Chapter 9: the number you are trying to reach is not hestia

Start from the beginning
                                    

Aku mengerutkan kening. Apa ucapan Mama itu benar? Buktinya, aku sedikit mengubah diriku di sekolah, tapi di rumah, aku tetap Aira yang Mama tahu. Aku tidak berubah di rumah.

Sebelum aku bisa membuka mulut untuk menyangkal ucapan Mama, Mama berkata, "Oh ya, Mama tiba-tiba ingat. Tadi Mama dengar-dengar, mau ada olimpiade lagi, lho. Kamu ikut, ya?"

"Ma, aku baru masuk SMA. Nanti-nanti aja, deh."

"Kenapa? Biasanya kamu semangat ikut olimpiade," kata Mama, heran. "Lagian, olimpiadenya juga masih agak lama, kok. Masih beberapa bulan lagi."

Aku memikirkan tawaran Mama. "Aku ngewakilin sekolah atau gimana?" tanyaku. Jangan sampai aku mewakili sekolah. Bisa gawat. Kalau begitu, teman-temanku bakal tahu aku bukan anak biasa-biasa saja.

Mama mengangkat bahu. "Kurang tahu juga, sih. Tapi emang ada bedanya?" tanya Mama.

"Ya, enggak, sih," jawabku, bertolak belakang dengan apa yang ada di pikiranku.

Mama meletakkan sendok dan garpu di atas piring kosongnya, kemudian menepukkan kedua tangannya satu kali. "Oke, kalau gitu, sekarang ayo baca The Old Man and The Sea!"

[.]

Setelah selesai membaca The Old Man and The Sea, Mama beranjak ke ruang kerjanya untuk melanjutkan perkerjaan. Sementara aku pergi ke kamar untuk membaca buku tentang aksioma. Aku juga berencana membaca Wuthering Heights dan David Copperfield.

Sekarang, aku bingung harus membaca buku yang mana lebih dulu.

Saat aku memasuki kamar, pandanganku langsung jatuh ke ponsel yang tergeletak di atas kasur. Benda itu bergetar dan layarnya menyala. Aku meraih ponsel tersebut, lalu mengecek pesan yang masuk.

Rio: Pak Guru Rio di sini. Bapak mau ngajarin bahasa gaul. Udah siap blm?

Aku tidak bisa tidak tertawa. Absurd sekali.

Aira: hahaha

Kemudian, ada pesan dari Kalila.

Kalila: Eh, eh, bsk gw mau cerita soal gw sama Viara td siang. Ingetin ya

Aira: Oke

Kemudian ada pesan dari... Arka? Dari mana dia dapat LINE-ku? Oh, pasti dari nomor teleponku.

Arka: Jangan lupa A Tale of Two Cities-nya ya.

Aira: Jangan lupa Great Expectations-nya ya.

Aku baru akan meletakkan ponselku, ketika benda itu bergetar lagi.

Rio: Mau mulai belajar skrg? Gue gabut

Aira: Gue ada kerjaan

Rio: Kan lo tadi udh bilang iya

Sebelum aku bisa mengetikkan balasan, ponselku bergetar.

Incoming Call
Arka

Tunggu.

Arka?

Kalau yang menelepon Rio, aku bisa mengerti. Mungkin dia sudah kebelet belajar atau apa. (Apa virus belajarku menular?) Tapi ini... Arka?

Aku menatap layar ponselku yang masih menyala. Akhirnya, aku menjawab panggilan itu.

"Halo?" kataku.

"Ais--eh, halo," balas Arka, tampak kaget. Setelah beberapa saat, aku mendengarnya tertawa. "Ya ampun, maaf Aira. Saya salah sambung."

The Number You Are Trying to Reach is Not ReachableWhere stories live. Discover now