7|| Arival sang Penolong

139K 9.6K 45
                                    

Berliana memasuki kamarnya dengan senyum terhias di bibirnya, matanya juga berbinar menandakan ia sedang berbahagia entah karena apa.

Di hempaskan pula tubuhnya di kasur berseprai bunga dengan dominasi berwarna ungu itu, gadis itu menenggelamkan wajahnya di antara bantal.

"Ternyata calon suami masa depan gue deket ya?" gadis itu berbicara sendiri. "Apa yang buat si ganteng itu pindah ke sebelah rumah gue? Atau jangan-jangan biar deket sama gue kali ya? Ah emang, si ganteng itu modus," kekehnya.

TOK TOK TOK!

"Jangan masuk! Gue lagi sibuk, balik sana!" ucapnya tak sadar, ia berpikir paling juga si Rara, memang siapa lagi?

"LIAN! INI BUNDA! COBA SEKALI LAGI KAMU BILANG APA?!" mampus gue, Berliana membatin dalam hati.

"I--iya, Bund, bentar!" ucapnya dengan gemeteran.

CEKLEK!

Dan di depan pintu kamarnyalah, Bunda nya itu berkacak pinggang dan memperlihatkan sisi tajamnya.

"E--eh, Bunda," Berliana menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Bunda cantik amat, mau kemana?"

Flora menaikkan sebelah alisnya, "Hah, kamu ini bisanya basa-basi aja!"

"Maaf, Bund, Lian kira si Rara,"

"Bukan!" Flora mengelak, ia menghela napas. "Ya sudahlah, Bunda titip rumah sama kamu. Kakak kamu paling juga bentar lagi kesini."

"Bunda mau kemana?" tanya Berliana.

"Ke Bandung," jawab Flora singkat.

"Ngapain?"

"Ada acara dari kantor Ayah," jawab Flora kembali.

Yes, bisa bawa calon suami masa depan sekaligus mau tebar pesona ahh, Berliana membayangkannya dengan sumringah.

"Kenapa kamu senyam-senyum gitu?" Berliana tersentak, ia lupa bahwa Bundanya masih berada di dekatnya.

"Oh enggak, iya deh nggak papa kok, Bund," balas Berliana. "Sekalian lama juga nggak papa kok, hati-hati," lanjutnya dengan suara kecil.

Flora yang hendak melenggang pergi, berbalik dan menatap tajam anak gadisnya itu. "Kamu bilang apa tadi? Coba ulangi!"

Berliana menggeleng cepat. "Enggak, enggak. Udah sana Bunda sama Ayah pergi entar keburu macet lagi,"

"Iya, kamu hati-hati di rumah. Bunda sama Ayah pergi dulu, kayaknya Ayah udah nunggu. Bye, assalamu'alaikum,"

"Waalaikumsalam," jawab Berliana. "Emak gue emang gaul," kekehnya seraya masuk kembali ke dalam kamar.

Coba saja bila laki-laki manis yang menjadi tetangga barunya itu mudah move on, coba aja Arival membuka hatinya untuk dirinya. Emang ia berharap? Entahlah, tapi bila dirinya berdekatan dengan seorang Arival membuat Berliana merinding dan jantungnya pasti berdegub sangat cepat.

TING TONG!

"Aish, siapa sih?" Berliana menggerutu malas. "Ganggu aja!" ia menuruni undakan tangga lalu berjalan menuju membuka pintu utama.

"As---kemana nyokap lo?!" Berliana tersenyum sumringah menatap laki-laki manis di hadapannya.

"Eh, calon suami masa depan, ada angin apa datang kemari?"

"Gue-"

"Lo kangen gue ya? Oh ya ampun, padahal jarak rumah kita itu dekeeeeet banget."

"Lo bisa diem kagak sih?! Gue males dengerin orang yang cerewet dan nggak penting kayak lo! Sekarang dengerin gue, gue kesini bukan karena alesan lain, hanya satu alasan, nyokap gue minta anterin kue yang baru dia buat ke nyokap lo." jelas Arival panjang lebar. "Sekarang mana nyokap lo?" tanya Arival.

Feeling With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang