sobek. Warren mengerutkan dahinya dan melangkah maju hanya untuk menutup jarak diantara dirinya dan Jacqueline.

"Jack? Kamu bisa dengar saya?"

Jacqueline membuka matanya dan dibawah alam bawah sadarnya ia berkata, "Sudah selesai?"

"Apa yang kamu lakukan di luar sini?" tanya Warren.

"Menunggu Pak Warren," dan Jacqueline menjatuhkan kepalanya dengan tidak sadar ke bahu Warren karena ia kembali tertidur, dan Warren mau tidak mau memeluk tubuh wanita itu.

"Jack, kamu bisa mendengar saya? Apa yang terjadi?" Warren ingin mendengar jawaban Jacqueline kenapa wajah wanita itu membengkak membiru.

Pada saat itu Warren lebih jauh penasaran dengan pertanyaan di benaknya mengenai Jacqueline daripada mencari tahu alasan kenapa Catherine meninggalkannya di altar. Mungkin karena aku merasa kasihan kepadamu Jack... mungkin. 

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang