12|| Arival dan Berliana

131K 9K 101
                                    

"Val, kalo seandainya gue yang jadi si Aurelle itu gimana?" tanya Berliana.

"Ya, gue nggak akan jatuh cinta kalo yang jadi si Aurelle itu lo." balas Arival dengan nada tenang.

Berliana menggumam, "Hem, oke." gadis cantik di sebelahnya itu hanya mampu mengedikkan bahunya. "Gimana kalo seandainya di dunia ini cuma ada gue sama banci? Lo pilih yang mana?"

"Gue pilih banci. Biarin gue disangka maho juga, yang penting nggak ada hubungan sama cewek gila kayak lo." Arival menjawab lagi.

"Ih, lo jahat banget sih, Val." Berliana mencebikkan bibirnya kesal.

"Ih, lo lucu banget sih, Lion!" Arival mengikuti nada bicara Berliana.

"Hah?" Berliana menganga tak percaya.

"Lucu kayak boneka monyet," sambung Arival yang membuat dirinya tertawa.

"Ah, itu mah lo ngehina gue, Val." kesal Berliana. Bibirnya mengerutucut menahan kesal.

"Gitu aja ngambek, nggak asik!"

"Siapa yang ngambek? Gue mah orangnya nggak baperan." balas Berliana.

Arival hanya diam, laki-laki itu hanya memandang danau di hadapannya dengan tatapan kosong.

"Kapan sih, Val, lo liat gue?" tanya Berliana tiba-tiba, ia memandang ke arah depan juga.

"Kan gue udah liat lo. Lo mau gitu gue anggap setan atau dedemit?" Arival tak mengalihkan pandangannya sedikitpun.

Berliana menoleh, melihat laki-laki yang membuatnya kesal, "Ih, bukan gitu. Maksudnya, gue mau lo liat gue itu, kayak lo liat Aurelle." ujar Berliana.

"Lo bahas itu mulu, bosen gue." Arival mengelak, ia bukan bosan, tapi yang jadi topik utamanya lagi 'Aurelle' dan menjurus ke 'move on' sama saja ia susah untuk melupakannya.

"Terus mau bahas apa? Bahas cinta kita ya?" tembak Berliana.

"Cinta kakek buyut lo!"

Berliana tertawa, "Susah ya liat Arival senyum dikitttt doang." katanya.

"Senyum gue mah mahal." Selain dingin, Arival juga pedenya ketinggian, ya. Batin Berliana.

"Gue beli deh senyum lo. Berapa? Seribu? Dua ribu?" Berliana mengangkat sebelah alisnya. Menantang laki-laki yang ada di sebelahnya.

Arival mendengus, "Apaan harganya segitu? Mau lo bayar puluhan juta pun nggak akan cukup." Arival melirik Berliana yang menatapnya dengan aneh.

"Oh, gue tau. Gue beli pake hati gue aja gimana?" Berliana tersenyum, lalu perempuan itu terkekeh mendengae ucapannya.

"Ogah, hati lo basi." jawab Arival asal.

Bibirnya mengerucut, "Lo kira hati gue apaan?"

"Menurut lo?" Arival memandang Berliana  dengan tatapan datar andalannya.

"Sekali aja boleh nggak liat senyum lo?" pinta Berliana dengan nada memelas.

"Kenapa lo pengen banget liat senyum gue?" Arival balik bertanya. Aneh, pikir Arival.

"Ya itu— gue—gue pengen liat aja, lo kan ada lesung pipitnya, gue pengen liat. Boleh ya?"

"Jangan deh, entar terpesona."
Arival membenarkan rambut yang ia pakaikan memakai gel itu dan menyugar rambutnya.

"Tanpa lo senyum juga gue udah terpesona, Val. Kurang baik apa gue coba?" Berliana mengucapkannya dengan sangat bangga.

"Apaan sih lo? Ngomongnya ngelantur kemana-mana. Capek gue ngomong sama lo!" Arival memutar bola matanya malas.

Feeling With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang