bermain Sandiwara

10.3K 696 9
                                    

   Aku baru saja pulang dari sekolahku. Kebetulan aku pulang cepat karna memang tak ada jam tambahan lagi, ingin rasanya aku secepatnya sampai di rumah namun nasib berkata lain.

  Aku berhenti sejenak. Kufokuskan penglihatanku ke gang di sebrang jalan, samar kulihat 4 orang perempuan berseragam SMP, sepertinya tindak bullying, 3 orang melakukan pemukilan, yang seorang terduduk pasrah sambil menundukkan kepala. ~Naas~

    Aku kaget setengah mati ketika sadar bahwa yang ditindas itu adalah adikku!!!.

    Aku berlari menyebrang jalan, aku berdiri dibalik tembok untuk mmengintip dan mendengar percakapan mereka.

"HEII!! Jalang!! Kau kira bisa lari dari kami Ha!!!??!" kelihatannya yang ditengah ini ketua genknya.

"Setoranmu mana??!" kata gadis keriting itu. Dengan gemetar adikku berkata

"Sudah kubilang aku tak punya uang"

"Apa!!!!!"meraka memukul adikku lagi. Darahku sudah mendidih terbakar amarah.

Kulihat kondisi jalan memang sepi kendaraan, tak ada pejalan kaki yang akn melintas gang ini tapi ada 2 orang polisi yang sedang nongkrong radius 700m dari tempatku berdiri lelihatanya mereka asik ngobrol dengan wanita cantik didepan mereka.

   Aku terkejut ketika melihat sesuatu. Tepat di atasku sebuah kamera CCTV menyorot kedalam gang, untung aku belum terlihat oleh CCTV itu.

   Ini membuktikan kepolisian tidak cuma tinggal diam setelah insiden minggu lalu, aku menggenggam erat batu sebesar genggaman tangan ku ini.

   Satu kesempatan melempar untuk merusak CCTV itu. Dengan segenap hati kulempar batu itu, kena!!! Tepat sasaran kameranya langsung putus dan jatuh tept didepanku.

   mungkin aku terlalu kuat melempar batunya sampai kameranya copot dari kabelnya?, akupun berdiri didepan gang itu.

  Ketiga bocah SMP itu kaget menoleh padaku. Belum sempat mereka bicara, tanpa diduga adikku memukul gadis keriting dengan palunya ketembok bercak darah berhambur kemana mana.

   Kedua temannya ingin menjerit tetapi palu adikku menghantam lagi kearah gadis yang memalak tadi.

   Tinggal ketua genknya yang sekarang terduduk ketakutan dengan bercucuran air mata, adikku mengangkat palunya tinggi.

"Aku mohon~ampuni aku~" ia memeluk kaki adikku.

   Aku jijik melihat gadis ini, tadi ia begitu sombong memukuli adikku sekarang dia memohon ampun ketika hendak dibunuh???

   Kelihatannya Asa juga muak melihatnya, ditendangnya muka gadis bajingan itu sampai ia meringis memegangi mukanya. Dengan kuat ia meng hantam kepalanya hingga otaknya tercecer kemana-mana

Baju Asa terkena bercak darah yang sangat kelihatan di muka,tangan danbaju putihnya.

"Berpura-pura lah ketekuan dan syok!" kataku pada Asa. Dia hanya mengangguk paham.

"Sembunyikan atau buang saja palumu itu"

    Kemudian aku berlari menuju dua orang polisi yang kulihat tadi.

"Pak!!!! Tolong adikku pak!!!, ada pembunuhan!! di gang sana!!" aktingku

Sontak kedua polisi itu berlari kearah yang aku tunjuk dengan pistol di tangan. Aku berlari kesana lagi.

   Kedua polisi menodongkan pistolnya kedalam gang dan mereka hanya menemukan tiga mayat tak berbentuk dan andikku yang berakting ketakitan dan syok, aku beriak.

"ASA!!! AKAU TAK APA-APA?? Kemana perginya dia tadi!!?" kupeluk adikku. Asa menunjuk arah belakangnya dengan gemetar, kedua polisi ini berusaha mengejar sesuata yang tak nyata.

    Salah seorang dari mereka memanggil ambulan dan bantuan, sore itu juga adikku di bawa kerumah sakit dan aku menunguinya diluar.

  Aku tengah duduk di ruang tunggu. Dengan berpura-pura resah dan gelisah. Dokter keluar , dan aku bangkit menanyakan keadaan adikku walau aku yakin ia akan baik-baik aja.

"Bagaimana kedaan adikku dokter!!!"

"Dia tidak mengalami luka serius. Hanya beberapa memar dan syok" seorang polisi membisikan sesuatu pada dokter itu dan dokter itu hana mengangguk. Polisi yang menjaga ku mengatakan

"Untuk saat ini sebaiknya anda menginap di rumah sakit dulu, kabari orang tua di rumah" aku lalu memotong

"Kedua orang tua kami berada di luar negri pak. Tak ada siapapun di rumah."

"Kalau begitu anda jaga adik anda di sini. Kalau adik anda sudah mulai tenang besok harap bekerja sama untuk memberi keteraangan tentang kasus ini" aku hanya menganguk

(Skip malamnya)

   Aku sudah mendiskusikan jawaban yang akan kami berikan besok. Semua berjalan sesuai rencana, tapi ada sesuatu yang masih mengganjal di hati.

"Hey Asa" dia menoleh.
"Diman kau membuang benda itu tadi?"

    dia mengerti kalau benda yang kumaksut adalah palunya tadi. Kalau sampai benda itu di temukan..........

"Aku menyimpanya" Aku kebingungan dibuatnya.

   Memang sejak dulu aku ingin mengetahui mengapa palunya bisa muncul secara ajaib,  padahal mustahil dengan ukuran sebesar itu muat di kantong atau tas.

"Di mana?" tanyaku.

  Disingkapkanya rambut yang menutupi telinga kanannya dan aku kaget. Anting-antingnya mirip atau persis seperti versi mini dali paluku

"Bagaimana bisa.....?" langsung di potong olehnya

"R.A.H.A.S.I.A" oke aku tak akan memaksakan ia memberitahukannya. Perlahan aku mulai mengantuk dan terlelap masuk ke dunia mimpiku.

================================
.
.
.
.
.
Terimakasih para pembaca yang baik hati. Saya harap kalian tak bosan baca cerita saya.

Akhir kata dan sekali lagi Terima Kasih

My Sister Is Psycopath [Completed]Where stories live. Discover now