Part 1

604 17 0
                                    

Itu yang di mulmed cast Leona. Jannina Weigel. Imut banget soalnya. Cocok gak cocok biarin laah.. Selamat membaca..
.
.
.
.
.

Plokk...plokk...byurr...bugh...

Hhahahahaha... Suara tawa menggema dilorong kelas.Yah ini lah yang sering mereka lakukan kepadaku. Aku sudah biasa atas kejadian ini, mungkin udah kebal. Dari awal masuk sekolah sampai sekarang udah mau lulus pun masih diginiin. Dilempar telor,tepung,disiram air sampai dibully pun aku sudah biasa.

Memang awal awal aku ngerasa sakit hati banget. Siapa coba yang mau dikerjain terus di bully terus? Nggak ada kan! Ya aku cewek nerd di sekolah ini. Disini aku tidak punya seorang teman. Perlu dicatat TAK SEORANGPUN yang mau berteman denganku. Aku juga tidak tahu mengapa dan kenapa? Apa aku kuman sehingga mereka menjauhiku.?!

Sebenernya aku adalah anak orang kaya malah penyumbang dana terbesar sekolah ini adalah keluargaku. Tapi aku menutup identitasku. Aku tidak mau mereka berteman denganku karena aku anak orang kaya. Malah aku bilang kalau aku adalah anak dari seorang pembantu.

Ya aku adalah Leona Alexandra Frederica. Putri dari tuan dan nyonya Frederic. Pemilik dari FDC Corp perusahaan yang sukses dan terkaya no 3 di Indonesia ini.
Tapi apa aku bahagia dengan semua ini jawabanlah adalah TIDAK! Kenapa aku bilang tidak karena orang tuaku tidak pernah menunjukkan kasih dan cintanya kepadaku.

Aku adalah anak tiri mereka. Mereka mengadopsi ku disebuah panti asuhan. Aku bertemu dengan mereka saat acara amal. Setelah melihatku mungkin mereka tertarik padaku. Dulu mereka menyayangiku tapi sekarang tidak.

Mereka selalu menganggap aku pembunuh anak mereka. Aku tidak mengerti kenapa harus aku yang mengalaminya. Kenapa seakan takdir mempermainkan hidupku. Tak tahukan mereka aku sangat menderita.

Tak bisakah kalian mendengar jeritan hatiku. Setiap aku melangkah aku merasa ragu. Apakah ini sudah benar atau tidak!. Setiap malam aku menangisi takdir hidupku.

Mereka tidak pernah mengerti diriku. Tidak pernah ada setiap aku melangkah. Mereka selalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Mereka hanya sibuk mencari uang. Apa uang lebih berharga dari pada aku? Katakan aku ingin mendengarnya?!!!.

Mereka selalu menatapku dingin kadang mereka tidak menatapku. Tidak ada senyuman, hanya wajah datar yang selalu mereka tunjukkan.

Bugh....
Hahahhahah... Suara tawa masih menggema ditelingaku..

"Hei upik abu kalau jalan itu pakai mata. Mata udah empat masih aja bisa jatoh" ucap Lena dengan tawa mak lampirnya.
Aku segera bangun dan langsung menuju loker untuk mengambil seragam cadangan. Dasar menjijikkan! Kotor! Najis deket² dia!! Dan masih banya hujatan hujatan yang mereka lontarkan. Aku hanya bisa mampu menutup telinga agar tidak bisa mendengar kata kata kasar mereka.

Walaupun aku sering mendengarnya,tapi apalah daya hatiku bukan terbuat dari baja. Aku hanya manusia biasa yang mudah hancur karena perkataan dan perbuatan mereka.

Setelah sampai loker aku buru buru mengambil seragam dan langsung menuju toilet. Sesampainya aku langsung menuju bilik kamar mandi dan mengganti pakaian. Setelah selesai akupun segera keluar dan menuju kelas. Tapi..

Bughh....

Akupun melihat siapa yang aku tabrak. Dan seketika tubuhku pun menegang.
"Ma..maaf Mosses a..ak..ku engg..ak s...se..ngaja"cicitku dengan mebundukkan kepala

"Maaf.. Kau bilang maaf!! Maafmu tidak berguna sekali buatku"ucap Mosses dengaan suara lantangnya. Siapapun yang mendengar pastikal akan bergidik ngeri. Siswa siswi yang melihat hanya bisa diam. Tak ada yang berani bersuara.

"Heh upik abu berani sekali kau menyebut namaku. Kau hanya boleh memanggilku Tuan. TUAN! Kau mengerti! Karena disini kau hanya tak lain seorang PEMBANTU!"ucap Mosses dengan jambakan dirambutku dan penekanan disetiap katanya yang membuat hatiku nyeri.

Ya, aku disini disebut pembantu. Mereka selalu menyuruhku ini itu. Bila tak ku kerjakan mereka pasti akan melakukan hal yamg tidak manusiawi. Seperti dikunciin di gudang dan akan di buka keesokan paginya.

"I..iya tt..tuan ma...af kan ss..saaya"cicitku sambil menahan rasa sakit di kepalaku karena Mosses menjambak rambutku dengan kuat. Mungkin beberapa helai rambutku ada yang rontok. Dengan kuat Mosses melepas jambakannya dirambutku dan mendorong tubuhku hingga membentur tembok yang ada disekitar. Aku hanya meringis dengan diam tak bersuara.

"Gue tau lo menabrak gue agar lo bisa nyentuh gue kan?! Cara lo itu sungguh menjijikkan. Dengar gue gak sudi lo sentuh!!" ucap Moses dengan suara lantangnya dan dengan kata yang menyakitkan. Dan iapun pergi dengan menorehkan luka.

.
.
.
.
.
.

Hallo gimana nih part pertamanya seru gak?? Bagus gakk?? Tetep pentengin terus ya jangan lupa teken bintangnya dan dan jangan lupa ketik kritik dan saran kalian. Aku tunggu...

~Andinii Dwii~

Me And My Stepson BrotherWhere stories live. Discover now