Bigbang Scenario : Fight { GD }

5.3K 370 45
                                    

Kamu dan dia baru saja masuk ke apartment. Menyamakan ritme langkah panjangnya yang menyeret lenganmu sejak dari bassement, cukup membuatmu tertekan dan takut karena sikapnya yang tak biasa. Yah , Jiyong - kekasihmu - tengah marah besar.

Seketika Jiyong menuju kedapur lantas meneguk air mineral dingin menyiram seluruh emosi yang sudah memuncak di pikirannya. Kamu tertegun. Tepatnya, tak tau harus mengatakan apa.

"APA AKU BELUM CUKUP UNTUKMU?" teriaknya seketika. lalu menghampirimu dengan sedikit meremas , menjambak rambutnya sendiri gemas. Bahkan mengerang sambil menepuk dadanya sendiri seolah disana sangat sakit.

"Bukan seperti itu hun. Kamu salah paham !" 

Kamu mulai terisak , menjawabnya dengan sedikit menegaskan kalimat terakhirmu. Jiyong mendecih lantas menggenggam erat kedua lenganmu dengan kuatnya. Kamu takut. Bahkan hal seperti ini telah kamu bicarakan pada Jiyong bahwa kamu takut akan kekerasan dan dibentak. Kamu sangat takut hingga tatapan Jiyong benar-benar seperti membuatmu susah untuk bernafas.

"KENAPA HARUS DIA? KENAPA !"

"Bu..bukan seperti itu Ji, dengarkan aku dulu -" ujarmu terbata-bata.

"KAMU TAU KARAKTER AKU KAN? KAMU JUGA TAU KALAU AKU PALING NGGAK SUKA KAMU JALAN SAMA PRIA LAIN APALAGI SAMA DIA !!"

"Yah aku paham ! selalu ! Aku cuma hangout sama teman-teman aku Ji ! Apa aku nggak boleh menikmati kesenanganku sendiri?"

"Tapi kenapa harus sama dia ! Disco? menghabiskan malam sama dia?"

"Aku pergi dengan best friend aku Ji ! Bukan berduaan ! kami nggak sengaja ketemu di club. Cemburu kamu nggak beralasan !"

"Alasan?  alasan aku cemburu itu ya kamu ! Kamu milik aku ! Dia mantan kamu dan berapa lama dia buat kamu harus susah untuk move on ! Aku benci  dia ada di sekitar kamu !!"

"STOP IT !! AKU BUKAN WANITA MURAHAN SEPERTI ITU !" 

Kamu terkejut mendengarnya terus membentakmu. Hingga kamu pun tak kuasa untuk ikut berteriak dihadapannya.Bahkan rasa gemetar dalam tubuhmu semakin menguasaimu untuk terus menangis. Jiyong melihatnya dan baru menyadari kamu begitu takut untuk di teriaki. 

Ia menghampirimu. Merengkuh tubuhmu dengan riak wajah yang begitu menyesal.

"Mianhe Hun..miaan."

"Stop Ji ! kamu berubah. Aku takut Ji -"

"Jebal , (y/n) mianhe - " Jiyong menangkup wajahmu. Mengusap airmatamu dengan kedua ibu jarinya. Menatapmu lekat-lekat walaupun kamu menolak untuk balik menilik dark brownnya.

"Kita akhiri saja Ji - " isakmu.

"What?" dahinya mengkerut mendengar ucapan spontanmu. Ia semakin merengkuhmu yang tengah meringkuk di depan sofa. 

"Kita putus !"

"Hah? kamu bilang apa sih?"

Jengkel, kamu pun akhirnya berani menatapnya. Mengeluarkan suaramu yang tadi tenggelam karena menangis, "Kita putu - "

Jiyong menciummu selingan bulu - menatapmu  - lalu memelukmu lagi. Kamu pikir mungkin dia tak mendengarkan, hingga kamu mencoba untuk mengatakannya sekali lagi,  "Denger Ji. Kita putu - "

Lagi, Jiyong melakukan hal yang sama. Menciummu kali ini lebih kuat dan lama. Memintamu untuk diam dan pasrah saat sikap possesifnya menguasaimu.

"Berhenti Ji - "

"Jangan semudah itu mengucapkan kata putus hun. Maaf karena meneriakimu tadi.  Aku yang salah. Tapi aku masih marah karena  kamu menghabiskan waktu dan malam bersama dia."

Kamu diam. Tertegun. Menyesali tindakanmu mengucapkan kata keramat itu padanya serta ulahmu yang membuatnya sangat marah.

"Kamu masih tersentuh kan waktu aku cium? Kamu masih bergetar saat aku peluk. Kenapa harus kata itu yang keluar dari bibir kamu sayang?"

Dia memelukmu lagi. Kini bahkan menyandarkan wajahnya pada pundakmu lalu ikut menangis bersamamu.

"Kamu tau, aku sangat merindukanmu di luar sana. Aku begitu ingin menghabiskan waktuku denganmu. Terlalu sakit saat kamu mulai cuek dan seperti ingin membalas kesibukanku dengan sikap dingin kamu belakangan ini. Aku rindu kamu hun - "

" - wangi rambutmu -" Ia mulai mencium helaian suraimu.

" - wangi parfummu , wangi tubuhmu , suara manjamu. Bibir , hidung , kuping semuanya hun. Aku merasa kosong saat disana. Kamu bisa bayangkan jika kata putus itu kembali menyiksaku? huh?"

" Maaf karena meneriakimu. Aku bersumpah tidak akan melakukannya lagi. Aku egois? iya ! sangat, aku sangat egois di depanmu dan kekanakan saat denganmu hun. Mianhe...aku hanya takut kehilanganmu."

.

.

Lebay yah? bodo ah XDD

IMAGINE WITH BIGBANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang