01. [Muthia POV]

7.7K 142 5
                                    


Kau pasti tau betapa bahagianya aku saat ini, mimpi yang sudah lama aku ciptakan kini menjadi kenyataan.

Terbang mengendarai burung besi membawa beratus penumpang dengan selamat diketinggian beribu-ribu kaki diatas permukaan laut, itulah mimpiku.

Kau salah jika kau menganggapku seorang wanita yang pintar, aku bisa mencapai nya dengan berbagai rintangan. Dari orang tua ku yang tidak mau membayarkan kuliahku karena mereka takut aku berhenti ditengah jalan.

Keluargaku termasuk keluarga yang pas-pasan, tidak kurang ataupun lebih. Tapi kami bersyukur.

Aku anak kedua dari tiga bersaudara, masalah otak? Aku bukanlah seorang yang pintar, tapi aku menanamkan cita-citaku dihati. Banting tulang mencari segepok duit agar masuk ke sekolah penerbangan. Banyak orang yang tidak percaya akan usahaku, mereka menganggapku tidak akan bisa. Tapi lihat aku sekarang berada diantara pilot-pilot tampan! Bahkan aku bagian dari mereka.

Ada seseorang yang selalu berada didekatku, bahkan hanya dia yang percaya bahwa aku bisa. Dia mengajarkanku dengan berbagai banyak hal, apapun itu.

Fauzi Rahman seorang pria dengan tinggi diatas rata rata serta wajah asianya membuat siapapun menganggumi sosoknya, ia sahabatku. Fauzi selalu membantuku dalam susah maupun senang bahkan kami sudah sama sama kenal dengan keluarga masing masing. Kami selalu bersama.

Mungkin semua orang akan berprasangka kami mempunyai hubungan spesial, nyatanya tidak. Ia mempunyai wanita pujaannya dan aku hanya terfokus pada cita citaku walaupun sedang menanti pangeran berkuda putih-ku. Haha itu sebutanku untuk dirinya dikala smp.

Cinta kadang egois dan tidak memikirkan perasaan masing masing. Dari dulu aku hanya bisa berdoa agar ia bisa merasakan ada seseorang yang selalu merindukannya, disini. Tidak usah cape cape aku mengejarnya, toh ia akan berlari ketika aku mengejarnya. Biarlah tetap berjalan seperti biasa, agar aku bisa terus menatap punggungnya.

Jauh sebelum penumpang sampai dibandara, persiapan demi persiapan sebelum terbang sudah dilakukan para teknisi pesawat bekerja dibelakang layar untuk mengecek dan memastikan aspek keselamatan pesawat. Dilain pihak, awak kabin dan juga pilot melakukan serangkaian cek dan briefing untuk memastikan segala sesuatunya sudah sesuai dengan aturan keselamatan penerbangan.

"Flight Attendant.. door closed, arm slide and report" kodeku melalui speaker pesawat kepada awak kabin yang terdengar juga oleh penumpang.

Tak lama "door closed, slide armed and crosscheck" setelah itu, saat semuanya persiapan sudah selesai. Sang awak kabin akan mereport lagi kepadaku, "cabin ready for take off"

Kemudian aku meminta ijin kepada petugas ATC, setelah diijinkan dengan membaca surah al-fatihah aku menerbangkan pesawat ke langit lepas.

Pesawat yang aku kendarai bersama fauzi, terbang diketinggian 37.000 kaki di permukaan laut. Kami memang diterima dimaspakai yang sama namun saat ini kami di jadwalkan untuk membawa pesawat G156 dari perusahaan maskapai swasta milik kakek atau Mr. Gates. Aku menyebutnya dengan sebutan kakek sebab ia sangat baik sekali denganku dan mempercayai ke hebatanku. Dia laki laki kedua setelah fauzi yang menyemangatiku tanpa kenal lelah. Tapi saat satu tahun terakhir aku tidak bertemu dengannya. Aku merindukannya. Oh iya tak jarang juga jadwal ku dengan fauzi sama. Kakek sangat baik denganku.

Tujuan kami adalah bandar udara international ngurah rai. Dari bandar udara international soekarno-hatta. Durasi penerbangan berjalan 1 jam 55 menit.

Perjalanan kami sangat menyenangkan, bagaimana tidak fauzi selalu mengodaku. Aku pun tak jarang tertawa. Dari ketinggian 37.000 kaki aku menunggumu dan merindukanmu secara bersamaan. Bagaimana bisa disela sela kesibukanku aku merindukan sosok dirimu?

The Perfect Wife [ON GOING]Where stories live. Discover now