membunuh saksimata (2)

10.8K 817 52
                                    

   Aku telah mematikan sambungan listrik sejalur ke rumah itu. Tentu kalian bertanya - tanya apa yang akan kami lakukan?

   Aku tak akan menjawab sekarang tapi kau akan melihatnya sendiri.

   Kelihatanya mereka mulai panik. Sesaat terdengar suara gaduh dari mereka kemudian senyap kembali 'tidak profesional',sangat ceroboh dan, masih banyak lagi cemohan yang bisa menggambarkan mereka.

   Mungkin mereka jadi polisi lewat jalur nyogok.

   5 menit kemudian hujan mulai turun, dan semakin lama semakin deras, untungnya aku membawa payung.

   Memang ramalan turun hujan malam ini 85%, aku tadi sempat khawatir kalau hujan tak turun, dengan begini pekerjaan kami akan lebih mudah.

Cukup lama aku menunggu akhirnya Asa kembali.

"Kau sudah melakukannya?" tanyaku

"Ya, tapi untuk apa kabel yang di masukan ke stopkontak yang mati itu??".

"Kau sudah menghidupkan semua air keran sebisanya?"

"Iya, semuanya malah. Mengalir tanpa ada yang tau karna mereka fokus ke arah halaman depan". "Apa halamannya banjir karna hujan?"

"Tentu, sedikit membanjiri rumah"

"mereka tak curiga?".

"Sudah kubilang mereka terlalu fokus ke halaman depan kak!!. Tapi kakak belum menjawab pertanyanku sebelumnya!!?".

"Sabar~~sabar, lihat saja"

    aku menyuruhnya memegang payung. Aku menarik napas dalam. Ketika saklar kembali kuhidupkan, listrik di jalur rumah itu hidup kembali.

    Dan terdengar jeritan tertahan yang amat tersiksa. Kau sudah tau kan? Ya benar mereka sedang tersengat listrik.

   Tak lama kemudian muncul cahaya kekuningan yang semakin besar di rumah itu (kebakaran).

    Walau pun hujan selebat apapun tetap saja kalau kongsleting listrik akan kebakaran, apalagi rumahnya dari kayu, semakin mudah terbakar.

   Aku merasa agak bersalah melakukan ini, tapi ya sudahlah semuanya sudah terlanjur terjadi.

    Sementara Asa menatap kerumah itu berbinar binar sepeerti menyaksikan kembang api tahun baru. Kamipun pulang dengan berlindung di bawah payung menembus malam....

[Besoknya]

Kembali aku menyaksikan siaran berita.

"Kemarin malam terjadi kebakaran hebat yang menewaskan sebanak 14 orang polisi yang bersiaga di rumah penyergapan. Diduga akibat kongsleting listrik karna pada saat itu rumah tersebut tak ada orang lain dirumah selain para aparat kepolisian. "

" Dari 15 orang yang dikirim untuk penyergapan hanya 1 yang berhasil selamat. Diduga polisi tersebut tengah BAB. Polisi yang bernama Bribda Alfrit wijoyo ini sadar terjadi kebakaran setelah mencium bau asap dari luar, beliau langsung keluar rumah sebelum kebakaran semakin besar. Sampai saat ini Bribda Alfrit masih belum bisa memberi keterangan yang berguna".

   Aku sedikit tak percaya dengan apa yang kudengar tadi. Orang itu berhasil selamat!!!!

   Orang yang lugu dan dengan baik hati membocorkan hal rahasia padaku kemaren sore!!! Mungkin ini alasan kenapa pepatah pernah berkata "Orang pintar kalah lawan orang bejo(beruntung)" . TVpun kumatikan.

   Akhirnya setelah sekian lama orang tua kami menelpon. Tentu pertanyan-pertanyan biasa seperti

"bagaimana kabar sekolah?" atau "apa kalian sehat?" dan tentu aku ada adikku menjawab senormalnya seakan tak terejadi apapun.

  Telepon sudah mati. Aku hanya menarik nafas lega, sedangkan adikku menatapku cukup lama, aku memasang wajah binggung dengan apa yang dia lakukan. Kemudian dia tersenyum manis padaku. Aku sudah mengerti sekarang,

"Kak...." suaranya dibikin seimut mungkin.

"Apa? (-_-)" kataku datar

"Minta uang jajan...." sudahku duga, kalau kaya gini ada maunya

"lagi gak ada uang Tanggal tua (-_-)" kelihatanya dia tidak menyerah

"Ini penting sekali...!!!" entah sejak kapan palu kesayangannya sudah ditangannya. Aku menelan ludah.

"Memangnya untuk apa?"

"Beli sesuatu yang penting!!!"

"Memangnya apa yang penting"

"Itu......"

"Itu apa??"aku jadi binggung olehnya

"Benda itu....."tangannya bergerak membentuk aneh

"Apa?,kakak tidak paham!!" mukanya memerah padam.

"Aku malu bilangnya..." mukana makin merah padam

"KATAKAN SAJA!!" kataku tak sabar

"BELI PEMBALUT!!!!!!!!!!!"

   muka Asa sekarang sudah semerah kepiting yang direbus 9 jam. Aku diam terdiam tepatnya, kujeluarkan beberapa uang dari dompet dan memberinya.

Langsung dia pergi dengan cepat karna malu.

"Adikku sudah besar ternyata......." kata ku lirih pergi ke kamar.

================================

Saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para pembaca. Saya harap para pembaca dapat meningalkan jejak Vote dan coment
.
.
Untuk keritik dan Saran selalu saya terima. Akhir kata Terima kasih.

My Sister Is Psycopath [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang