read my mind (2)

964 175 15
                                    

[ tanpa editing. maaf kalo ada typo dan ketidak jelasan ]

[ masih Calum's POV ]

"Seandainya semua masih baik-baik aja. Seandainya kita saling sadar. Seandainya lo gak terjebak sama Luke dan gue gak keiket sama Jean.", gue mengelus lembut tangan Naomi.
"Something always brings me back to you, Nom. Always."

Tiba-tiba Naomi mengerang sambil memegangi dahinya.
"Nomi? Masih sakit?", gue mencondongkan badanku kearah Naomi sambil memeriksa dahinya. Naomi terisak. Yaampun sesakit itu kah?

"Nom... Masih sakit ya? Maafin gue, gue gak sengaja.", gue memeluk Naomi. Naomi memeluk balik.

Rasanya dada gue mencelos. Gue bener-bener kangen Naomi, rasa kangen gue kebayar dengan pelukan ini.

[ Naomi's POV ]

Aku mendengar semua yang keluar dari mulut Calum. Rasanya dadaku sesak. Semua ini salahku. Aku mengerang sambil memegangi dahiku.

"Ngh.", erangku.
"Nomi? Masih sakit?", Calum langsung mendekatkan wajahnya kearah dahiku. Tiba-tiba saja aku menangis.

Ya Tuhan. Semua ini salahku.

"Nom... Masih sakit ya? Maafin gue, gue gak sengaja.", Calum terlihat panik dan langsung memelukku.

Ya Tuhan, aku ingin memeluk Calum, entah sejak kapan, pelukannya mampu menjadi obat ampuh untuk luka didalamku. Aku memeluknya balik.

Dadaku mencelos. Aku memeluknya.
"Udah jangan nangis lagi ya. Maafin gue tadi kepleset.", Calum mengelus rambutku sambil melepas pelukannya.

Bodoh, gue nangis bukan gara-gara tonjokan lo. Tapi karena gue denger semua kata-kata lo.

"Berisik ah lu. Memar nih kan.", aku menunjuk pipiku.
"Hehe. Maaf. Yaudah, gue balik ke panggung ya. Lo disini aja, tar gue nyuruh Adin-",
"Da.", tiba-tiba Adinda muncul diambang pintu.

Wah. Kayak setan juga ya si Adinda ini.

"Astaga, Nomi. Ini ngapa gini memar?", tanya Adinda sambil memencet memarku. Aku meringis kencang.

Udah kayak setan, bego pula. Cobaan apalagi ini.

"Sakit, asu. Bego banget sih.", aku memukul lengan Adinda. Adinda hanya terkekeh tanpa rasa bersalah.
"Siapa yang nonjok lu? Si gentong ini ya?", Adinda menonjok perut Calum.
"Kepleset buset. Udah ah. Gua mau lanjut kerja.", Calum jalan keluar UKS.

Adinda tersenyum jahil kearahku. Aku menatapnya sebal.
"Cie.", Adinda mencolek perutku.
"Ish apaan dah.", aku menggeliat geli.
"Cie dah. Seneng gak?", Adinda tertawa. Aku merasa pipiku memanas.
"Cie blushing cie.", Adinda tertawa kencang.
"Berisik lu ah.", balasku sambil tersenyum malu.
"Gimana ceritanya dah? Kok bisa ampe pingsan terus memar? Lo abis diajak ronde?", Adinda tertawa lagi.

Dasar bokep.

"Anjir najisin lu bokep.", aku mengernyit jijik sambil mendorong tubuh Adinda. Adinda cuma tertawa.

Tawa mulu idupnya. Kotak tertawanya ready stock sih.

"Tadi gue ketemu Luke di ruang TU kan. Nah abis itu gue sama Luks ngomongin soal Clara dan hubungan kita dulu. Gue nangis. Nah tiba-tiba Cal nongol. Terus nonjokin Luke a-",
"ANJIR SO SWEET AMAT ANJU FIX DIA SAYANG SAMA L-",

"BELOM SELESAI YETI.", teriakku kesal. Adinda cuma nyengir kuda.
"Nah abis itu gue ngelerai eh malah gua kena tonjok.", lanjut gue.

Adinda mengangguk-angguk.
"Oh gitu... terus tadi dia ngomongin apa aja?", pertanyaan Adinda berhasil membuatku merenung sesaat.

"Nom?", Adinda menjentikkan jarinya didepan wajahku.
"Nope. Gue mau pulang, Din.", ujarku.
"Da.", tambahnya.
"Yaudah gue anter ya.", lanjut Adinda sambil membantuku berdiri.

'Dan mereka lah, dua orang yang saling jatuh cinta, namun tidak ditakdirkan untuk bersama.'

•••••••••••••••••

Mantabh soul

Vomment euy tong hilap gengz

O-Zone [ft. Calum Hood]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang