15|| Bad Day For Arival

132K 9.1K 264
                                    

"Jadi, minggu depan kita tanding lagi sama mereka?" tanya Rey. Kini mereka duduk di pinggir lapangan setelah selesai berlatih basket.

Arival mengangguk, laki-laki itu mengusap peluh yang membanjir di wajahnya. "Iya, pokoknya, kita harus jadi pemenangnya. Kita harus berusaha semaksimal mungkin,"

Rey memang tidak tahu bila Arival dan Elang mengadakan pertaruhan dan membawa nama Berliana dalam pertandingan sengit itu.

"Itu, pasti. Tim kita pasti mengusahakan yang terbaik," Rey tersenyum tenang.
"Oh iya, lo nggak pernah cerita sama gue kalau ternyata lo punya relationship sama anak Jasmine School." ujar Rey seraya meneguk air mineral dalam botol hingga habis, karena air mineral itu tersisa hampir sedikit lagi.

"Gue males bahas titisan si siluman singa itu." Dasar Arival, dia mempunyai banyak sebutan untuk Berliana. Padahal menurut Rey, Berliana itu cantik—ralat, lebih tepatnya manis, apalagi jika perempuan itu tersenyum dan berlari menghampiri Arival seperti kemarin. Langkahnya yang kecil dan setelah itu napasnya memburu karena memaksa kakinya untuk berlari

Rey geleng-geleng kepala, "Lo nggak anggap gue sahabat jadinya nih?" Sindiran halus itu membuat Arival mendengus.

"Oke gue bakalan cerita, tapi jangan ketawa." Rey mengangguk, sepertinya cerita Arival memang menarik untuk ia dengar.

"Waktu itu—" Arival menceritakan semua kejadian yang bermula ketika ia susah move on yang sedang menikmati secangkir kopi di sebuah kedai lalu seorang perempuan tanpa permisi sok menasehitanya. Bukan hanya itu saja, sosok Berliana yang menganggunya seperti setan yang tiap hari menguntit persis induk ayam yang diikuti anaknya. Lalu ketika dirinya dan maminya pindah rumah dan ternyata itu adalah di sebelah rumah Berliana, dan itu artinya mereka bertetanggaan. Belum lagi, foto yang jelas-jelas mengancam repurtasinya itu, terpaksa menjadi 'pacar paksaan' untuk Berliana.

"Apa?!" Setelah terpekik, Rey tertawa terbahak-bahak hingga ia memegang perutnya.

"Udah gue bilang, jangan ketawa." Arival memasang wajah datarnya, sementara Rey yang ada di sebelahnya menutup mulutnya yang tak berhenti tertawa.

"Pffff, haha gue nggak nyangka cowok seganteng lo buat 'pulau'." tawa Rey kembali pecah. "Gimana kalau seantero sekolahan pada tau ya?"

"Anjir! Jangan di perjelas, bego!" Arival melotot tajam.

Rey mengacungkan dua jarinya membentuk peace. "Sorry, sorry. Habisnya ngakak," ujarnya membuat Arival sangat kesal.

"Sial, Rey. Dia manfaatin gue kayak gini," Arival menghela napas.

Kening Rey mengkerut setelag mendengarnya, "Maksud lo? Dia matre?" tanya Rey.

"Bukan. Maksudnya, dia ngatur gue ini-itu, dan begonya gue mau aja." kesal Arival.

Rey tertawa kembali tanpa takut dihadiahi pelototan oleh Arival, "Tapi kayaknya kalo lo natap dia gimana gitu. Kayak gimana ya? Ada cinta tapi di sembunyiin. " ujar Rey. "Tapi keliatannya lo mau-mau aja tuh,"

Arival mendengus, "Masa iya, nggak mungkinlah. Lagian lo ngomong apa sih? Gue kagak ngerti." Arival menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Hah, udah lah. Ngomong sama elo nggak pernah nyambung, mending sekarang kita latihan lagi." Arival mengangguk mengikuti Rey dan anggota Shadow Tim yang masih berlatih.

Sedangkan itu, di Jasmine School, Berliana, Angkasa dan Rara sedang duduk bersantai.

"Lian bego. Kenapa lo malah dukung sekolah lain?" Angkasa menatap Berliana tajam.

Feeling With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang