22|| Tak Saling Mengenal

114K 7.8K 118
                                    

"Jun, lo—" Berliana meluruh di lantai. Ia menatap tajam pada sepupunya yang masih berdiam itu, sementara Arival sudah melenggang pergi.

Arjuna menghampiri Berliana lalu memegang bahunya, tapi ditepis oleh Berliana dengan langsung. "Dengerin, Li. Karena gue itu tau kalau dia bukan orang yang baik, dia brengsek. Dia pernah mainin dua hati cewek. Gue nggak mau sampe terjadi sama lo." ujar Arjuna.

"Lo salah! Lo nggak tau apa-apa tentang Rival, Jun. Stop ngurusin urusan gue." Berliana masih berderai air mata, ia tak mampu membendung cairan bening yang keluar dari matanya itu.

"Lo itu baru kenal sama dia, Li. Lo belum tau apa-apa dibandingkan gue. Lo tau kalo Di-" ucapan Arjuna terpotong begitu saja.

"Diem. Lo pergi, pergi!" usir Berliana.

"Li-"

"Pergi! Dari mulai sahabat gue, terus elo, nggak ada yang pernah ngertiin perasaan gue. Coba lo ada di posisi gue." Arjuna melenggang pergi setelah mengelus punggung Berliana. Sumpah, Arjuna tidak ingin Berliana sakit hati. Arjuna juga tahu bahwa Arival itu orangnya cuek dan dingin, tapi dengan kedekatan Berliana, laki-laki itu brubah drastis menjadi laki-laki yang baik. Aneh bukan?

Berliana tidak mengerti, alasan tidak masuk akal memang yang diucapkan oleh Arival. Tapi ini juga salahnya, dia menutupi dirinya pada Arival. Harusnya ia mengatakan yang sejujurnya pada Arival.

Gadis itu juga di ujung keresahan. Bila ia mengatakan pada Arival, mungkin laki-laki itu akan kecewa. Tapi jika laki-laki itu mengetahui Arjuna sebagai sepupunya, Arival akan makin kecewa dan sakit hati karena dibohongi oleh dirinya.

Alasan Arival marah pada Berliana karena Arjuna adalah musuhnya, Arjuna adalah laki-laki perebut Aurelle-nya.

"Arival.." lirihnya.

Terlambat, Arival telah kecewa padanya. Semuanya telah berakhir, semuanya telah berubah, dan jangan mengharapkan yang lebih itu.

Sementara itu, Arival menjambak rambutnya frustasi. Ternyata perempuan itu telah membohonginya, sudah ketiga kalinya ia mendapatkan sebuah pil yang ditelan secara pahit.

Arival melepaskan jam tangan couple secara paksa. Dilemparnya jam itu hingga kaca berebentuk bulat hingga pecah.

"Sialan!" Ia mengumpat, untung saja Maminya tidak ada di rumah.

Sekarang, besok dan seterusnya tidak ada yang memaksanya, tak ada yang mengikatnya, tak ada yang memperlakukannya seperti robot. Semuanya telah usai bersamaan dengan hatinya yang membeku kembali seperti sedia kala.

Dan kali ini Arival bertekad tak akan mampu jatuh cinta dan jatuh kembali pada lubang yang sama untuk kesekian kalinya.

***

Keesokan harinya, Berliana sudah bersiap memakai seragam sekolahnya. Flora yang melihat mata anaknya sembab itu langsung mengeryit.

"Li, mata kamu kenapa?" Efek menangis semalaman hingga ketiduran. Inginnya sih Berliana mengatakan itu, tapi ia sudah berjanji untuk tidak mengatakannya pada siapapun, termasuk bundanya.

Berliana menggeleng, "Enggak, Bun. Ini cuma kurang tidur aja." jawabnya dengan lesu.

Flora ber-oh ria, "Li, ayo sarapan dulu." untung saja Ayahnya sedang pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan.

"Nanti aja di sekolah."

"Li, kamu mau pingsan kayak waktu itu lagi? Sedikit aja, Li." Berliana menggeleng.

Feeling With LoveWhere stories live. Discover now