Bab 1

955 16 1
                                    

Danny merapikan diktat kuliahnya dengan tergesa-gesa. Kertas file bekas mencatat sepuluh menit yang lalu ia tumpuk asal dan dimasukkannya kedalam tas dengan tak sabar.

Raut lelah tercetak jelas di wajahnya yang tampan -hidung mancung, wajah tegas, bibir cerah, alis tebal yang menaungi bagian atas matanya, serta gigi yang berderet rapi yang selalu bertengger disana, potongan rambut rapi serta dibiarkannya angin mengacak- acaknya, serta tubuh tegap atletis yang semakin membuatnya terlihat mempesona-.

Mata kuliah tambahan yang beberapa menit lalu berakhir benar-benar menguras tenaganya. Ia paksakan otaknya untuk mencerna semua penjelasan dosen yang menurutnya menyebalkan itu. Bagaimana tidak? Tanpa perjanjian pada pertemuan terakhir mereka minggu lalu, mendadak bagian perkuliahan menempel pengumuman besar-besar di mading fakultasnya yang memberitahukan bahwa hari ini dosen tersebut mengadakan kuliah tambahan alias kuliah pengganti. Dan dengan berat hati, Danny memasuki kelas disertai dengan dengusan-dengusan sebal dari teman sekelasnya yang merutuki dosen satu itu.

Pasalnya, kemarin malam ia telah berjanji kepada Ara akan pulang bersama setelah kuliah terakhir hari ini selesai. Namun sepertinya jadwal itu meleset. Danny harus pulang sekitar dua setengah jam lebih telat. Letak masalahnya adalah ia tak sempat memberitahu gadisnya itu. Bisa dipastikan Ara sejak dua setengah jam yang lalu telah menghubunginya beberapa kali, serta mengiriminya pesan yang isinya pastilah menanyakan keberadaan Danny.

Danny menghembuskan napas berat. Akhirnya. Ia telah memasukkan segala perlengkapan kuliah kedalam ranselnya dan segera bergegas ke lapangan luas sebelah barat fakultas Teknik Sipil, tempat mobilnya tadi pagi ia parkirkan. Sambil melangkah cepat ia mengambil ponselnya di saku depan celana panjangnya. Sedetik kemudian ponsel itu menempel di telinga kirinya, menunggu sambungan di ponsel yang ia telepon diangkat.

"Hallo ra? Sori banget ya aku telat..."

Danny langsung mengawali percakapan ketika teleponnya diangkat.

"...kamu dimana?... hm ya, ya aku jalan ke parkiran"

".. oh gitu?.."
" ...kenapa? oh itu hm.. nanti aku ceritain di mobil.."

"...oke deh, aku jemput disitu ya, bye Ra" pembicaraan searah tersebut selesai dalam beberapa detik.

Danny menelepon Tiara, yang ternyata menunggunya di kantin fakultas Sastra sejak tak diketahui keberadaan Danny dimana. Danny menghembuskan napas lega. Ternyata Tiara memutuskan untuk menunggunya. Kemudian ia berlari kecil untuk mencapai mobilnya yang tak jauh di depan. Diambilnya kunci dari saku, lalu segera membuka mobilnya dan bergegas masuk untuk mengemudikannya ketempat Tiara menunggu.

***

Dua setengah jam lalu.
Tiara memasukkan diktat kuliahnya dengan cermat. Sesekali ia menimpali ucapan teman semejanya, lalu tertawa pelan. Setelah selesai, keduanya keluar kelas bersisian. Tiara ingat, hari ini ia dan Danny akan pulang bersama. Mengingat jadwal kuliahnya sendiri yang agaknya sedikit bentrok dengan jadwal Danny, ia menjadi tidak sering pulang kuliah bersama lelaki kecintaannya itu. Jika dihitung, paling-paling mereka hanya tiga kali dalam seminggu memiliki jadwal pergi dan pulang kuliah yang sama. Untuk itu, mereka selalu menggunakannya untuk pergi dan pulang bersama. Ya, mereka memang mengambil jurusan yang berbeda.

Tiara yang gemar membaca, menulis, dan segala hal yang berkaitan dengan ilmu kesastraan lebih tertarik untuk masuk ke jurusan bahasa dan sastra Indonesia di salah satu universitas bergengsi di Jakarta. Sedangkan Danny, lebih suka bergelut dengan dunia infrastruktur lebih memilih untuk melanjutkan impiannya melalui jurusan Teknik Sipil. Keduanya tetap berjalan beriringan meskipun berbeda jurusan. Bahkan tak jarang acara malam mingguan mereka terganggu akibat bombardir tugas kelompok yang paling sering terjadi di akhir semester perkuliahan. Terkadang Danny harus terpaksa membatalkannya karena ada proyek lapangan yang sedang disusun bersama timnya untuk kelengkapan tugas akhir, terkadang juga Ara yang membatalkan karena tugas membuat paper yang mengharuskannya hilir mudik di perpustakaan kampus untuk mencari referensi. Namun keduanya tetap menjaga komunikasi dengan baik, sangat baik malah.

ELEGI (ON HOLD) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora